Sukses

Baku Tembak Antar Suku di Papua Nugini Tewaskan 30 Orang

Kerusuhan telah terjadi di dekat tambang emas Porgera di dataran tinggi Papua Nuigini.

Liputan6.com, Port Moresby - Serangkaian baku tembak antar suku yang bertikai atas tambang emas yang disengketakan telah menewaskan sedikitnya 30 orang di Papua Nugini, kata polisi setempat.

Pasukan keamanan telah diberi kewenangan darurat untuk menghentikan pertempuran, menurut komisaris polisi negara itu.

Penjualan alkohol telah dilarang dan jam malam diberlakukan, tambahnya.

Kerusuhan telah terjadi di dekat tambang emas Porgera di dataran tinggi tengah negara itu sejak anggota klan Sakar menetap di tanah milik saingan mereka, Piande, sekitar bulan Agustus, dikutip dari laman BBC, Senin (16/9/2024).

Polisi Papua Nuigini mengatakan, lebih dari 300 tembakan dilepaskan oleh anggota suku, setelah pembicaraan damai antara klan-klan itu gagal.

"Situasi yang memburuk ini disebabkan oleh penambang dan pemukim ilegal yang menggunakan kekerasan untuk meneror masyarakat lokal dan mengorbankan pemilik tanah tradisional," kata komisaris polisi Papua Nugini David Manning.

"Sederhananya, jika Anda mengangkat senjata di tempat umum atau mengancam orang lain, Anda akan ditembak," tambahnya.

Ada laporan di media lokal bahwa tambang milik Kanada -- yang terbesar kedua di Papua Nugini -- sempat dipaksa menghentikan operasinya karena pertempuran semakin intensif.

Menurut Papua New Guinea Post-Courier, gedung-gedung dibakar dan sekolah, rumah sakit, dan kantor pemerintah di wilayah tersebut ditutup.

 

2 dari 2 halaman

Konflik Antar Suku

Konflik suku sering terjadi di dataran tinggi Papua Nugini, tetapi masuknya senjata otomatis telah "mempercepat" kekerasan terbaru, menurut polisi.

Tambang emas Porgera pernah menyumbang sekitar 10 persen dari pendapatan ekspor tahunan Papua Nugini, tetapi kekerasan suku dan pengambilalihan pemerintah yang lambat telah menghentikan produksi dalam beberapa tahun terakhir.

Seorang saksi mata, yang berbicara kepada Radio New Zealand, menggambarkan tingkat kekerasan baru-baru ini sebagai "belum pernah terjadi sebelumnya".

Setidaknya 26 orang tewas, termasuk 16 anak-anak, ketika tiga desa di provinsi East Sepik diserang awal tahun ini.

Pada tahun 2022, baku tembak antara klan yang bermusuhan yang tinggal di dekat tambang menewaskan sedikitnya 17 orang.

Tim keamanan telah ditempatkan di sepanjang jalan raya menuju tambang, menggunakan pengeras suara untuk menyiarkan pesan perdamaian.