Sukses

Ada Angin Puting Beliung di Permukaan Mars, Ini Penjelasannya

Angin puting beliung di Mars memiliki ukuran jauh lebih kecil daripada tornado di Bumi dan merupakan salah satu mekanisme yang menggerakkan dan mendistribusikan debu di Mars.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena angin puting beliung Mars menjadi teka-teki hingga saat ini. Fenomena ini terekam wahana antariksa penjelajah Mars, Perseverance, milik NASA pada 30 Agustus 2023 lalu.

Tepatnya, angin puting beliung di Mars berhasil diabadikan saat hari ke-899 dalam misi penjelajahan Mars. Dikutip dari laman NASA pada Selasa (17/09/2024), kendaraan penjelajah geologi beroda enam ini menangkap pemandangan puting beliung sebagai bagian dari eksplorasi atmosfer di Kawah Jezero.

Penampakan itu diambil oleh Navcams milik Perseverance. Puting beliung tersebut diperkirakan muncul di lokasi bernama Thorofare Ridge, berjarak sekitar 4 kilometer dari lokasi Perseverance berada, dengan luas 60 meter dan kecepatan 19 km per jam.

Angin puting beliung di Mars memiliki ukuran jauh lebih kecil daripada tornado di Bumi dan merupakan salah satu mekanisme yang menggerakkan dan mendistribusikan debu di Mars. Para ilmuwan mempelajarinya untuk lebih memahami atmosfer Mars dan memperbaiki model cuaca.

Meskipun hanya 118 meter bagian bawah pusaran yang terlihat dalam kamera, para ilmuwan juga dapat memperkirakan ketinggian asli. Angin puting beliung di Bumi biasanya terbentuk saat tanah dibuat panas oleh Matahari yang membuat udara naik, kemudian menciptakan tekanan rendah di atmosfer.

Selanjutnya udara mengisi tekanan rendah tersebut sehingga terbentuklah angin puting beliung. Namun, puting beliung yang terjadi di Planet Mars dapat tumbuh menjadi jauh lebih besar dan muncul selama bulan-bulan musim semi dan musim panas.

Para ilmuwan tidak dapat memprediksi kapan angin puting beliung akan muncul di lokasi tertentu. Wahana antariksa Perseverance dan kendaraan penjelajah Mars milik NASA, Curiosity, secara rutin memonitor keberadaan mereka.

Keduanya mengambil gambar hitam-putih untuk mengurangi jumlah data yang dikirim ke bumi. Tujuan utama misi Perseverance di Mars adalah astrobiologi, termasuk mencari tanda-tanda kehidupan mikroba purba.

Penjelajah ini akan mempelajari geologi dan iklim Mars di masa lalu. Mereka menjadi misi pertama yang mengumpulkan dan menyimpan batuan dan regolith (pecahan batuan dan debu) Mars.

 

2 dari 2 halaman

Misi Perseverance Temukan Batu Misterius

Baru-baru ini, Perseverance menemukan fenomena unik di Kawah Jazero, Planet Mars. Wahana antariksa ini berhasil menemukan batu berwarna terang di planet merah tersebut.

Penemuan batu berwarna ini menjadi penemuan pertama setelah bertahun-tahun eksplorasi Mars. Melansir laman Live Science pada Selasa (17/09/2024), batu tersebut dapat mengisyaratkan rincian baru tentang masa lalu Mars.

Batu yang dijuluki "Atoko Point" itu diambil dari fitur Grand Canyon yang berwarna terang. Para peneliti mengatakan batu tersebut terlihat "sangat menonjol" di antara batu-batu yang lebih gelap yang menghiasi area pencarian di dekat kawah Gunung Washburn.

Para ilmuwan melihat sekilas batu tersebut sebagai bagian dari mosaik 18 gambar yang diambil pada 27 Mei 2024. Atoko Point diperkirakan memiliki lebar 45 cm dan tinggi 35 cm.

Dengan menggunakan instrumen kamera rover, SuperCam dan Mastcam-Z, para ilmuwan mengonfirmasi bahwa batuan itu terbuat dari piroksen dan feldspar. Mereka berspekulasi batuan pucat itu berasal dari dari bagian lain di planet ini.

Ia berpindah melalui aliran sungai purba atau terbentuk di bawah tanah oleh tubuh magma sebelum akhirnya muncul di permukaan melalui erosi. Para peneliti menambahkan bahwa meskipun Atoko adalah batu berwarna pertama yang terlihat di Mars, ia hampir pasti tidak akan menjadi yang terakhir.

Misi NASA berikutnya, bekerja sama dengan ESA (Badan Antariksa Eropa) akan mengirimkan wahana antariksa ke Mars untuk mengumpulkan sampel-sampel yang disegel dari permukaan dan mengembalikannya ke bumi untuk dianalisis secara mendalam.

(Tifani)