Sukses

Ahli: Bakteri Super Resisten Obat Diprediksi Bunuh 39 Juta Orang Pada 2050

Para peneliti mengamati 22 patogen, 84 kombinasi obat dan patogen, dan 11 sindrom infeksi seperti meningitis. Studi superbugs atau bakteri super ini melibatkan data dari 520 juta catatan individu di 204 negara dan wilayah.

Liputan6.com, Jakarta - Superbugs atau bakteri super -- jenis bakteri atau patogen yang menjadi resistan terhadap antibiotik sehingga lebih sulit diobati -- telah dikenal sebagai ancaman yang meningkat terhadap kesehatan global.

Analisis tersebut telah disebut sebagai penelitian pertama yang melacak dampak global bakteri super dari waktu ke waktu, dan memperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lebih dari satu juta orang meninggal karena bakteri super -- yang juga disebut antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba -- dalam setahun di seluruh dunia antara tahun 1990 dan 2021," menurut penelitian dalam jurnal The Lancet seperti dikutip dari AFP, Selasa (17/9/2024).

"Kematian di antara anak-anak di bawah lima tahun akibat bakteri super sebenarnya turun lebih dari 50 persen selama tiga dekade terakhir," kata penelitian tersebut, karena adanya peningkatan langkah-langkah untuk mencegah dan mengendalikan infeksi pada bayi.

Namun, ketika anak-anak sekarang tertular bakteri super, infeksi tersebut menjadi jauh lebih sulit diobati.

Sementara itu, tingkat kematian di atas usia 70 tahun telah melonjak lebih dari 80 persen selama periode yang sama, karena populasi yang menua menjadi lebih rentan terhadap infeksi.

"Kematian akibat infeksi MRSA, sejenis bakteri staph yang telah menjadi resistan terhadap banyak antibiotik, meningkat dua kali lipat menjadi 130.000 pada tahun 2021 dari tiga dekade sebelumnya," kata penelitian tersebut.

Para peneliti mengamati 22 patogen, 84 kombinasi obat dan patogen, dan 11 sindrom infeksi seperti meningitis. Studi ini melibatkan data dari 520 juta catatan individu di 204 negara dan wilayah.

Studi ini dirilis menjelang pertemuan tingkat tinggi AMR di Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dijadwalkan pada 26 September.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bisa Bunuh 39 juta Orang Selama Seperempat Abad Berikutnya, Berkontribusi Atas 169 Juta Kematian

Para peneliti menggunakan pemodelan untuk memperkirakan bahwa -- berdasarkan tren saat ini -- jumlah kematian langsung akibat antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba akan meningkat sebesar 67 persen hingga mencapai hampir dua juta per tahun pada tahun 2050.

Hal ini juga akan berperan dalam 8,2 juta kematian tahunan lebih lanjut, lonjakan hampir 75 persen, menurut pemodelan tersebut.

Dalam skenario ini, AMR akan secara langsung membunuh 39 juta orang selama seperempat abad berikutnya, dan berkontribusi terhadap total 169 juta kematian, tambah penelitian tersebut.

Namun, skenario yang tidak terlalu mengerikan juga mungkin terjadi.

Jika dunia berupaya meningkatkan perawatan untuk infeksi berat dan akses ke obat antimikroba, hal itu dapat menyelamatkan nyawa 92 juta orang pada tahun 2050, menurut pemodelan tersebut.

"Temuan ini menyoroti bahwa antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba telah menjadi ancaman kesehatan global yang signifikan selama beberapa dekade dan ancaman ini terus berkembang," kata rekan penulis studi Mohsen Naghavi dari Institute of Health Metrics yang berbasis di AS dalam sebuah pernyataan.

Resistensi antimikroba adalah fenomena alami, tetapi penggunaan antibiotik yang berlebihan dan salah pada manusia, hewan, dan tumbuhan telah memperburuk masalah tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.