Sukses

AS Nyatakan Tak Terlibat Ledakan Walkie Talkie di Lebanon

Gedung Putih memperingatkan terhadap 'eskalasi' di Timur Tengah setelah ledakan di Lebanon dari pager dan walkie talkie Hizbullah.

Liputan6.com, New York - Gedung Putih pada hari Rabu (19/9/2024) memperingatkan semua pihak terhadap eskalasi di Timur Tengah setelah dua hari ledakan di Lebanon, yang secara luas dikaitkan dengan Israel, pada perangkat genggam yang menargetkan kelompok militan Hizbullah.

"Kami masih tidak ingin melihat eskalasi dalam bentuk apa pun. Kami tidak percaya bahwa cara untuk menyelesaikan krisis ini adalah bukan dengan operasi militer tambahan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada wartawan seperti dikutip dari AFP, Kamis ((19/9/2024). 

"Kami masih percaya bahwa cara terbaik untuk mencegah eskalasi, untuk mencegah front lain terbuka di Lebanon, adalah melalui diplomasi," kata Kirby. Iran, yang mendukung Hizbullah, bahkan telah menahan diri dari pembalasan besar-besaran setelah serangan di dalam Teheran yang menewaskan pemimpin politik Hamas yang sedang berkunjung.

Ketika ditanya apakah Israel mematuhi hukum humaniter internasional dalam ledakan pager dan walkie talkie di Lebanon, Kirby menjawab: "Seperti yang telah kami katakan sejak awal, Israel memiliki hak untuk membela diri."

"Bagaimana mereka melakukannya penting bagi kami, dan kami tidak malu untuk melakukan percakapan semacam itu dengan Israel sebagaimana mestinya," katanya, tanpa mengonfirmasi keterlibatan Israel.

Mengenai Amerika Serikat (AS), Kirby menggemakan pernyataan sebelumnya yang menyangkal keterlibatan: "Kami tidak terlibat dalam insiden kemarin atau hari ini dengan cara apa pun."

Untuk diketahui, Israel telah terlibat dalam pertempuran rutin dengan Hizbullah sejak serangan 7 Oktober oleh Hamas, yang juga didukung oleh Iran.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

AS Mengaku Tidak Terlibat Ledakan Pager di Lebanon dan Suriah

Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) mengatakan pada hari Selasa (17/9/2024), mereka tidak mengetahui sebelumnya dan tidak terlibat dalam ledakan pager yang digunakan Hizbullah di Lebanon dan Suriah.

"Saya dapat memberi tahu Anda bahwa AS tidak terlibat di dalamnya, AS tidak mengetahui insiden ini sebelumnya dan, pada titik ini, kami sedang mengumpulkan informasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller, seperti dilansir CNA, Rabu (18/9).

Miller menolak berkomentar mengenai kecurigaan luas bahwa ledakan itu dilakukan oleh Israel, yang secara teratur saling serang dengan Hizbullah setelah serangan 7 Oktober 2023 di Israel oleh Hamas.

Ledakan pager terjadi setelah berminggu-minggu AS mengupayakan jalur diplomasi untuk mencegah pembalasan besar Iran terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh.

Miller mengatakan pesan AS kepada Iran tetap tidak berubah.

"Kami mendesak Iran untuk tidak memanfaatkan insiden apa pun untuk mencoba menambah ketidakstabilan dan meningkatkan ketegangan di kawasan itu," tutur Miller.

Seorang utusan senior AS, Amos Hochstein, sehari sebelumnya bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan pejabat Israel lainnya dalam usahanya mencegah perang skala penuh melawan Lebanon.

"Kami ingin melihat resolusi diplomatik untuk konflik antara Israel dan Hizbullah," ujar Miller. "Kami ingin melihat resolusi yang memungkinkan puluhan ribu warga Israel yang mengungsi dari rumah mereka dan puluhan ribu warga Lebanon yang mengungsi dari rumah mereka dapat pulang."

Dalam kesempatan yang sama, Miller mengakui bahwa Hizbullah - yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh AS - adalah sasaran yang tepat untuk diserang, meski tanpa mengonfirmasi keterlibatan Israel.

"Anggota teroris dari organisasi teroris adalah target yang sah bagi negara-negara untuk melancarkan operasi terhadap mereka," kata dia.

3 dari 3 halaman

Relasi AS dan Iran

Sebagai informasi, AS merupakan sekutu dekat Israel dan musuh Iran sejak revolusi Islam tahun 1979 menggulingkan Shah yang berorientasi Barat.

Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, yang dianggap sebagai seorang reformis dalam negara yang dipimpin ulama tersebut, dalam sebuah konferensi pers pada hari Senin mengatakan dia mengupayakan hubungan yang lebih baik dengan AS, termasuk pemulihan perjanjian nuklir tahun 2015.

"Kami tidak ingin berperang dengan AS jika mereka menghormati hak-hak kami," ujarnya.

Ketika ditanya tentang pernyataannya, Miller mengatakan bahwa AS sangat menyukai rakyat Iran, namun dia menambahkan, "Jika menyangkut rezim, pada akhirnya, kami akan menilai mereka berdasarkan tindakan mereka, bukan kata-kata mereka."

"Cara untuk menunjukkan persaudaraan bukanlah melalui retorika. Caranya adalah dengan menghentikan persenjataan dan dukungan terhadap kelompok teroris, menghentikan eskalasi nuklir dan menghalangi kerja Badan Tenaga Atom Internasional, menghentikan rencana untuk membunuh lawan politik, pengiriman rudal dan drone ke Rusia, serta akhirnya menghentikan tindakan keras terhadap hak asasi manusia rakyatnya sendiri," tambah Miller.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini