Sukses

Hubungan Indonesia-Rusia Kian Kokoh Lewat Kerja Sama Kearsipan

Indonesia dan Rusia telah menjalin hubungan bilateral sejak tahun 1950.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Rusia akan merayakan ulang tahun ke-75 hubungan diplomatik pada tahun 2025. Menjelang momen tersebut, Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Sergei Tolchenov mengajak untuk menengok kembali sejarah hubungan dan kerja sama kedua negara demi membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah bagi kedua negara, kawasan Asia-Pasifik, dan secara umum bagi seluruh dunia.

Sebagai bagian dari upaya itu, Badan Kearsipan Federal Federasi Rusia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Klub Diskusi Valdai menggelar seminar bertajuk "Indonesia – Russia: From the Past to the Future, the Historical and Geopolitical Perspective" pada Selasa (24/9/2024) di Hotel Borobudur, Jakarta.

"Ilmuwan Rusia yang terkenal Mikhail Lomonosov mengatakan, 'orang yang tidak mengenal masa lalunya, tidak memiliki masa depan'. Hal yang sama dapat kita terapkan pada relasi antar negara," ungkap Dubes Tolchenov saat membuka seminar tersebut.

"Negara saya – yang waktu itu bernama Uni Soviet – telah memberikan bantuan kepada bangsa Indonesia selama perjuangan kemerdekaan, berkontribusi dalam memperkuat kemampuan pertahanan, dan menjaga keutuhan wilayah, serta mendukung negara Indonesia yang masih muda secara ekonomi. Masih banyak bukti dari tonggak sejarah kerja sama kita dalam beberapa dekade terakhir, Stadion Gelora Bung Karno dan Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta, Jalan Raya Samarinda – Balikpapan di Kalimantan Timur, dan Jalan Raya Palangkaraya – Tangkiling di Kalimantan Tengah. Saat ini, di tengah situasi yang bergejolak dan rumit dalam urusan internasional, Rusia dan Indonesia terus mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama yang beragam."

Pada tahun 2003, ungkap Dubes Tolchenov, Rusia-Indonesia menandatangani Deklarasi tentang Kerangka Hubungan Persahabatan dan Kemitraan antara Federasi Rusia dan Republik Indonesia dalam Abad ke-21.

"Dialog politik tingkat tinggi dilanjutkan dengan pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Indonesia Joko Widodo (Jokowi) pada Juni 2022 serta antara Vladimir Putin dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto pada 31 Juli tahun ini. Kesepakatan yang dicapai oleh para pemimpin tersebut secara bertahap diwujudkan. Hanya ada dua contoh, mungkin kecil tetapi spesifik dan praktis, yang terjadi pekan lalu, yaitu revitalisasi penerbangan langsung antara Moskow-Denpasar dan peresmian Pusat Pendidikan Terbuka Bahasa Rusia di Universitas Krisnadwipayana di Jakarta bekerja sama dengan Universitas Pedagogis Negeri Ural," tutur Dubes Tolchenov.

"Kita memiliki banyak hal untuk ditawarkan satu sama lain dalam hal kerja sama ekonomi. Omzet perdagangan bilateral tumbuh (pada tahun 2023, angka ini melampaui USD 4 miliar), dan ada potensi besar untuk dieksplorasi di berbagai bidang – energi, transportasi, pertanian, mineral penting, penggunaan energi nuklir secara damai, pengembangan digital dan keamanan siber, kota pintar, dan sebagainya. Negosiasi tentang penyelesaian Perjanjian Kawasan Perdagangan Bebas antara Uni Ekonomi Eurasia dan Indonesia secara efektif mengalami kemajuan. Kami berharap dokumen ini akan segera ditandatangani, yang akan memberikan momentum besar bagi pengembangan hubungan perdagangan dan ekonomi antara kedua negara kita. Free trade agremeent ini akan membentuk pasar bagi hampir 500 juta orang yang sangat menarik bagi setiap pihak yang berpartisipasi dalam perjanjian ini."

Peningkatan juga terjadi dalam pertukaran orang.

"Pendidikan Rusia sangat diminati di Indonesia. Saat ini lebih dari 800 mahasiswa dari Indonesia belajar di banyak universitas di seluruh Federasi Rusia. Untuk tahun ajaran 2024-2025, kami telah menyediakan 250 beasiswa pemerintah untuk pendidikan di Rusia. Kedua belah pihak bersedia untuk meningkatkan kuota ini," jelas Dubes Tolchenov.

Rusia dan Indonesia, sebut Dubes Tolchenov, memiliki posisi yang dekat mengenai sebagian besar masalah global dan regional, berbagi nilai dan pandangan yang sama tentang masalah dunia modern, terutama yang berkaitan dengan krisis Palestina-Israel dan situasi di Jalur Gaza, mengoordinasikan upaya di forum multilateral.

"Negara-negara kita juga sepakat dalam masalah pencegahan praktik neo-kolonialisme dan melawan promosi ideologi radikal. Kami mengapresiasi kebijakan luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif yang terwujud jelas selama kepemimpinan Jakarta di G20 tahun 2022 dan di ASEAN tahun 2023 ketika mitra Indonesia kami berada di bawah tekanan yang kuat dari negara-negara Barat. Kedua negara kita telah banyak mencapai prestasi, tetapi saya yakin bahwa kita dapat melakukan lebih banyak lagi bersama-sama," kata Dubes Tolchenov.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan presiden, pemerintah, dan DPR baru yang akan memulai masa jabatannya pada bulan Oktober. Itulah sebabnya acara hari ini sangat penting. Pertukaran pandangan dan penilaian bebas dari para pakar politik dan sejarawan terkemuka dari Rusia, Indonesia ... mengenai isu-isu terkini kerja sama bilateral akan menjadi kontribusi analitis yang serius bagi penilaian status hubungan terkini dan prospek kerja sama lebih lanjut."

2 dari 3 halaman

Rusia Mitra Strategis Kearsipan

Sementara itu, dalam sambutannya, Plt. Kepala ANRI Imam Gunarto menuturkan bahwa kerja sama bilateral di bidang kearsipan antara Indonesia dan Rusia telah resmi dimulai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Arsip Nasional Republik Indonesia dan Badan Kearsipan Federal Federasi Rusia pada tahun 2016 di Sochi, Rusia.

"Selanjutnya, kami telah melakukan beberapa kegiatan, termasuk pameran bersama dan pertukaran informasi tentang data kearsipan di kedua negara. Kami juga melakukan beberapa kunjungan dan komunikasi seperti teman dekat atau saudara," ungkap Imam.

"Bagi Indonesia, Rusia selalu menjadi mitra strategis dalam hal kearsipan. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk membangun dunia yang lebih baik. Oleh karena itu, seminar ini menjadi langkah kunci untuk membangun kemitraan yang kuat antara kedua negara dan komunitas kearsipan dalam rangka Indonesia dan Rusia yang lebih baik serta menjadi dasar kerja sama yang lebih besar dan lebih kuat antara kedua negara."

Imam menambahkan, saat ini, kearsipan sangat dipengaruhi oleh arus globalisasi yang mendesak.

"Informasi tentang apa saja, dari mana saja, dan kapan saja dapat menembus ruang-ruang yang paling dalam dan paling tersembunyi sekalipun. Kita seolah tidak dapat bernapas, dibanjiri informasi yang terus diproduksi, direproduksi, dan direkayasa oleh para kapitalis. Kepentingan dan keinginan kita ditentukan oleh rekayasa sosial bisnis kapitalis internasional. Dalam situasi seperti ini, keadaan kegelapan intelektual, kita sangat membutuhkan mereka yang membawa pencerahan dan yang menjadi cahaya penuntun untuk menuntun kita ke masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan," ujar Imam.

3 dari 3 halaman

Sahabat Baik Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eropa II Kementerian Luar Negeri RI Winardi Hanafi Lucky menyatakan seminar ini memiliki arti penting bagi sejarah dan masa depan kedua negara.

"Tahun depan, Indonesia dan Rusia akan merayakan ulang tahun ke-75 hubungan diplomatik. Dengan momentum ini, kedua negara harus mewujudkan status kemitraan strategis di berbagai bidang kerja sama. Kunjungan menteri pertahanan sekaligus presiden terpilih kita ke Rusia baru-baru ini menegaskan pentingnya kerja sama di tengah ketidakpastian dan memetakan kerangka kerja sama bilateral masa depan yang diprioritaskan untuk diupayakan, seperti di bidang pendidikan, energi, dan ketahanan pangan," ujar Winardi.

"Rusia selalu menjadi sahabat baik bagi Indonesia, sejak masa Uni Soviet hingga masa Federasi Rusia. Kami sangat menghargai dukungan dan bantuan dari Uni Soviet yang telah hadir di berbagai infrastruktur publik penting Indonesia, seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno dan RS Persahabatan di Jakarta. Kita juga menerima dukungan dari Rusia selama Indonesia menjadi Presidensi G20 pada tahun 2022 dan sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2024. Jarak geografis memang menjadi salah satu tantangan, sehingga kedua negara berupaya keras untuk menghilangkan hambatan, mulai dari dibukanya penerbangan langsung dari Moskow ke Denpasar minggu lalu hingga negosiasi Perjanjian Perdagangan antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia yang sedang berlangsung."

Melalui seminar hari ini, Winardi berharap, dapat lebih memperkaya pemahaman tentang hubungan sejarah kedua negara dan mengeksplorasi peluang baru untuk kerja sama di masa mendatang.

"Pelestarian dan berbagi pengetahuan sejarah sangat penting untuk menumbuhkan saling pengertian dan rasa hormat. Saya yakin bahwa kolaborasi ini akan meningkatkan kemampuan kita untuk menjaga memori kolektif kita untuk generasi mendatang. Saya pun berharap acara ini dapat menjadi landasan bagi dialog dan kerja sama lebih lanjut, tidak hanya di bidang kearsipan, tetapi juga di bidang kerja sama yang lebih luas, tidak hanya untuk periode ini, tetapi mudah-mudahan untuk lima tahun ke depan. Hasil seminar ini tentu akan dilaporkan (kepada menteri luar negeri) untuk mendapatkan rekomendasi mengenai kerja sama bilateral Indonesia-Rusia."

Video Terkini