Sukses

4 Fenomena Astronomi Oktober 2024, dari Hujan Meteor sampai Gerhana Matahari

Sederet fenomena langit diperkirakan terjadi pada Oktober 2024. Fenomena astronomi Oktober 2024 yang akan terjadi di antaranya gerhana matahari hingga hujan meteor.

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena astronomi adalah peristiwa alam di luar angkasa yang dapat diamati dari bumi. Setiap bulan, fenomena ini berubah karena pergerakan benda-benda langit yang memiliki orbit dan kecepatan berbeda.

Sederet fenomena langit diperkirakan terjadi pada Oktober 2024. Fenomena astronomi Oktober 2024 yang akan terjadi di antaranya gerhana matahari hingga hujan meteor.

Dikutip dari laman Space Kamis (26/09/2024), berikut fenomena astronomi Oktober 2024.

1. Gerhana Matahari Cincin

Gerhana Matahari Cincin akan melintasi sebagian Samudra Pasifik, bagian selatan Chili dan bagian selatan Argentina pada 2 Oktober 2024. Selama Gerhana Matahari Cincin, bulan bergerak di depan Matahari.

Fenomena astronomi ini terjadi saat bulan berada sedikit lebih jauh dari bumi dibandingkan saat Gerhana Matahari Total, sehingga bulan tidak sepenuhnya menutupi cakram matahari. Saat itu, bulan meninggalkan cincin cahaya yang jelas di sekitarnya, sehingga Gerhana Matahari Cincin 2 Oktober 2024 juga dikenal sebagai Gerhana Matahari "Cincin Api".

Pada titik gerhana terbesar di Pasifik, bulan akan menutupi 93bpersen pusat matahari. Fenomena ini menciptakan "cincin api" yang terlihat selama 7 menit dan 25 detik.

Gerhana Matahari Cincin pada 2 Oktober 2024 dinilai istimewa karena gerhana ini berlangsung lama. Gerhana ini akan jauh lebih lama dari Gerhana Matahari Cincin terakhir pada 14 Oktober 2023, yakni 4 menit 52 detik.

2. Hujan Meteor Draconid

Hujan meteor juga akn terjadi pada 6 hingga 10 Oktober 2024. Hujan meteor terjadi ketika objek langit meteoroid terbakar saat memasuki atmosfer bumi.

Objek tersebut dapat berasal dari sisa komet atau asteroid yang juga mengorbit matahari. Hujan Meteor Draconid aktif antara 6 sampai 10 Oktober 2024 dan akan mencapai puncaknya sekitar 8 Oktober 2024.

Melansir laman NASA pada Kamis (26/09/2024), hujan meteor Draconid disebabkan oleh puing-puing, semacam bongkahan es dan batu, yang tertinggal oleh Komet 21P/Giacobini-Zinner. Komet ini meluncur melalui tata surya dan melewati bumi sekali setiap 6,6 tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, Draconid relatif tenang dan hanya menghasilkan sedikit meteor. Tidak ada letusan aktivitas yang berarti.

Hal ini jauh berbeda dari hujan meteor lama, ketika Draconid menghasilkan beberapa hujan meteor paling mengesankan di abad ke-20 pada 1933 dan 1946. Menurut Royal Museums Greenwich, Draconid yang kadang-kadang disebut Giacobinid, diambil dari nama astronom Prancis Michel Giacobini yang menemukan komet 21 P/Giacobini-Zinner.

Komet ini ditemukan pada 20 Desember 1900 oleh Giacobini di Observatorium Nice di Prancis. Kemudian, diamati oleh Ernst Zinner pada 23 Oktober 1913.

Komet kecil ini berdiameter 1,24 mil (2 kilometer) dan membutuhkan waktu sekitar 6,6 tahun untuk mengorbit matahari.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Hunter Moon

3. Bulan purnama atau hunter moon

Bulan purnama 'Hunter' atau hunter moon akan terjadi di 17 Oktober 2024. Saat bulan bergerak di atas cakrawala menjelang matahari terbenam, bulan mungkin tampak lebih besar dan lebih jingga.

Bulan purnama hunter pada Oktober 2024 mengorbit lebih dekat ke bumi daripada bulan purnama lainnya pada tahun ini. Fenomena ini menjadikannya salah satu dari empat Supermoon pada 2024.

Bulan purnama ini merupakan sinyal bagi para pemburu untuk bersiap menghadapi musim dingin yang akan datang dengan pergi berburu. Hal ini karena hewan-hewan mulai menggemukkan tubuh sebagai persiapan untuk musim dingin.

Selain itu, karena ladang-ladang baru saja dibersihkan selama Bulan Purnama Panen (Harvest Moon), para pemburu dapat dengan mudah melihat rusa dan hewan-hewan lain yang keluar untuk mencari sisa-sisa makanan. Selain itu, rubah dan serigala juga akan keluar untuk memangsa hewan-hewan ini.

Penggunaan istilah bulan pemburu muncul pada 1710. Beberapa sumber menyatakan bahwa nama lain untuk bulan pemburu adalah bulan sanguin atau bulan darah.

Hal ini dikaitkan dengan darah akibat berburu atau perubahan warna dedaunan musim gugur.

 

3 dari 3 halaman

Hujan Meteor Orion

4. Hujan Meteor Orion

Hujan Meteor Orionid aktif antara 26 September hingga 22 November 2024. Hujan meteor ini akan mencapai puncaknya pada 20 hingga 21 Oktober 2024 antara tengah malam dan fajar.

Kondisi pengamatan untuk Orionid tidak bagus tahun ini karena vulan akan diterangi 79 persen pada saat puncaknya. Hujan Meteor Orionid dihasilkan ketika Bumi melewati puing-puing atau es dan debu yang tertinggal dari Komet 1P/Halley yang lebih dikenal sebagai Komet Halley.

Orionid melesat di langit dengan kecepatan 41 mil (66 kilometer) per detik, hanya 3 mil (5 km) per detik lebih lambat dari Leonid yang cepat. Orionid dapat dilihat oleh pengamat langit di belahan Bumi Utara dan Selatan, jika cuaca memungkinkan.

Waktu terbaik untuk melihat Hujan Meteor Orionid adalah antara tengah malam dan fajar ketika titik radian hujan meteor tersebut, konstelasi Orion, berada tinggi di langit. Orion terletak di ekuator langit dan dapat dilihat di seluruh dunia.

Jika berada di belahan Bumi Utara, Orion terletak di langit Barat Daya. Jika berada di belahan Bumi Selatan, Orion dapat dilihat di langit Barat Laut.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini