Liputan6.com, Jakarta - Bumi akan memiliki bulan kedua hingga 25 November 2024 mendatang. Bulan mini milik bumi tersebut adalah asteroid 2024 PT5.
Asteroid PT5 pertama kali ditemukan pada 7 Agustus 2024. Asteroid berdiameter 10 meter ini akan ditangkap oleh gravitasi bumi.
Setelah 25 November 2024, 2024 PT5 akan melepaskan diri dari pengaruh gravitasi bumi dan kembali mengorbit di Matahari. Namun siapa sangka, rupanya bumi sebenarnya dikelilingi oleh dua satelit bayangan lainnya.
Advertisement
Teori ini dikemukakan oleh sekelompok ilmuwan asal Hungaria pada 1961. Melansir laman IFL Science pada Rabu (02/10/2024), ilmuwan asal Polandia, Kazimierz Kordylewski, mengamati dua satelit bumi untuk pertama kalinya.
Baca Juga
Setelah berhasil diamati, Kordylewski kemudian memberikan nama kepada dua bulan lainnya itu sebagai awan debu Kordylewski (KDC). Penemuan dua satelit alami Bumi tersebut dipublikasikan dalam Monthly Notices of the Royal Astronomical Society pada 2018.
Setiap awan Kordylewski memiliki lebar sekitar 15 x 10 derajat atau setara dengan 30 x 20 cakram Bulan di langit malam. Ukuran tersebut kira-kira setara dengan sembilan kali lebih lebar dari Bumi dalam ukuran yang sebenarnya.
Studi tersebut menemukan bahwa bulan-bulan bumi ini seluruhnya terbuat dari partikel-partikel debu. Meskipun berukuran besar, namun partikel-partikel yang menyusunnya diperkirakan hanya berukuran satu mikrometer.
Melansir laman Science Alert pada Rabu (02/10/2024), seorang astronom, Judit Sliz-Balogh, mengatakan awan Kordylewski merupakan obyek yang sulit ditemukan meskipun jaraknya hampir sama dengan bumi-bulan. Awan Kordylewski telah menjadi spekulasi selama puluhan tahun, tetapi ilmu pengetahuan yang mendasari keberadaannya sudah ada sejak lama.
Cahaya Matahari yang terpantul dari partikel-partikel ini membuat mereka bersinar meski redup. Selain itu, awan satelit ini tetap tersembunyi dalam kegelapan luar angkasa karena keduanya sangat redup.
Kini, keberadaan awan Kordylewski dapat diidentifikasi dengan menggunakan filter polarisasi khusus pada kamera. Keberadaan objek ini berada di sekitar titik khusus sistem L5 bumi-bulan.
Sebagai informasi, L5 merupakan titik Lagrange dari sistem gravitasi antara bumi dan bulan dan merupakan tempat keseimbangan di angkasa. Selain awan Kordylewski, di tempat tersebut juga banyak ditemukan obyek atau benda langit kecil lainnya.
Asteroid Kamo'oalewa
Selain asteroid 2024 PT5, ada dua bulan palsu yang berputar mengelilingi bumi selayaknya satelit alami pada umumnya. Salah satu bulan palsu yang mengelilingi bumi disebut quasi-moon Kamo'oalewa.
Melansir laman Space pada Rabu (02/10/2024), sebuah studi baru yang diterbitakan 19 April 2024 di jurnal Nature Astronomy menemukan, Kamo'oalewa atau bulan palsu bumi kemungkinan besar terlepas dari bulan sesungguhnya dalam sejarah tata surya. Kamo'oalewa memiliki orbit unik yang membuatnya seolah-olah mengikuti dengan bumi mengelilingi matahari.
Saat ini, Kamo'oalewa merupakan objek dekat-Bumi (NEO) berdiameter 131 hingga 328 kaki (40 hingga 100 meter). Kamo'oalewa ditemukan pada 2016 oleh teleskop survei asteroid Pan-STARRS 1 di Haleakalā, Hawaii.
Objek ini ditemukan sebagai bagian dari upaya pertahanan planet NASA untuk menemukan batu-batu ruang angkasa yang dapat memungkinkan menghantam planet kita. Kamo'oalewa langsung menarik perhatian karena berputar mengelilingi matahari secara bersamaan dengan bumi.
Objek ini juga berputar sangat cepat untuk sebuah asteroid. Karakteristik yang unik ini mendorong para ilmuwan untuk menyelidiki asal-usul quasi-moon tersebut.
Advertisement
Mirip Batuan di Bulan
Pada 2021, penelitian mengungkap bahwa komposisi Kamo'oalewa mirip dengan batuan yang ditemukan dari bulan. Temuan ini mengisyaratkan asal lunarinya.
Tim menghubungkan Kamo‘oalewa dengan kawah Giordano Bruno. Ilmuwan menggunakan model komputer untuk meniru jenis dampak yang akan menghasilkan batu ruang angkasa seperti quasi-moon ini.
Hal itu berarti memperhitungkan hal-hal seperti distribusi ukuran dan kecepatan dari ejekta yang dihasilkan dan evolusi dinamis mereka. Rekonstruksi ini menunjukkan bahwa beberapa ejekta pada akhirnya akan masuk ke resonansi orbital 1:1 dengan bumi, dengan properti dinamis yang sama seperti Kamo’alewa.
Pantulan cahaya di Kamo'oalewa cocok dengan pantulan cahaya batuan bulan yang sudah lapuk, dan ukuran, usia. Bulan kedua bumi ini juga memiliki putaran yang sesuai dengan kawah selebar 22 km.
Tiongkok berencana meluncurkan misi pengembalian sampel ke asteroid Kamo'oalewa pada 2025. Misi tersebut akan mengembalikan potongan Kamo'oalewa sekitar 2,5 tahun kemudian.
(Tifani)