Liputan6.com, Tel Aviv - Israel kemungkinan akan melancarkan serangan udara berskala besar terhadap industri minyak Iran dan mungkin serangan simbolis terhadap target militer yang terkait dengan program nuklirnya. Demikian prediksi mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak.
Barak mengatakan tidak diragukan lagi akan ada respons militer Israel terhadap serangan Iran pada hari Selasa (1/10/2024) dengan lebih dari 180 rudal balistik, yang sebagian besar berhasil dicegat, namun beberapa mendarat di dan sekitar wilayah padat penduduk serta pangkalan militer Israel.
Baca Juga
"Israel memiliki kebutuhan yang mendesak, bahkan keharusan, untuk merespons. Saya pikir tidak ada negara berdaulat di Bumi yang tidak akan merespons," kata Barak, seperti dilansir The Guardian, Sabtu (5/10).
Advertisement
Mantan perdana menteri, yang juga pernah menjabat sebagai menteri pertahanan, menteri luar negeri, dan kepala staf angkatan darat, itu menyatakan model respons Israel dapat dilihat dalam serangan udara balasan hari Minggu (29/9) terhadap fasilitas minyak, pembangkit listrik, dan dermaga yang dikuasai Houthi di pelabuhan Hodeidah, Yaman, sehari setelah Houthi menembakkan rudal yang ditujukan ke bandara internasional Israel di luar Tel Aviv.
"Saya pikir kita mungkin melihat sesuatu seperti itu. Mungkin serangan besar-besaran, dan bisa diulang lebih dari sekali," tutur Barak.
Joe Biden mengatakan pada hari Kamis (3/10) bahwa telah ada diskusi di Washington tentang kemungkinan serangan Israel terhadap sektor minyak Iran, tetapi tidak memberikan rincian atau menjelaskan apakah Amerika Serikat (AS) akan mendukung serangan tersebut.
Barak, yang sekarang berusia 82 tahun, mengatakan ada juga saran di Israel bahwa mereka harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mengebom fasilitas nuklir Iran, tetapi dia berpendapat hal itu tidak akan secara signifikan menghambat program Iran.
Ketika Barak menjabat sebagai menteri pertahanan dari tahun 2007 hingga 2013, di bawah Ehud Olmert dan Benjamin Netanyahu, dia termasuk di antara pendukung Israel yang paling lantang untuk mengebom fasilitas nuklir Iran, mencoba dan gagal meyakinkan presiden George Bush dan kemudian Barack Obama, untuk menyumbangkan kekuatan militer AS untuk kampanye tersebut.
Balasan Tak Terhindarkan
Pada hari Rabu, Biden mengikuti Obama dalam menyuarakan penentangannya terhadap serangan Israel terhadap situs nuklir Iran. Dan Barak sendiri sekarang menerima bahwa program nuklir Iran sudah terlalu maju untuk dilawan dengan kampanye pengeboman apa pun.
Barak yakin ada tekanan dalam pemerintahan Netanyahu untuk setidaknya beberapa serangan simbolis terhadap program Iran, meskipun mantan perdana menteri itu melihat tindakan seperti itu sia-sia.
"Anda dapat menyebabkan kerusakan tertentu, namun bahkan ini mungkin dianggap oleh beberapa perencana sebagai risiko yang sepadan karena alternatifnya adalah berdiam diri dan tidak melakukan apa pun," kata Barak. "Jadi mungkin akan ada upaya untuk menyerang target terkait nuklir tertentu."
Barak percaya bahwa respons militer Israel yang signifikan terhadap serangan militer Iran pada Selasa malam kini tidak dapat dihindari dan dibenarkan, dia berpendapat bahwa pergeseran ke arah perang regional dapat dihindari jauh lebih awal, jika Netanyahu terbuka terhadap rencana yang dipromosikan AS untuk menggalang dukungan Arab bagi pemerintahan Palestina pascaperang di Jalur Gaza.
Sebaliknya, perdana menteri Israel saat ini menentang solusi politik yang mengakui kedaulatan Palestina.
Advertisement