Liputan6.com, London - Hari ini 38 tahun yang lalu atau pada 6 Oktober 1986, seorang teknisi nuklir bernama Mordechai Vanunu dilaporkan hilang di London, Inggris setelah mengungkapkan rincian program senjata nuklir Israel.
Majalah Amerika, Newsweek, mengklaim bahwa Mordechai Vanunu telah diculik dari sebuah kapal pesiar di Mediterania oleh agen dinas intelijen Israel, Mossad. Namun laporan ini telah ditolak oleh seorang teman dekat Vanunu.
Baca Juga
Pendeta John McKnight, yang merupakan seorang pendeta Australia, mengatakan ia yakin teknisi nuklir tersebut diculik di London dan ditahan untuk diadili di Israel atas tuduhan pengkhianatan.
Advertisement
"Ia kemungkinan ditahan untuk diadili atas tuduhan pengkhianatan karena mengungkapkan rahasia senjata nuklir," kata Pendeta John McKnight seperti dikutip dari BBC on This Day.
Kala itu pejabat Israel menolak untuk mengonfirmasi laporan bahwa Vanunu ditahan di penjara militer Gadera dekat Yerusalem --sebuah penjara yang biasanya digunakan untuk menampung pemberontak Palestina.
Scotland Yard kemudian mengonfirmasi bahwa Vanunu meninggalkan sebuah hotel di London pada tanggal 30 September, dalam keadaan yang tidak dapat dijelaskan.
Sebelumnya pada 5 Oktober, sebuah artikel muncul di surat kabar The Sunday Times berdasarkan wawancara dengan Vanunu, yang memberikan rincian tentang persediaan senjata nuklir Israel, dengan foto-foto pabrik penelitian di Dimona di Gurun Negev.
Kesaksian Pendeta Teman Mordechai Vanunu
Mordechai Vanunu yang lahir di Maroko, pindah ke Israel bersama keluarganya pada tahun 1963 dan menghabiskan hampir 10 tahun bekerja di pembangkit nuklir Dimona.
Vanunu menarik perhatian otoritas Israel karena afiliasinya dengan sebuah kelompok yang disebut Movement for the Advancement of Peace (Gerakan untuk Kemajuan Perdamaian) dan dugaan simpatinya terhadap Palestina.
Vanunu dipecat dari Dimona kemudian pergi keliling dunia, lalu tiba di Sydney, Australia, di mana ia berteman dengan Pendeta McKnight dan berpindah agama menjadi Kristen.
Pendeta McKnight mengatakan temannya telah berbicara kepadanya tentang ketakutannya akan ditangkap dan dikembalikan ke Israel setelah wawancara surat kabarnya.
Ia berkata: "Sumber saya di media di Israel memberi tahu saya bahwa ia mungkin ditahan untuk diadili atas tuduhan pengkhianatan karena membocorkan rahasia senjata nuklir."
Pendeta McKnight juga menolak anggapan bahwa Vanunu adalah seorang simpatisan Palestina, dengan mengatakan: "Ia berada di persimpangan jalan hidupnya dan mulai terlibat dengan kelompok-kelompok perdamaian serta khawatir tentang senjata nuklir dan kebijakan Israel."
"Ia melakukan apa yang ia lakukan karena alasannya sendiri, karena ia merasa harus memberikan rincian tentang persenjataan nuklir Israel."
Vikaris tersebut mengatakan bahwa ia akan tetap berada di Inggris hingga ia menemukan keberadaan temannya.
Advertisement
Konfirmasi Diculik Agen Intel Israel Mossad
Melansir BBC on This Day, kemudian dikonfirmasi bahwa Mordechai Vanunu telah berteman di London dengan seorang agen Mossad Amerika, Cheryl Bentov, yang menyamar sebagai turis Amerika. Dia membujuknya untuk pergi berlibur ke Roma pada tanggal 30 September. Sesampainya di sana, dia diculik dan dibius lalu dikembalikan ke Israel dengan kapal barang.
Rincian itu diungkapkan oleh Vanunu sendiri, yang menuliskannya di telapak tangannya yang dia tempelkan ke jendela mobil van saat diangkut dari penjara sehingga wartawan yang menunggu bisa mendapatkan informasi tersebut.
Artikel The Sunday Times yang mengacu wawancara dengan Vanunu memuat bukti paling substantif pada saat itu tentang program senjata nuklir Israel. Hal itu menyebabkan masyarakat internasional merevisi tajam jumlah senjata yang diyakini Israel dalam persediaannya.
Vanunu kemudian diadili pada Maret 1987 atas tuduhan pengkhianatan dan spionase. Ia dijatuhi hukuman 18 tahun penjara. 11 tahun di antaranya dihabiskan di sel isolasi.
Dia dibebaskan pada 21 April 2004 dan sejak itu ditolak izinnya untuk meninggalkan Israel.