Sukses

Voyager 2 Masuk Mode Hemat Daya 20 Miliar Kilometer dari Bumi

Tim NASA yang menangani Voyager 2 mengirimkan perintah untuk menutup eksperimen Plasma Science atau pada 26 September 2024 dengan menggunakan Deep Space Network.

Liputan6.com, Jakarta - Para ilmuwan mematikan salah satu instrumen sains pada wahana antariksa Voyager 2. Voyager 2 memasuki mode hemat daya lantaran suplai energi Voyager 2 semakin menipis.

Melansir laman NASA pada Senin (07/10/2024), Voyager 2 melesat di angkasa dengan jarak sekitar 20,9 miliar kilometer dari bumi, saat ini. Tim NASA yang menangani Voyager 2 mengirimkan perintah untuk menutup eksperimen Plasma Science atau pada 26 September 2024 dengan menggunakan Deep Space Network.

Alat ini merupakan serangkaian antena radio masif yang dapat memancarkan informasi miliaran mil di luar angkasa. Sementara itu, instrumen Voyager 2 yang dimatikan, PLS, digunakan untuk mengamati angin Matahari.

NASA membutuhkan waktu 19 jam bagi pesan tersebut untuk sampai ke Voyager 2. Kemudian, sinyal balasan diterima NASA 19 jam kemudian.

Wahana antariksa yang cukup tua ini mulai kehabisan cadangan daya. Namun, NASA memperkirakan Voyager 2 akan terus beroperasi dengan setidaknya satu instrumen sains hingga 2030-an.

Badan antariksa Amerika Serikat ini secara rutin harus menjalankan perintah untuk mematikan berbagai instrumen sains Voyager selama bertahun-tahun. Hal ini dilakukan seiring dengan semakin menipisnya pasokan plutonium yang dimiliki wahana yang sudah berusia 47 tahun ini.

Voyager 2 diketahui memiliki tiga generator termoelektrik radioisotop. Hal ini memberi daya pada pesawat ruang angkasa dengan mengubah panas yang dipancarkan oleh plutonium yang meluruh menjadi listrik.

Para ilmuwan menilai, mematikan sebuah peralatan di Voyager 2 atau Voyager 1 bukanlah hal yang ideal. Mereka menyebut, data sains yang dikumpulkan dua wahana ini sangat penting bagi penelitian.

Instrumen eksperimen plasma yang dimatikan terdiri dari satu set empat detektor plasma. Teknologi Voyager 2 ini mengumpulkan informasi tentang aliran ion dan elektron yang dimuntahkan dari matahari melintasi tata surya, atau biasa disebut angin matahari.

Angin mtahari mengalir dari korona, atau atmosfer luar matahari yang panas, berinteraksi dengan planet-planet dan medium antar bintang. Pembacaan angin matahari ini membantu NASA menentukan Voyager 2 telah meninggalkan heliosfer pada 2018.

Lebih lanjut, setelah mencapai luar heliosfer, Voyager 2 telah mengumpulkan data yang terbatas dalam beberapa tahun terakhir karena orientasinya yang relatif terhadap arah aliran plasma.

 

2 dari 2 halaman

Tentang Voyager 2

Melansir laman JPL Voyager pada Senin (07/10/2024), Voyager 2 diluncurkan 20 Agustus 1977 dari Cape Canaveral, Florida dengan menggunakan roket Titan-Centaur. Voyager 1 dan 2 menjelajahi semua planet raksasa di tata surya, yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus selama 48 bulan.

Keduanya juga serta melihat sistem cincin dan medan magnet yang dimiliki planet-planet tersebut. Pendekatan terdekat ke Jupiter terjadi pada 9 Juli 1979 untuk Voyager 2.

Voyager adalah wahana antariksa manusia ketiga dan keempat yang terbang melintasi semua planet di tata surya kita. Wahana antariksa Pioneer 10 dan 11 mendahului Voyager dalam hal melampaui daya tarik gravitasi maMatahari.

Namun, pada 17 Februari 1998, Voyager 1 melampaui Pioneer 10 dan menjadi objek buatan manusia terjauh di luar angkasa. NASA sebelumnya secara bertahap memulihkan komunikasi dengan pesawat antariksa Voyager 2 setelah hilang kontak buntut salah pengaturan.

Misi jangka panjang Voyager 2 saat ini berada sekitar 19,9 miliar kilometer dari bumi. Kontak terjadi akibat serangkaian perintah yang secara tidak sengaja memindahkan antena Voyager 2 derajat menjauhi arah bumi pada 28 Juli.

(Tifani)