Sukses

Kilas Balik Serangan Hamas 7 Oktober 2023: Hari Paling Mematikan dalam Sejarah Israel

Pada 7 Oktober 2023, Hamas melancarkan serangan terbesar dalam sejarah Israel. Kelompok itu menyerbu pagar pembatas yang memisahkan Jalur Gaza dan Israel pada dini hari, menewaskan 1.189 orang, melukai 7.500 orang, dan menyandera 251 orang.

Liputan6.com, Tel Aviv - Setelah fajar pada Sabtu, 7 Oktober tahun lalu tepatnya pukul 06.29 waktu setempat, kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas, termasuk Jihad Islam, melepaskan rentetan roket dan mortir ke sejumlah kota dan pangkalan militer Israel.

Mereka menjulukinya Operasi Banjir Al-Aqsa, yang kemudian tercatat sebagai serangan paling mematikan terhadap Israel, sejak negara itu muncul pada tahun 1948.

Serangan, yang terjadi bersamaan dengan Hari Sabat dan hari terakhir Hari Raya Sukkot, itu jelas menggemparkan seantero Israel.

Faktanya, kegagalan intelijen ini memiliki preseden, yaitu 50 tahun dan satu hari sebelumnya. Pada 6 Oktober 1973, Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak, yang memicu Perang Yom Kippur.

Sistem pertahanan udara "Kubah Besi" atau Iron Dome Israel, yang dikerahkan pada tahun 2011, dengan cepat kewalahan oleh ribuan roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza. Hamas mengklaim pihaknya menembakkan 5.000 roket dalam rentetan awal selama 20 menit, yang mengirimkan proyektil hingga 80 kilometer ke wilayah Israel. 

Militer Israel sendiri mengatakan 2.500 roket yang telah ditembakkan. Demikian seperti dilansir France24, Senin (7/10/2024).

Sirene peringatan udara bergaung di seluruh kota-kota Israel hingga sejauh Tel Aviv, Yerusalem, dan Beersheba. Warga sipil bergegas ke tempat perlindungan. Banyak roket yang dicegat, yang lainnya jatuh ke tanah.

Setidaknya lima kematian dilaporkan dan ada kerusakan properti di sejumlah kota, terutama di pinggiran Jalur Gaza.

 

2 dari 4 halaman

Anggota Hamas Melintasi Perbatasan

Roket-roket yang ditembakkan Hamas Cs berfungsi untuk menutupi serangan terkoordinasi oleh pasukan komando Hamas. Ratusan pejuang dari sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, menuju puluhan titik di sepanjang pembatas sepanjang 59 kilometer yang memisahkan Jalur Gaza dan Israel.

"Para pejuang Hamas sudah terlatih dalam pertempuran dan mengetahui topografi daerah tersebut," kata spesialis gerakan jihad Wassim Nasr.

Drone yang dipersenjatai dengan bahan peledak digunakan untuk menetralisir menara pengawas Israel yang dilengkapi dengan senapan mesin di dekat perbatasan Jalur Gaza. Peralatan militer Israel yang ditempatkan di dekat perbatasan, termasuk kendaraan lapis baja, turut menjadi sasaran. Begitu pula infrastruktur telekomunikasi, termasuk tiang listrik yang dihancurkan di dekat Kibbutz Be'eri.

Tujuannya adalah untuk segera menonaktifkan komunikasi dan kamera militer Israel di dekat Jalur Gaza.

Bahan peledak digunakan untuk menerobos pagar keamanan. Di tempat-tempat yang tidak dapat mereka terobos, para pejuang Hamas menembakkan roket dari posisi beberapa ratus meter dari perbatasan.

Serangan mendadak itu terkoordinasi dengan baik dan dilaksanakan dengan cepat.

Pasukan komando dengan sepeda motor dan truk pikap dengan cepat menyusup ke wilayah Israel, sebelum buldoser memperlebar celah di pagar untuk memungkinkan kendaraan yang lebih besar melewatinya.

Hamas juga menggunakan perahu motor untuk mencapai Israel melalui laut dan paralayang bermotor untuk menyusup melalui udara.

Bentrokan meletus di beberapa titik di sepanjang penghalang keamanan Jalur Gaza, terutama di perlintasan perbatasan Erez di utara Jalur Gaza.

Tentara Israel kewalahan dan beberapa ditangkap saat ratusan kendaraan dari Jalur Gaza melintasi perbatasan untuk melanjutkan serangan.

Sekitar 1.200 pejuang Hamas – 2.900, menurut Israel – terlibat dalam operasi hari itu. Pasukan komando digambarkan memiliki sasaran yang jelas dan terarah – sebuah rencana pertempuran, sebagaimana intelijen Israel kemudian menyebutnya.

Sasarannya diklaim Israel adalah militer dan sipil. Sebagian besar sasaran berhasil diserang dalam waktu kurang dari 30 menit.

 

 

 

3 dari 4 halaman

Pangkalan Militer Israel Diserbu

Serangan serentak Hamas direspons lamban aparat keamanan Israel. Selama beberapa jam, warga sipil dan tentara dibiarkan berjuang sendiri.

Antara pukul 06.30 dan 08.30, Hamas menargetkan beberapa pangkalan militer Israel.

Serangan itu menyebar dari utara ke selatan, di sepanjang perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel. Hamas menyerang Erez, Zikim, Nahal Oz, Sufa, Re'im dan dua pangkalan di dekat Be'eri dan Kerem Shalom. Pada pukul 10.00, tentara Israel mengakui bahwa warga Palestina bersenjata telah memasuki sedikitnya tiga lokasi militer.

Pertempuran sengit pun terjadi. Pangkalan-pangkalan itu diserang dengan granat, peluncur roket, dan senjata otomatis.

Setidaknya lima puluh tentara Israel dilaporkan tewas di Nahal Oz, termasuk banyak perempuan tidak bersenjata. Pangkalan militer Re'im, markas besar Divisi Gaza, juga direbut. Pasukan Israel tidak mendapatkan kembali kendali atas pangkalan itu hingga akhir hari.

Festival Musik Supernova

Sekitar pukul 07.00, muncul gambar-gambar yang menunjukkan kendaraan dan pejuang Hamas di jalan-jalan Sderot, kota berpenduduk 30.000 jiwa, yang terletak satu kilometer dari Jalur Gaza.

Beberapa kibbutz yang berbatasan dengan Jalur Gaza yang diserang antara lain Yahini, Be'eri, Nirim, Nir Oz, Nir Yitzhak, Netiv HaAsara, dan Kfar Aza. Petani kolektif, yang terdiri dari ribuan orang, sebagian besar berafiliasi dengan sayap kiri Israel, tinggal di komunitas permukiman ini.

Di Kibbutz Be'eri, serangan disebut berlangsung hampir tujuh jam.

Serangan Hamas yang berdampak besar terjadi di Festival Musik Supernova, dekat Kibbutz Re'im, tempat 3.000 orang berkumpul.

Saat anggota Hamas mendekat, para pengunjung festival diminta oleh penyelenggara untuk berkumpul di tempat parkir dan pulang. Satu-satunya jalan keluar dari area itu dengan cepat macet.

Pada titik inilah beberapa pasukan komando Hamas bersenjata tiba melalui udara dan darat. Orang-orang diperintahkan untuk meninggalkan tempat kejadian dengan berjalan kaki, beberapa mencoba melarikan diri melintasi ladang. Para penyerang dilaporkan menargetkan mereka tanpa pandang bulu. Sekitar 364 orang disebut tewas.

Mereka merupakan lebih dari separuh korban sipil pada 7 Oktober dan lebih dari seperempat dari total jumlah korban tewas hari itu. Selain mereka yang tewas, 44 orang yang menghadiri festival itu disandera.

Secara keseluruhan, 251 orang disandera selama serangan 7 Oktober, termasuk 74 orang dari Kibbutz Nir Oz. Saat ini, 97 sandera masih ditawan, termasuk 37 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

 

 

 

4 dari 4 halaman

Deklarasi Perang

Setelah beberapa jam pertama berlalu, politikus Israel mulai berbicara tentang serangan yang masih berlangsung.

Tidak lama setelah pukul 09.00, Menteri Pertahanan Yoav Galant menyatakan, "Hamas membuat kesalahan besar pagi ini: memulai perang melawan Negara Israel."

Balasan Israel cepat. Tidak lama sebelum pukul 10.00, serangan udara balasan pertama dimulai di Jalur Gaza.

Pesawat tempur Israel menghancurkan Palestine Tower setinggi 11 lantai. Ini adalah awal dari kampanye panjang untuk menghancurkan infrastruktur Jalur Gaza.

Pada pukul 11.34, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di hadapan rakyat via video, "Warga Israel, kita sedang berperang ... Pagi ini, Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap Negara Israel dan warganya."

Netanyahu menambahkan, "Kita sedang berperang dan kita akan menang."

Dalam kesempatan yang sama, Netanyahu juga mengumumkan bahwa dia meluncurkan mobilisasi cadangan yang ekstensif.

Pada sore hari tanggal 7 Oktober, tentara Israel memanggil 360.000 tentara cadangan untuk memperkuat pasukannya yang berjumlah 170.000 prajurit.

Pemerintah Israel menerapkan rencana evakuasi bagi warga sipil di dekat Jalur Gaza. Secara keseluruhan, 125.000 warga Israel terpaksa pindah. Beberapa masih belum kembali ke rumah mereka.

Sejak tengah hari dan seterusnya pada 7 Oktober, pasukan keamanan Israel dikerahkan untuk merebut kembali 22 lokasi di selatan Israel yang diserang oleh pasukan komando Hamas. Secara khusus, militer bertujuan untuk mendapatkan kembali kendali atas pangkalan militer Re'im dan kantor polisi Sderot.

Pada sore dan malam hari, Hamas kembali menembakkan roket ke beberapa kota, termasuk Tel Aviv, Ashkelon, dan Sderot. Sementara itu, pertempuran terus berlanjut di Kibbutz Be'eri, yang akhirnya dibebaskan 17 jam setelah direbut oleh pasukan komando Hamas.

Saat malam tiba, pencarian para penyerang yang masih berada di Israel terus berlanjut.

Pada tanggal 10 Oktober, tentara Israel menyatakan telah merebut kembali kendali atas semua wilayah yang disusupi Hamas.