Sukses

Korban Tewas Setahun Perang Israel Vs Hamas di Gaza Capai 41.909, 97.303 Orang Terluka

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tersebut termasuk 39 orang tewas dalam 24 jam sebelumnya.

Liputan6.com, Gaza - Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan bahwa sedikitnya 41.909 orang telah tewas dalam perang antara Israel dan militan Palestina, yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel tepat setahun yang lalu pada hari Senin 7 Oktober 2024.

Menurut kementerian Kesehatan Gaza, seperti dikutip dari Al Arabiya, Selasa (8/10/2024), jumlah korban tersebut termasuk 39 orang tewas dalam 24 jam sebelumnya. Sementara itu 97.303 orang telah terluka di Jalur Gaza sejak perang dimulai ketika militan Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.

Di sisi lain, Israel mengklaim telah menggempur ribuan target di Gaza dan menemukan ribuan terowongan.

"Dalam setahun terakhir di Jalur Gaza, Israel telah mengebom lebih dari 40.000 target, menemukan 4.700 terowongan, dan menghancurkan 1.000 lokasi peluncur roket," kata militer Israel pada peringatan satu tahun serangan militan yang dipimpin Hamas yang memicu serangan Israel di daerah kantong itu, Senin (7/10), mengutip laporan Channel News Asia.

Menghitung pasukan yang namanya diizinkan untuk dipublikasikan, militer Israel mengatakan 726 tentara Israel telah tewas sejak 7 Oktober 2023. Dari jumlah tersebut, 380 tewas dalam serangan 7 Oktober dan 346 dalam perang Israel vs Hamas di Gaza mulai 27 Oktober 2023.

Tentara yang terluka berjumlah 4.576 sejak tanggal tersebut. 56 tentara tewas akibat kecelakaan operasional, yang tidak dijelaskan oleh militer.

Dalam data untuk menandai peringatan 7 Oktober, militer Israel mengatakan telah merekrut 300.000 tentara cadangan sejak dimulainya perang - 82 persen pria dan 18 persen wanita dan hampir setengahnya berusia 20 hingga 29 tahun.

"Sejak dimulainya perang, 13.200 roket ditembakkan ke Israel dari Gaza. 12.400 lainnya ditembakkan dari Lebanon, sementara 60 berasal dari Suriah, 180 dari Yaman dan 400 dari Iran," kata militer Israel.

Militer Israel juga mengklaim telah menewaskan lebih dari 800 "teroris" di Lebanon, di mana 4.900 target telah diserang dari udara bersama dengan sekitar 6.000 target darat. Selama tahun lalu, Israel juga menyebut telah menangkap lebih dari 5.000 tersangka di Tepi Barat dan Lembah Jordan.

Militer mengatakan telah menewaskan delapan komandan brigade militan Gaza, sekitar 30 komandan batalion dan 165 komandan kompi selama tahun lalu.

2 dari 3 halaman

Setahun Perang Gaza: Ahli Ungkap Unsur Pembusukan dan Ketegangan dalam Masyarakat Israel

Setahun setelah perang di Jalur Gaza, masyarakat Israel menunjukkan perpecahan yang dalam, seiring dengan meningkatnya radikalisasi, polarisasi politik, ketidakstabilan ekonomi, dan tekanan militer. 

Mantan penasihat senior pemerintah Israel Daniel Levy mencirikan situasi ini sebagai "unsur pembusukan", menyoroti kerapuhan yang berkembang dalam masyarakat.

"Bukan berarti negara ini akan runtuh, namun menunjukkan unsur-unsur benang yang terurai, unsur-unsur pembusukan ... Kerapuhan dan kerentanan masyarakat (Israel) sedang terekspos, itulah yang kita lihat," kata dia kepada Anadolu, seperti dikutip Senin (7/10/2024).

Bagi Miko Peled, seorang aktivis dan penulis Israel-Amerika Serikat (AS), Israel masih dalam keadaan kacau setelah 7 Oktober 2023, ketika Israel memulai perangnya di Jalur Gaza, yang mengakibatkan puluhan ribu kematian dan kerusakan yang meluas.

"Penegakan hukum dalam kekacauan, sistem peradilan, badan legislatif dalam kekacauan total. Pemerintah, militer, maksud saya ada semacam disfungsi total di semua bidang negara," kata Peled, seraya menambahkan bahwa fungsi negara telah terdampak parah.

"Negara dalam kondisi lumpuh atau hampir lumpuh."

Menurut Levy, masyarakat Israel sangat terpolarisasi dalam isu-isu domestik sebelum 7 Oktober, dicengkeram oleh protes yang meluas terhadap perombakan peradilan yang diprakarsai oleh pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Dan sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza, Levy yakin sebagian besar warga Israel bersatu dalam pendirian mereka terhadap warga Palestina.

"Warga Israel telah menerima narasi bahwa apa yang dilakukan di Jalur Gaza pantas … sah, kita atau mereka. Media Israel telah memompa satu narasi ke rumah-rumah warga Israel," tutur Levy.

Levy juga menunjukkan bahwa meskipun ada "konsensus seputar penerimaan amoralitas dan kriminalitas terhadap warga Palestina", masyarakat Yahudi Israel merasa semakin rapuh dan terpecah menjadi kubu-kubu yang berseberangan.

Satu faksi, menurut Levy, percaya bahwa bencana 7 Oktober adalah harga yang harus dibayar untuk mengawali era penebusan di mana orang-orang Palestina akhirnya dapat dihancurkan, dibersihkan secara etnis, dan diusir secara permanen dari tanah mereka.

Kelompok ini, kata Levy, memandang Nakba (pemindahan paksa orang-orang Palestina pada tahun 1948), sebagai sejarah yang belum selesai, dan itu dapat diselesaikan sekarang.

Peled, yang kakeknya, Avraham Katznelson, adalah salah satu pendiri Israel, percaya bahwa masyarakat Israel tidak pernah kohesif, yang disatukan oleh "selotip" sejak awal.

"Ada keretakan besar dalam masyarakat itu. Ini bukan masyarakat tunggal. Ini adalah sekelompok kelompok berbeda yang secara artifisial disatukan. Jadi, keretakan telah terjadi selama beberapa dekade," kata dia.

Peled menghubungkan protes yang sedang berlangsung, termasuk protes perombakan peradilan tahun 2023 dan protes besar-besaran menuntut pembebasan sandera di Jalur Gaza, dengan segmen masyarakat Israel yang paling istimewa, yang menuntut perubahan untuk mempertahankan status mereka.

"Dan kita melihat pita perekat itu semakin lemah, terutama karena segmen yang memprotes sekarang adalah yang paling istimewa," ujarnya.

Menurut Peled, protes-protes tersebut berdampak kecil pada pemerintah, yang mendapat dukungan dari parlemen, "Mereka memiliki suara mayoritas, sehingga mereka tidak dalam bahaya apa pun."

Dia menggarisbawahi pula dukungan yang meluas untuk kekerasan sadis terhadap Palestina dalam masyarakat Israel dan pada saat bersamaan menyatakan bahwa perpecahan internal semakin berkembang.

"Keretakannya jelas, masyarakat (Israel) sendiri terkoyak. Dan bahkan orang-orang dalam masyarakat itu yang tidak setuju saling menyebut pengkhianat dan terlibat dalam perkelahian lalu terlibat dalam perpecahan yang sangat dalam yang hampir tidak dapat dijembatani," ungkap Peled.

Selengkapnya klik di sini...

3 dari 3 halaman

Setahun Perang Gaza, Israel Bombardir 120 Lokasi di Lebanon

Israel melancarkan gelombang serangan udara yang hebat di Lebanon selatan pada hari Senin (7/10/2024), dengan 100 pesawat menargetkan sekitar 120 lokasi dalam waktu satu jam. Demikian menurut militer Israel.

Seorang juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengeluarkan peringatan mendesak kepada warga sipil Lebanon untuk menghindari berada di pantai atau di atas perahu di pesisir dari Sungai Awali ke arah selatan hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Gelombang serangan itu terjadi saat warga Israel memperingati setahun serangan 7 Oktober 2023, yang menjadi pemicu perang yang berlangsung di Jalur Gaza saat ini.

IDF juga mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka telah menetapkan zona militer tertutup baru di Israel utara, wilayah tertutup keempat sejak invasi darat dimulai, yang membentang ke arah timur dari pantai Mediterania.

"Target-target ini milik berbagai unit organisasi teroris Hizbullah, termasuk unit regional front selatan Hizbullah, Pasukan Radwan, Pasukan Rudal dan Roket, dan Direktorat Intelijen," kata IDF seperti dilansir The Guardian, Selasa (8/10).

"Operasi ini merupakan tindak lanjut dari serangkaian serangan yang bertujuan melemahkan kemampuan komando, kendali, dan penembakan Hizbullah, serta membantu pasukan darat dalam mencapai tujuan operasional mereka."

Saat acara peringatan berlangsung di seluruh Israel, kekerasan terus berkecamuk di berbagai medan, dengan Israel juga memperluas operasi daratnya di Lebanon dengan melibatkan unsur-unsur dari divisi ketiga dalam pertempuran tersebut.

Di tengah bukti yang jelas bahwa Israel dengan cepat meningkatkan operasi militernya terhadap berbagai proksi yang bersekutu dengan Iran, Hamas menembakkan roket dari Jalur Gaza bertepatan dengan peringatan setahun perang terbaru. Kelompok itu bersumpah melanjutkan perang atrisi yang panjang dan menyakitkan terhadap Israel.

Kemampuan Hamas untuk menembakkan roket -meskipun sangat dibatasi oleh serangan Israel yang menghancurkan selama 12 bulan yang telah menewaskan lebih dari 41.000 orang Palestina- terus berlanjut meskipun ada pernyataan berkala dari IDF yang menyatakan kelompok tersebut secara efektif telah dikalahkan.

Sekalipun tempo operasi militer Israel meningkat dengan cepat, Hizbullah juga menembakkan sejumlah rudal ke Israel sepanjang hari pada hari Senin, sementara sebuah rudal balistik yang ditembakkan oleh kelompok Houthi di Yaman berhasil ditembak jatuh.

Video Terkini