Liputan6.com, Jakarta - Dalam berbagai budaya populer, serigala digambarkan akan melolong saat bulan purnama tiba. Penggambaran ini sering muncul dalam beberapa film atau buku cerita, hingga banyak yang percaya bahwa serigala memang melolong saat bulan purnama.
Namun dalam dunia nyata, serigala tidak melolong ke langit saat bulan purnama. Melansir laman IFL Science pada Rabu (09/20/2024), hubungan antara serigala dan bulan purnama adalah hasil dari kepercayaan mitologi Yunani dan Romawi.
Dalam kebudayaan tersebut, serigala merupakan simbolisme bulan. Seorang Deaa Yunani bernama Hekate dipercaya mempunyai kawanan anjing penjaga.
Advertisement
Baca Juga
Sementara dalam mitologi Nordik, serigala Skoll dan Hati disebut sebagai matahari dan bulan, sehingga serigala terlihat mengejar benda-benda langit pilihan mereka salah satunya bulan. Dalam sains, serigala melolong pada malam hari sebagai bentuk komunikasi dengan serigala lainnya, termasuk pada saat bulan purnama.
Selain itu, mereka juga melakukan lolongan untuk menentukan wilayah. Meskipun belum ada penelitian yang menemukan bukti bahwa serigala melolong lebih sering saat bulan purnama.
Lolongan serigala memiliki frekuensi yang luar biasa, sehingga dapat didengar hingga jarak 16 km. Dengan begitu, serigala bisa mengklaim wilayah kekuasaannya hingga 3.000 km persegi.
Kemampuan lolongan juga berperan penting saat sebuah kawanan terpisah. Untuk mengkomunikasikan letak keberadaannya, seekor serigala akan melolong.
Meski terdengar mengerikan bagi manusia, lolongan serigala merupakan salah satu cara untuk menyampaikan perasaan rasa sayang di antara mereka dan anggota kawanan tertentu. Serigala cenderung lebih banyak melolong kepada mereka yang memiliki hubungan lebih kuat dengan mereka.
Selain itu, serigala pun akan melolong saat musim kawin. Lolongan juga bisa menunjukkan tingkat kesehatan serigala.
Dikutip dari situs Animal: How Stuff Works pada Rabu (09/10/2024), dijelaskan bahwa lolongan serigala dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni menggonggong, menggeram, dan merintih. Gonggongan serigala bisa dimaknai sebagai peringatan jika ada pemangsa di sekitar wilayah keberadaan mereka.
Sedangkan geraman bernada rendah menandakan kelompok serigala lain akan datang untuk mendominasi wilayahnya. Sementara itu, rengekan bernada tinggi memperlihatkan sikap menyerah.
Namun, rengekan juga bisa bermakna sebagai salam ramah antar serigala.
(Tifani)