Sukses

Netanyahu Minta PBB Pindahkan Pasukan UNIFIL dari Zona Bahaya di Lebanon Selatan

UNIFIL telah berulang kali menolak pindah.

Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Minggu (13/10/2024), meminta PBB memindahkan pasukan penjaga perdamaian yang ditempatkan di Lebanon selatan dari "zona berbahaya".

Seruannya kepada Sekjen PBB Antonio Guterres disampaikan sehari setelah Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) mengulangi penolakannya untuk mundur dari wilayah perbatasan setelah lima anggotanya terluka dalam perang Israel versus Hizbullah.

"Tuan Sekretaris Jenderal, pindahkan pasukan UNIFIL dari wilayah berbahaya. Ini harus dilakukan sekarang juga, segera," kata Netanyahu dalam pernyataan via rekaman video yang dirilis kantornya, seperti dilansir France24, Senin (14/10).

Netanyahu mengatakan pasukan Israel telah beberapa kali meminta UNIFIL untuk pergi, dengan mengklaim mereka menjadi perisai manusia bagi Hizbullah.

"Penolakan Anda untuk mengevakuasi tentara UNIFIL menjadikan mereka sandera Hizbullah. Ini membahayakan mereka dan nyawa tentara kami," ujar Netanyahu.

"Kami menyesalkan kerugian yang dialami prajurit UNIFIL dan kami berusaha sekuat tenaga untuk mencegah kerugian tersebut. Namun, cara paling sederhana dan paling jelas untuk memastikan hal ini adalah dengan menarik mereka dari zona bahaya."

UNIFIL sendiri tegas menolak meninggalkan posisinya di Lebanon selatan.

"Ada keputusan bulat untuk tetap tinggal karena penting bagi bendera PBB untuk tetap berkibar tinggi di wilayah ini dan untuk dapat melapor kepada Dewan Keamanan (PBB)," tutur juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti kepada AFP pada hari Sabtu (12/10).

Tenenti mengatakan Israel telah meminta UNIFIL untuk mundur dari posisi hingga lima kilometer dari Garis Biru, yang memisahkan kedua negara.

2 dari 2 halaman

Babak Baru Konflik

UNIFIL, misi yang terdiri dari sekitar 9.500 tentara dari berbagai negara, dibentuk setelah invasi Israel ke Lebanon tahun 1978.

Saat ini, UNIFIL bertugas memantau gencatan senjata yang mengakhiri perang 33 hari pada tahun 2006 antara Israel dan Hizbullah.

Empat puluh negara kontributor UNIFIL mengatakan pada hari Sabtu mereka "mengutuk keras serangan baru-baru ini" terhadap pasukan penjaga perdamaian.

"Tindakan seperti itu harus segera dihentikan dan harus diselidiki secara memadai," kata pernyataan bersama, yang diunggah di X oleh misi PBB Polandia dan ditandatangani oleh negara-negara termasuk kontributor utama pasukan penjaga perdamaian Indonesia, Italia, dan India.

UNIFIL telah menuntut penjelasan dari tentara Israel atas apa yang dikatakannya sebagai "pelanggaran mengejutkan" terhadap pasukan mereka, termasuk memaksa masuk ke salah satu posisi mereka.

"Pada hari Minggu pagi tank-tank Israel telah 'menghancurkan' posisi UNIFIL dan 'masuk secara paksa' ke sana," kata UNIFIL.

Militer Israel mengklaim sebuah tank bertabrakan dengan pos penjaga perdamaian PBB ketika diserang selama insiden yang menyebabkan sejumlah tentara terluka.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengecam seruan Israel kepada UNIFIL untuk meninggalkan wilayah selatan.

"Peringatan yang disampaikan Netanyahu kepada ... Guterres yang menuntut pemindahan UNIFIL merupakan babak baru dalam pendekatan musuh yang tidak mematuhi norma-norma internasional," sebut Mikati.

Sebelumnya, Netanyahu mengatakan kritik terhadap Israel tidak pada tempatnya dan seharusnya diarahkan kepada Hizbullah.

"Alih-alih mengkritik Israel, mereka seharusnya mengarahkan kritik mereka kepada Hizbullah, yang menggunakan UNIFIL sebagai tameng manusia," ujarnya.

Video Terkini