Liputan6.com, Florida - Sebuah pesawat luar angkasa yang akan mencari tanda-tanda kehidupan alien di salah satu bulan es Jupiter telah diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat (AS).
NASA meluncurkan pesawat luar angkasa tersebut pada Senin 14 Oktober pukul 12:06 waktu setempat (16:06 GMT), setelah Badai Milton memaksa misi ini tertunda pekan lalu.
Baca Juga
Dilansir BBC, Selasa (15/10/2024), pesawat luar angkasa Europa Clipper kini akan menempuh perjalanan sejauh 1,8 miliar mil untuk mencapai Europa, bulan misterius yang mengorbit Jupiter. Meskipun tidak akan tiba hingga tahun 2030, apa yang ditemukan oleh pesawat ini bisa mengubah pemahaman tentang kehidupan di tata surya kita.
Advertisement
Di bawah permukaan bulan ini, diperkirakan terdapat lautan luas dengan jumlah air dua kali lipat dari yang ada di Bumi.
Pesawat luar angkasa ini mengejar misi Eropa yang diluncurkan tahun 2023 lalu, tetapi dengan menggunakan teknik gravitasi, Europa Clipper akan tiba lebih dulu.
Peluncuran Europa Clipper telah direncanakan selama bertahun-tahun dan mengalami penundaan pada menit terakhir setelah badai topan Milton melanda Florida.
Pesawat luar angkasa tersebut dipindahkan ke dalam ruangan untuk dilindungi, tetapi setelah memeriksa landasan peluncuran di Cape Canaveral untuk kerusakan, para insinyur memberikan izin untuk lepas landas pada waktu yang telah ditentukan.
Potensi Kehidupan di Luar Bumi
Para ahli menilai bahwa temuan tersebut menunjukkan tanda-tanda kehidupan selain di Bumi.Â
"Jika kita menemukan kehidupan sejauh ini dari Matahari, itu akan menunjukkan asal-usul kehidupan yang terpisah dari Bumi," kata Mark Fox-Powell, seorang mikrobiolog planet dari Open University.
Ia menambahkan bahwa jika kehidupan dapat muncul dua kali di tata surya, kemungkinan besar kehidupan itu umum adanya.
Europa terletak 628 juta kilometer dari Bumi dan sedikit lebih besar dari Bulan Bumi. Jika berada di langit, Europa akan bersinar lima kali lebih terang karena es yang memantulkan lebih banyak sinar matahari.
Dengan ketebalan kerak es mencapai 25 km, terdapat kemungkinan besar lautan air asin berada di bawahnya, serta bahan kimia yang bisa menjadi komponen kehidupan sederhana.
Advertisement
Penelitian Sebelumnya
Para ilmuwan pertama kali menyadari bahwa Europa mungkin mendukung kehidupan pada tahun 1970-an ketika mereka mengamati es melalui teleskop di Arizona.
Pesawat luar angkasa Voyager 1 dan 2 menangkap gambar mendekat pertama kalinya, dan pada tahun 1995, pesawat luar angkasa Galileo milik NASA terbang melewati Europa dan mengambil gambar-gambar yang membingungkan.
Gambar-gambar tersebut menunjukkan permukaan yang dipenuhi dengan retakan gelap kemerahan yang mungkin mengandung garam dan senyawa belerang yang dapat mendukung kehidupan.
Para ilmuwan berharap instrumen di pesawat luar angkasa Clipper dapat memetakan hampir seluruh permukaan bulan tersebut serta mengumpulkan partikel debu dan menerbangkan diri melalui semburan air.
Britney Schmidt, profesor ilmu Bumi dan atmosfer di Universitas Cornell AS, membantu merancang laser yang dapat melihat melalui es.
"Yang paling saya nantikan adalah memahami sistem saluran air di Europa. Di mana letak airnya? Europa memiliki versi es dari zona subduksi Bumi, ruang magma, dan tektonik - kami akan mencoba melihat ke dalam daerah tersebut dan memetakan mereka," ujarnya.
Namun, semua instrumen di Clipper akan terpapar radiasi tinggi yang dapat merusak elektroniknya. Pesawat luar angkasa ini dirancang untuk terbang melewati Europa sekitar 50 kali, dan setiap kali terbang akan terpapar radiasi setara dengan satu juta sinar-X.