Sukses

Israel Bunuh Pemimpin Hamas Yahwa Sinwar, AS: Saatnya Perang Berakhir

Menurut Israel, Yahya Sinwar tewas pada Rabu (16/10/2024) di Jalur Gaza.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Joe Biden mengatakan pada hari Kamis (17/10) bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh pasukan Israel adalah hari yang baik bagi dunia, kesempatan untuk membebaskan sandera, dan mengakhiri perang di Jalur Gaza.

"Sekarang saatnya untuk melangkah maju. ... Bergerak menuju gencatan senjata di Gaza, pastikan bahwa kita bergerak ke arah yang memungkinkan kita membuat segalanya lebih baik bagi seluruh dunia," kata Biden kepada wartawan saat dia tiba di Berlin untuk kunjungan singkat, seperti dilansir AP, Jumat (18/10).

"Sudah waktunya perang ini berakhir dan membawa pulang para sandera ini. Itulah yang siap kami lakukan."

Para pejabat Amerika Serikat (AS) menyatakan optimisme yang terukur bahwa pembunuhan seorang militan yang digambarkan oleh penasihat keamanan nasional Jake Sullivan sebagai "hambatan besar bagi perdamaian" dapat menghidupkan kembali pembicaraan gencatan senjata yang buntu.

"Selama beberapa pekan terakhir, tidak ada negosiasi untuk mengakhiri perang karena Sinwar menolak untuk bernegosiasi," klaim juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller kepada wartawan.

"Kami sekarang melihat peluang dengan disingkirkannya dia dari medan perang, disingkirkannya dia dari kepemimpinan Hamas, dan kami ingin memanfaatkan peluang itu."

Biden berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memberi selamat kepadanya atas misi yang menewaskan Sinwar. Mereka juga membahas bagaimana memanfaatkan momen ini untuk membawa pulang para sandera dan mengakhiri perang dengan keamanan Israel terjamin dan Hamas tidak akan pernah lagi dapat mengendalikan Jalur Gaza.

Namun, Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa perang kita belum berakhir. Selain mengupayakan pembebasan para sandera, Netanyahu menegaskan Israel harus mempertahankan kendali jangka panjang atas Jalur Gaza untuk memastikan Hamas tidak mempersenjatai diri lagi — yang membuka kemungkinan pertempuran terus berlanjut.

Biden mengatakan dia akan mengirim Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke Israel dalam beberapa hari mendatang.

Dalam pernyataan sebelumnya, presiden membandingkan reaksi terhadap kematian Sinwar dengan perasaan di AS setelah terbunuhnya pemimpin al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan 11 September 2001.

Dia menggarisbawahi pembunuhan dalang serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel "membuktikan sekali lagi bahwa tidak ada teroris di mana pun di dunia yang dapat lolos dari keadilan, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan."

Israel mengklaim setidaknya 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, sementara sekitar 100 sandera masih ditawan di Jalur Gaza. Adapun serangan balasan Israel sejak hari yang sama telah membunuh lebih dari 42.000 warga Palestina di Jalur Gaza.

Lebih lanjut, Biden mengatakan dengan kematian Sinwar, "Sekarang ada peluang untuk 'hari berikutnya' di Gaza tanpa Hamas berkuasa dan untuk penyelesaian politik yang memberikan masa depan yang lebih baik bagi warga Israel dan Palestina."

Biden memuji pasukan operasi khusus AS dan agen intelijen yang membantu memberi nasihat kepada sekutu Israel tentang pelacakan dan lokasi Sinwar dan para pemimpin Hamas lainnya selama setahun terakhir — meskipun AS mengatakan operasi yang menewaskan Sinwar adalah operasi Israel.

Sullivan mengatakan "penyingkiran" Sinwar dari medan perang memang memberikan peluang untuk menemukan jalan yang membawa para sandera pulang.

2 dari 2 halaman

Reaksi Capres AS

Wakil Presiden AS Kamala Harris turut merespons kematian Sinwar dengan mengatakan pada hari Kamis bahwa pembunuhan pemimpin tertinggi Hamas oleh Israel menawarkan kesempatan untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza.

Harris yang juga calon presiden dari Partai Demokrat itu menuturkan perang harus berakhir sehingga Israel aman, para sandera dibebaskan, penderitaan di Jalur Gaza berakhir dan rakyat Palestina dapat mewujudkan hak mereka atas martabat, keamanan, kebebasan, dan penentuan nasib sendiri.

"Sudah waktunya untuk memulai hari berikutnya," kata Harris, yang berbicara di tengah kampanyenya di Universitas Wisconsin-Milwaukee