Sukses

Mengapa Penguin Tidak Bisa Terbang

Selain tidak bisa terbang, bulu penguin juga berbeda dari burung lain.

Liputan6.com, Jakarta - Penguin adalah salah satu jenis burung yang paling unik, karena tidak bisa terbang. Meski pinguin memiliki sayang dan badan yang kecil seperti burung lainnya, spesies ini tidak bisa terbang.

Melansir National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), struktur sayap penguin berevolusi untuk berenang, bukan untuk terbang, dalam pengertian tradisional. Sebagai perenang mahir, penguin menghabiskan banyak waktu di dalam air.

Beberapa penguin menghabiskan hingga 75 persen hidupnya di air. Diperkirakan bahwa ketika penguin semakin mahir berenang, mereka secara bertahap kehilangan kemampuan untuk terbang.

Sayap penguin pun beradaptasi untuk membantu mereka bertahan di dalam air. Selain tidak bisa terbang, bulu penguin juga berbeda dari burung lain.

Bulu-bulu penguin lebih pendek, lebar, dan jaraknya lebih rapat sehingga dapat melindungi kulit mereka dari dinginnya air. Struktur tubuh pinguin juga berperan penting dalam kemampuan mereka untuk terbang.

Pinguin memiliki tubuh yang lebih berat dibandingkan dengan burung terbang lainnya. Tulang pinguin lebih padat dan berat, yang membantu mereka tenggelam dan berenang lebih efisien.

Terbang membutuhkan banyak energi, dan pinguin telah mengalihkan fokus metabolisme mereka untuk berenang. Meskipun mereka tidak dapat terbang, pinguin sangat efisien dalam berenang, mampu mencapai kecepatan hingga 36 km/jam di air.

Kemampuan ini memungkinkan mereka untuk mengejar ikan dan makanan lain dengan lebih efektif.

 

2 dari 2 halaman

Evolusi Pinguin

Evolusi penguin berasal dari nenek moyang burung laut. Para ilmuwan menyebut bahwa evolusi penguin menjadi salah satu keajaiban kerajaan hewan yang paling mengagumkan.

Gen pinguin ditemukan lebih dari 60 juta tahun yang lalu. Penguin paling awal diketahui berasal dari Waimanu Manneringi, sekarang Selandia Baru, pada 61 juta tahun yang lalu, sekitar 5 juta tahun setelah peristiwa kepunahan massal yang menghancurkan dinosaurus.

Para ilmuwan juga mengidentifikasi serangkaian gen yang penting dalam adaptasi terkait dengan penglihatan bawah air, penyelaman yang lama, pengaturan suhu, diet hingga ukuran badan. Dalam studi ini, para peneliti juga mengurutkan genom dari 20 spesies dan subspesies penguin yang masih hidup.

Lebih dari tiga perempat spesies penguin yang diketahui sekarang telah punah, dan dalam penelitian ini. Mereka juga memasukkan data kerangka dari 50 spesies fosil nenek moyang penguin dalam analisis mereka.

Para peneliti mengatakan bahwa penguin berevolusi dari nenek moyang yang sama dengan sekelompok burung laut yang mencakup elang laut dan petrel. Sebagian besar penguin hidup ini belahan bumi selatan, termasuk spesies penguin Adelie yang menghuni sepanjang garis pantai Antartika.

Sementara penguin Galapagos adalah satu-satunya spesies penguin yang ditemukan di utara khatulistiwa. Studi ini juga menunjukkan mutasi gen yang kemudian menggeser kemampuan penglihatan penguin.

Cahaya biru menembus lebih dalam ke laut dibandingkan cahaya di ujung spektrum merah. Sifat inilah yang kemudian membantu menyempurnakan penglihatan penguin dalam melihat lingkungan dengan cahaya rendah, serta memberikan mereka kemampuan penglihatan yang tajam saat berada di bawah air.

Selain itu, gen aktif yang membantu penguin dalam mengenali atau mendeteksi rasa asin dan asam. Akan tetapi, gen penguin yang membantu mereka mendeteksi rasa pahit, manis dan gurih tidak lagi aktif.

Dalam hal ini, studi menduga bahwa kemungkinan gen tersebut tidak lagi diperlukan karena penguin mencari makan di air dingin dan asin, yang biasanya mereka memangsa dengan langsung menelan ikan, udang dan cumi-cumi secara utuh. Selain itu, dari ukuran tubuh, penguin dulu jauh lebih besar dibandingkan spesies yang ada saat ini.

(Tifani)

Video Terkini