Sukses

Pulau Kucing di Jepang Terancam Kehilangan Populasinya? Begini Kondisinya Saat Ini

Masa depan Pulau Kucing ini terancam. Hal itu terkuak dari sebuah unggahan akun X @aoshima_cat pada awal bulan September lalu dengan judul The Future of Cat Island (Masa Depan Pulau Kucing).

Liputan6.com, Aoshima - Di Jepang, terdapat sebuah Cat Island atau Pulau Kucing yang terkenal karena banyaknya populasi kucing di tempat tersebut. Surga kucing ini terdapat di Pulau Aoshima yang agak sulit dijangkau. Untuk mencapai pulau ini, pengunjung perlu melalui 30 menit perjalanan dengan kapal feri di lepas pantai Kota Ozu, di Prefektur Ehime.

Letaknya lumayan terpencil dan tidak memiliki banyak fasilitas (pulau ini tidak memiliki tempat akomodasi, toko, kafe, atau bahkan vending machines). Namun, terlepas dari semua itu, Aoshima telah menjadi tempat wisata yang populer selama bertahun-tahun. Hal ini berkat populasi besar kucing-kucing yang memikat wisatawan.

Sayangnya, masa depan Pulau Kucing ini terancam.

Hal itu terkuak dari sebuah unggahan akun X @aoshima_cat pada awal bulan September lalu dengan judul The Future of Cat Island (Masa Depan Pulau Kucing), yang mengungkapkan situasi gawat di sana. 

“Jumlah kucing secara perlahan-lahan berkurang,” demikian bunyi tweet itu seperti dikutip dari Tokyo Weekender pada Sabtu (19/10/2024).

“Kucing-kucing itu semakin tua. Saat ini, kucing-kucing di pulau ini semuanya berusia di atas 7 tahun. Sejak sterilisasi kucing yang dilakukan pada bulan Oktober 2018, tidak ada anak kucing yang lahir. Kami rasa kucing-kucing ini akan menyeberangi 'jembatan pelangi' dalam beberapa tahun ke depan.”

Mengutip dari Japan Today, pulau ini mulai melakukan pemandulan dan pengebirian hewan-hewan tersebut atas rekomendasi dari Asosiasi Perlindungan Kucing Aoshima, yang menganggap bahwa populasi kucing yang berjumlah 130 ekor terlalu banyak untuk dirawat oleh 13 penduduk di pulau tersebut, terutama karena usia rata-rata penduduk di pulau tersebut adalah 75 tahun.

Unggahan tersebut juga mengatakan, “Ketika wisatawan berhenti datang ke pulau ini, akan ada diskusi untuk mengurangi atau mungkin membatalkan layanan feri reguler. Ketika 'Cat Mama' menjadi tua dan meninggalkan kita, itu akan menjadi akhir dari Pulau Kucing. Ini adalah kisah yang menyedihkan.”  

“Cat Mama” yang disebut dalam tweet tersebut merujuk pada seorang penduduk berusia 73 tahun di pulau ini yang merawat populasi kucing di Aoshima.

2 dari 3 halaman

Cat Mama, Sosok Penting yang Menjaga Populasi Kucing

Cat Mama melakukan banyak hal untuk merawat kucing-kucing tersebut, termasuk menyimpan makanan untuk mereka. Hal ini menjadi semakin penting karena jumlah wisatawan yang datang ke pulau ini semakin berkurang akhir-akhir ini, yang berarti jumlah makanan yang diberikan kepada kucing-kucing di sana semakin sedikit.

Meskipun mereka menerima sumbangan makanan dari seluruh Jepang dan memakan makhluk kecil di pulau itu, tetapi diduga tanpa dukungan Cat Mama, banyak dari mereka yang akan kelaparan. 

Sejak tahun 2013, Cat Mama telah berperan besar dalam menyediakan tempat yang aman bagi hewan-hewan berbulu ini. Namun karena usianya yang semakin menua, hari-hari di surga kucing ini akan segera berakhir. 

Karena menuanya populasi kucing dan juga manusia, Aoshima memperkirakan bahwa umur Pulau Kucing hanya tinggal dua tahun lagi. Situasi ini sangat berbeda dengan masa lalu, ketika pulau ini dipenuhi oleh 655 penduduk pada tahun 1960, tetapi dalam beberapa dekade sejak itu, penduduknya pergi ke pulau utama, sehingga pulau ini menjadi penuh sesak dengan kucing-kucing liar yang berasal dari rumah-rumah yang ditinggalkan. Sekarang, jumlah penduduk manusia dan kucing berada pada titik terendah yang pernah ada.

3 dari 3 halaman

Sejarah Singkat Pulau Aoshima

Aoshima sebelumnya merupakan desa nelayan terpencil yang berkembang berkat banyaknya ikan sarden di perairan sekitarnya. Pulau ini merupakan lokasi yang ideal bagi para nelayan, tetapi mereka memiliki masalah hewan pengerat karena tikus-tikus menggerogoti jaring mereka. Solusi untuk masalah ini adalah dengan mengadopsi kucing-kucing liar yang mereka temui di berbagai pelabuhan. 

Mereka membawa hewan-hewan berbulu tersebut kembali ke kapal mereka dan sering meninggalkan kucing-kucing itu di Aoshima. Hal ini membantu membunuh tikus-tikus tersebut dan kemudian meningkatkan pariwisata. Namun, pada akhirnya, jumlah ikan sarden di daerah itu mulai menurun dan penduduk mulai pergi.  

Populasi yang tadinya sekitar 900 setelah Perang Dunia II, turun menjadi 13 pada tahun 2017. Pada saat yang sama, jumlah kucing mencapai ratusan ekor. Penduduk yang sudah menua merasa jumlah mereka terlalu banyak dan tidak ada cukup orang untuk merawat mereka. Oleh karena itu, Asosiasi Perlindungan Kucing Aoshima merekomendasikan agar semua kucing di pulau itu dimandulkan atau dikebiri untuk mengurangi populasi secara bertahap. Sterilisasi dilakukan pada tahun 2018. 

Video Terkini