Liputan6.com, Pennsylvania - Ulama Muslim yang tinggal di Amerika Serikat (AS) Fethullah Gulen meninggal dunia. Sosok yang dituduh oleh otoritas Turki mengorganisasi kudeta yang gagal pada tahun 2016, telah meninggal di pengasingan di AS pada usia 83 tahun, demikian menurut informasi yang diunggah pada situs web pribadinya.
Laporan AFP yang dikutip Selasa (22/10/2024) menyebut bahwa situs web Gulen, Herkul, yang dilarang di Turki, mengatakan bahwa imam tersebut meninggal pada hari Minggu (20/10).
Berita kematian Fethullah Gulen dilaporkan secara luas oleh media Turki pada hari Senin (21/10) dan menteri luar negeri Turki mengonfirmasinya beberapa jam setelah diumumkan di Amerika Serikat.
Advertisement
"Sumber intelijen kami mengonfirmasi kematian pemimpin organisasi FETO," kata Hakan Fidan dalam konferensi pers, menggunakan istilah Turki untuk organisasi Hizmet ppimpinan Gulen yang berpengaruh.
Sementara menurut AP, The Alliance for Shared Values, sebuah kelompok yang berbasis di New York yang mempromosikan karya Gulen di AS, mengatakan bahwa Gulen meninggal pada Minggu (20/10) malam di sebuah rumah sakit dekat rumahnya di Pegunungan Pocono, Pennsylvania. Petugas Koroner Monroe County Thomas Yanac Jr. mengatakan diberi tahu bahwa Gulen, yang berusia delapan puluhan dan telah lama sakit, meninggal karena sebab alamiah.
Kelompok The Alliance for Shared Values menyebutnya sebagai "tokoh yang sangat beriman, bijaksana, intelektual, dan memiliki kepemimpinan spiritual" yang "dampaknya akan terasa selama beberapa generasi."
Fethullah Gulen sebelumnya merupakan sekutu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, tetapi setelah mengasingkan diri, pemerintah Erdogan menuduh organisasi Hizmet miliknya sebagai kelompok "teroris" dan Gulen berupaya melakukan kudeta pada tahun 2016. Kendati demikian ia membantah tuduhan tersebut.
Hizmet, yang berarti "layanan" dalam bahasa Turki, mengelola jaringan sekolah Islam di seluruh dunia dan telah menjadi kelompok yang berpengaruh tetapi tidak transparan.
Recep Tayyip Erdogan kemudian diketahui melancarkan tindakan keras terhadap pengikut Gulen setelah tuduhan korupsi diajukan pada tahun 2013 terhadap Partai Keadilan dan Pembangunan milik presiden tersebut. Erdogan mengatakan bahwa para penyelidik tersebut adalah pengikut Gulen. Kudeta yang gagal terhadap Erdogan pada tahun 2016 telah memperdalam keretakan hubungan keduanya.
Presiden Turki itu menuduh Gulen melancarkan kudeta, lalu 3.000 pengikut Gulen dijatuhi hukuman penjara seumur hidup dan tindakan hukum diambil terhadap 700.000 orang. Sekitar 125.000 pegawai pemerintah, termasuk 24.000 tentara dan ribuan hakim investigasi pun dipecat.
Sejak kudeta yang gagal, gerakannya telah dibubarkan secara sistematis di Turki dan pengaruhnya telah menurun secara internasional.
Ini Profil Singkat Fethullah Gulen
Mengutip situs France24, Fethullah Gulen diketahui dikenal oleh para pendukungnya sebagai Hodjaefendi, atau guru yang dihormati. Ia lahir di sebuah desa di Provinsi Erzurum di Turki timur pada tahun 1941. Sebagai putra seorang imam, atau penceramah Islam, ia mempelajari Al-Qur'an sejak kecil.
Pada tahun 1959, Gulen diangkat sebagai imam masjid di Kota Edirne di barat laut dan mulai menonjol sebagai penceramah pada tahun 1960-an di provinsi barat Izmir, tempat ia mendirikan asrama mahasiswa dan pergi ke rumah-rumah tempat minum teh untuk berceramah.
Rumah-rumah yang banyak didatangi mahasiswa ini menandai dimulainya jaringan informal yang menyebar selama beberapa dekade berikutnya melalui pendidikan, bisnis, media, dan lembaga-lembaga negara, yang memberikan para pendukungnya pengaruh yang luas.
Pengaruh ini juga menyebar ke luar perbatasan Turki ke republik-republik Turki di Asia Tengah, Balkan, Afrika, dan Barat melalui jaringan sekolah.
Advertisement
Riwayat Perseteruan Fethullah Gulen dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Fethullah Gulen sebelumnya merupakan sekutu dekat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Partai AK-nya, tetapi ketegangan yang meningkat dalam hubungan mereka meledak pada bulan Desember 2013 ketika penyelidikan korupsi yang menargetkan menteri dan pejabat yang dekat dengan Erdogan terungkap.
Jaksa dan polisi dari gerakan Hizmet Gulen secara luas diyakini berada di balik penyelidikan tersebut dan surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Gulen pada tahun 2014, dengan gerakannya ditetapkan sebagai kelompok teroris dua tahun kemudian.
Segera setelah upaya kudeta tahun 2016, Erdogan menggambarkan jaringan Gulen sebagai pengkhianat dan "seperti kanker", bersumpah untuk membasmi mereka di mana pun mereka berada. Ratusan sekolah, perusahaan, outlet media, dan asosiasi yang terkait dengannya ditutup dan aset disita.
Gulen mengutuk upaya kudeta tersebut "dengan kata-kata yang paling keras".
"Sebagai seseorang yang menderita di bawah berbagai kudeta militer selama lima dekade terakhir, sangat menghina untuk dituduh memiliki hubungan apa pun dengan upaya semacam itu," katanya dalam sebuah pernyataan.
Dalam tindakan keras setelah kudeta yang gagal, yang menurut pemerintah menargetkan para pengikut Gulen, sedikitnya 77.000 orang ditangkap dan 150.000 pegawai negeri termasuk guru, hakim, dan tentara diskors berdasarkan peraturan darurat.
Perusahaan dan media yang dianggap terkait dengan Gulen disita oleh negara atau ditutup. Pemerintah Turki mengatakan tindakannya dibenarkan oleh beratnya ancaman yang ditimbulkan terhadap negara oleh kudeta tersebut.
Gulen juga menjadi tokoh yang terisolasi di Turki, dicerca oleh para pendukung Erdogan dan dijauhi oleh oposisi yang melihat jaringannya telah berkonspirasi selama beberapa dekade untuk merusak fondasi sekuler republik tersebut.
Ankara telah lama berusaha agar dia diekstradisi dari Amerika Serikat.
Berbicara di kompleks perumahannya yang berpagar di Pegunungan Pocono, Pennsylvania, Gulen mengatakan dalam sebuah wawancara Reuters tahun 2017 bahwa dia tidak berencana untuk melarikan diri dari Amerika Serikat untuk menghindari ekstradisi. Bahkan saat itu, dia tampak lemah, berjalan dengan sempoyongan dan ditemani dokter lamanya.
Gulen telah melakukan perjalanan ke Amerika Serikat untuk perawatan medis tetapi tetap tinggal di sana karena ia menghadapi penyelidikan kriminal di Turki.
Fethullah Gulen Tinggal di AS Sejak 1999
Menurut pemberitaan Associated Pers (AP), ulama tersebut telah tinggal di Amerika Serikat sejak tahun 1999 ketika ia datang untuk berobat.
Pada tahun 2000, saat Gulen masih berada di AS, otoritas Turki menuduhnya memimpin rencana Islamis untuk menggulingkan bentuk pemerintahan sekuler negara tersebut dan mendirikan negara agama.
Beberapa tuduhan terhadapnya didasarkan pada rekaman yang diduga digunakan Gulen untuk memberi tahu para pendukung ISIS agar menunggu waktu yang tepat: "Jika mereka keluar terlalu dini, dunia akan menghancurkan kepala mereka." Gulen mengatakan komentarnya diambil di luar konteks.
Ulama tersebut diadili secara in absentia dan dibebaskan tetapi tidak pernah kembali ke tanah airnya. Ia memenangkan pertarungan hukum yang panjang melawan pemerintahan Presiden George W. Bush saat itu untuk mendapatkan status penduduk tetap di AS.
Jarang terlihat di depan umum, Gulen hidup tenang di halaman sebuah pusat retret Islam. Ia hanya pergi ke dokter untuk memeriksakan penyakitnya, termasuk penyakit jantung dan diabetes, menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berdoa dan bermeditasi, serta menerima tamu dari seluruh dunia.
Gulen tidak pernah menikah dan tidak memiliki anak.
Gulen menghabiskan beberapa dekade terakhir hidupnya dalam pengasingan diri, tinggal di kompleks perumahan yang berpagar dan menyebarkan pengaruh di antara jutaan pengikutnya. Ia menganut filosofi yang memadukan Sufisme — bentuk mistik Islam — dengan advokasi kuat demokrasi, pendidikan, sains, dan dialog antaragama.
Gulen tidak memainkan peran aktif dalam gerakannya dalam beberapa tahun terakhir. Sekelompok teman dekat yang telah menasihatinya selama beberapa dekade akan meneruskan pekerjaan tersebut, menurut The Alliance for Shared Values
Advertisement