Sukses

Penjara Kosong di Belanda: Model Kesuksesan atau Masalah Tersembunyi?

Belanda mengalami penurunan signifikan dalam jumlah tahanan penjara, berbeda dengan tren global yang meningkat. Namun, apakah ini benar-benar mencerminkan keberhasilan dalam memerangi kejahatan, atau ada faktor lain yang terlibat?

, Amsterdam - Di tengah meningkatnya jumlah tahanan penjara di berbagai belahan dunia, Belanda justru menyaksikan penurunan yang signifikan. Penjara-penjara yang kosong di negara ini telah dialihfungsikan menjadi hotel atau pusat budaya. Apakah ini menandakan kesuksesan Belanda dalam memerangi kejahatan?

Amerika Serikat, China, Turki, dan Brasil adalah beberapa negara yang mengalami peningkatan jumlah tahanan. Namun, di Belanda, tren ini berlawanan.

Apa yang menyebabkan penurunan jumlah tahanan penjara di Belanda? Dan apakah ini merupakan kisah sukses negara Kincir Angin ini dalam memerangi kejahatan?

Menurut pantauan DW Indonesia dari beberapa hasil penelitian dan statistik, yang dikutip Selasa (22/10/2024), studi dari Universitas Leiden (Belanda) dan Portsmouth (Inggris) mendapati jumlah tahanan di Belanda menurun dari 94 per 100.000 penduduk menjadi 51 per 100.000 penduduk antara tahun 2005 hingga 2016. Meskipun penurunan ini tidak berlanjut secara signifikan, data Eurostat menunjukkan stabilitas pada tingkat rendah, yaitu 54 tahanan per 100.000 penduduk pada 2021 dan 2022.

Belanda tercatat menjadi salah satu dari sedikit negara yang mengalami penurunan jumlah tahanan penjara, bersama dengan Jerman, Liechtenstein, dan beberapa negara Eropa Timur lainnya. Namun, penurunan di Rusia—yang mencapai 59% sejak 2000—dikaitkan dengan alasan militer, bukan reformasi peradilan.

Platform data World Prison Brief (WPB) juga telah mengidentifikasi tren serupa di Jerman, Liechtenstein, Bulgaria, Republik Ceko, Rumania, dan negara-negara Baltik.

 

2 dari 3 halaman

Mengapa Angka Tahanan di Belanda Rendah?

Beberapa faktor mempengaruhi penurunan jumlah tahanan di Belanda. Kebijakan hukum yang lebih lunak, penurunan tingkat kejahatan, serta efisiensi dalam sistem peradilan adalah beberapa di antaranya.

Jumlah hukuman penjara yang dijatuhkan oleh pengadilan Belanda menurun drastis dari 8.305 kasus pada 2005 menjadi 4.540 pada 2015. Penurunan ini terlihat pada berbagai spektrum aktivitas kriminal atau kejahatan, termasuk kejahatan properti, kekerasan, dan narkoba.

Profesor Francis Pakes dari Universitas Portsmouth menyatakan, penurunan jumlah tahanan tidak semata-mata disebabkan oleh berkurangnya tindakan kejahatan. Ada lebih sedikit kasus yang dituntut atau bahkan diselidiki, selain itu juga data statistik yang diteliti tidak menceritakan keseluruhan situasi.

Faktor utama lainnya di Belanda adalah penurunan jumlah tahanan pra-persidangan. Studi ini menunjukkan hanya ada 21.029 tahanan di penjara Belanda pada 2005, di mana jumlah tersebut turun 37% menjadi hanya 13.350 pada 2016.

Pada periode yang sama, yakni 2005 hingga 2016, jumlah kejahatan yang terdaftar di Belanda juga menurun dari 1,35 juta menjadi 930.000 kasus. Kejahatan terhadap properti turun 216,000 (-27%) dan ada 32,000 lebih sedikit pada tindak kekerasan (-26%).

Namun, penurunan terbesar terjadi pada kejahatan vandalisme dan gangguan ketertiban umum yang menurun sebanyak 50% dan kejahatan terkait narkoba (-31%).

Tingkat kejahatan di Belanda mencapai rekor terendahnya pada 2018, dengan hanya 770.000 pelanggaran yang terdaftar. Angka itu sempat meningkat kembali, yakni mencapai 798.000 pada 2022.

3 dari 3 halaman

Reformasi Sistem Peradilan

Sejak 2006, jaksa penuntut umum di Belanda memiliki kewenangan untuk menangani beberapa kasus tanpa keterlibatan hakim, mempercepat proses peradilan, dan mengurangi beban kerja hakim. Ini memungkinkan lebih banyak kasus diselesaikan dengan hukuman non-penahanan, seperti denda atau pelayanan masyarakat.

Namun, penelitian oleh Judith van Valkenhoef dan Edward van der Torre pada 2017 mengungkapkan bahwa statistik ini mungkin tidak sepenuhnya menggambarkan kesuksesan di balik sistem peradilan Belanda. Studi keduanya justru menunjukkan masalah lain, seperti investigasi pihak polisi yang tidak efisien dan kegagalan jaksa penuntut untuk membawa penjahat ke pengadilan serta pengaruh mafia narkoba yang semakin besar di Belanda.

Meskipun penurunan jumlah tahanan di Belanda bisa dianggap sebagai pencapaian, ada tantangan yang harus dihadapi, termasuk efisiensi investigasi dan penanganan kasus narkoba. Penurunan tingkat kejahatan dan reformasi sistem peradilan memberikan kesempatan bagi Belanda untuk menjadi model dalam penanganan kejahatan, namun perlu diimbangi dengan upaya mengatasi masalah tersembunyi yang mengancam keberlanjutan sistem ini.

 

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence