Sukses

Perang Ancam 600 Juta Lebih Perempuan dan Anak Perempuan, Jumlah yang Terbunuh 2 Kali Lipat

Dalam sebuah laporan terbaru, Sekjen PBB menyampaikan bahwa di tengah rekor konflik bersenjata dan kekerasan, kemajuan yang dicapai selama beberapa dekade bagi perempuan mulai memudar.

Liputan6.com, Jakarta - Setahun berlalu, perang Israel vs Hamas di Gaza belum juga berakhir. Gencatan senjata demi gencatan senjata yang diajukan belum membuahkan hasil ke arah penghentian perang.

Sekitar 42 ribu orang meninggal dunia akibat perang Israel vs Hamas di Gaza. Konflik bahkan meluas hingga ke Lebanon dan Iran.

Laporan PBB, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (28/10/2024) menyebutkan bahwa proporsi perempuan yang terbunuh dalam konflik bersenjata meningkat dua kali lipat pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan lebih dari 600 juta perempuan dan anak perempuan kini terdampak perang, meningkat 50 persen dibandingkan satu dekade lalu. Ia juga menekankan kekhawatiran bahwa dunia telah melupakan mereka di tengah meningkatnya serangan terhadap hak-hak perempuan dan kesetaraan gender.

Dalam sebuah laporan terbaru, Guterres menyampaikan bahwa di tengah rekor konflik bersenjata dan kekerasan, kemajuan yang dicapai selama beberapa dekade bagi perempuan mulai memudar. Ia menekankan bahwa "keuntungan generasi dalam hak-hak perempuan sedang terancam di seluruh dunia."

Guterres menilai status resolusi Dewan Keamanan yang diadopsi pada 31 Oktober 2000, yang menyerukan partisipasi setara perempuan dalam negosiasi perdamaian. Menurutnya, tujuan tersebut masih jauh dari tercapai, seperti halnya kesetaraan gender.

Guterres menyatakan bahwa data dan temuan terbaru menunjukkan bahwa "potensi transformatif kepemimpinan dan keterlibatan perempuan dalam upaya mencapai perdamaian" sedang melemah. Ia menegaskan bahwa kekuasaan dan pengambilan keputusan terkait isu perdamaian dan keamanan sebagian besar masih dikuasai oleh laki-laki.

"Selama struktur sosial patriarki yang represif dan bias gender menahan separuh masyarakat kita, perdamaian akan tetap sulit diraih," kata Guterres.

 

2 dari 2 halaman

Perempuan yang Terbunuh dalam Konflik Bersenjata Meningkat Dua Kali Lipat pada 2023

Laporan tersebut menyebutkan bahwa proporsi perempuan yang terbunuh dalam konflik bersenjata meningkat dua kali lipat pada 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya; kasus kekerasan seksual terkait konflik yang diverifikasi PBB meningkat 50 persen; dan jumlah anak perempuan yang terkena dampak pelanggaran berat dalam konflik meningkat sebesar 35 persen.

Dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB yang berlangsung selama dua hari dan berakhir pada Jumat (25/10), Sima Bahous selaku kepala badan PBB yang fokus pada kesetaraan gender, UN Women, menyoroti kurangnya perhatian terhadap suara perempuan dalam upaya mencapai perdamaian.

Sima Bahous mengungkapkan ketakutan jutaan perempuan dan anak perempuan di Afghanistan yang kehilangan pendidikan dan masa depan mereka. Selain itu, ia menyampaikan tentang perempuan pengungsi di Gaza yang "menunggu kematian," serta perempuan di Sudan yang menjadi korban kekerasan seksual. Harapan perempuan di negara-negara seperti Myanmar, Haiti, Kongo, wilayah Sahel di Afrika, Sudan Selatan, Suriah, Ukraina, Yaman, dan tempat lainnya juga semakin pupus. 

Video Terkini