Sukses

30 Oktober 1961: 27 Negara Kutuk Uji Coba Nuklir Rusia Berkekuatan 50 Megaton

Lembaga Seismologi milik Swedia mencatat gelombang kejut dari uji coba nuklir milik Rusia tersebut.

Liputan6.com, Moskow - Tepat hari ini di tahun 1961, Rusia meledakkan perangkat nuklir terbesar di dunia. Aktivitasnya ini memicu kecaman luas dari seluruh dunia.

Perangkat yang diyakini berkekuatan 50 megaton menyebabkan ledakan besar, dikutip dari BBC, Rabu (30/10/2024).

Aktivitas tersebut adalah yang ke-26 dalam rangkaian uji coba nuklir dan dilakukan di pulau Arktik Novaya Zemlya meskipun ada penolakan berulang kali dari Barat.

Gelombang kejut dari ledakan tersebut pertama kali terdeteksi di lembaga seismologi di Uppsala di Swedia pada pukul 08.30 waktu setempat.

Gelombang tersebut dua setengah kali lebih kuat dari uji coba terakhir Rusia, yang dilakukan seminggu sebelumnya dengan menggunakan senjata berkekuatan 30 megaton.

Kemarahan Inggris

Seorang juru bicara di Observatorium Kew di Inggris tempat gelombang kejut dari ledakan itu direkam sekitar pukul 11.51 waktu setempat mengatakan: "Ini benar-benar ledakan besar. Ini rekaman terbesar yang pernah saya ketahui."

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri di Rusia menolak memberikan komentar apa pun terkait kritik tersebut.

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengirimkan permohonan resmi yang meminta Rusia untuk tidak melanjutkan program uji coba nuklir miliknya.

Menteri Luar Negeri Inggris kala itu Lord Home, mengatakan bahwa: "Pemerintah Inggris dengan sepenuh hati menyesalkan berita tentang ledakan nuklir Rusia terbaru dan terbesar ini."

"27 negara meminta kepada para pemimpin Soviet untuk menyelamatkan dunia dari ledakan bom 50 megaton, yang membahayakan kesehatan jutaan orang."

"Pemerintah Inggris turut merasakan kemarahan yang akan dirasakan secara universal atas pengabaian yang tidak beralasan ini terhadap kesejahteraan dan keselamatan umat manusia."

Pemerintah Amerika Serikat bersikeras bahwa mereka telah mengetahui cara membuat bom 50 dan 100 megaton selama bertahun-tahun.

Seorang juru bicara Gedung Putih mengatakan: "Merupakan fakta ilmiah bahwa lima senjata 20 megaton akan menyebabkan kerusakan lebih besar daripada satu senjata 100 megaton."