Liputan6.com, Jakarta - Matahari bukan satu-satunya bintang yang ada di alam semesta ini. Para astronom memperkirakan ada 200 miliar triliun bintang di alam semesta.
Beberapa merupakan bintang tua yang telah mencapai akhir dari kehidupannya. Salah satu bintang tua yang berhasil menarik perhatian para astronom adalah Arcturus.
Arcturus adalah bintang raksasa merah di belahan Bumi utara dan bintang paling terang di konstelasi Boötes (sang Penggembala). Melansir laman Britannica pada Rabu (30/10/2024), nama bintang ini berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘penjaga atau pelindung beruang’.
Advertisement
Baca Juga
Sebab, posisinya yang berdekatan dengan ekor konstelasi Ursa Major (Beruang Besar). Nama Arcturus telah digunakan setidaknya sejak abad ke-8 SM.
Nama tersebut dirujuk dalam karya penyair Yunani Hesiod dan baru secara resmi disetujui oleh Persatuan Astronomi Internasional (IAU) pada 30 Juni 2016. Arcturus telah dikenal sejak zaman kuno karena berperan dalam navigasi dan penunjuk waktu.
Arcturus berada di belahan Bumi utara dan posisinya di sepanjang ekuator langit menjadikannya penanda langit yang berharga bagi para navigator awal. Bintang raksasa merah ini berjarak 37 tahun cahaya daei bumi.
Arcturus jauh lebih dekat dengan bumi daripada beberapa raksasa merah lainnya, seperti Betelgeuse atau Antares. Arcturus berada pada 19° utara ekuator langit yang dapat dilihat dari hampir setiap tempat di Bumi.
Menariknya, Arcturus adalah bintang yang bergerak, kecepatannya sekitar 122 km/s (273.000 mph). Bintang ini bergerak sekitar 2,3 inchi per tahun mendekati matahari.
Hal ini ditemukan para astronom melalui pengamatan lewat spektroskop. Kedua bintang itu akan berada pada jarak terdekatnya dalam waktu sekitar 4.000 tahun lagi.
Â
Bintang Keempat Paling Terang
Dikutip dari laman Science pada Rabu (30/10/2024), Arcturus disebut sebagai bintang keempat yang paling terang setelah Sirius, Canopus, dan sistem biner Alpha Centauri. Ia adalah bintang tipe spektral K0 III dan merupakan bintang raksasa kelas K paling terang di langit, dengan magnitudo absolut sekitar -0,30.
Meski memiliki massa yang hanya 1,08 kali massa matahari, Acturus tampak 113 kali lebih terang dibanding bintang tata surya kita. Arcturus juga melepaskan sekitar 215 kali lebih banyak panas daripada matahari, dengan ini menjadi bukti bahwa Arcturus menghasilkan banyak sekali energi meskipun ukurannya sangat kecil.
Meski bintang ini tampak mendukung sebuah ekosistem kehidupan. Para astronom tidak menemukan planet yang mengorbit pada bintang ini.
Sebenarnya, para astronom tidak mengetahui secara pasti umur Arcturus. Namun mengingat Arcturus telah berada di fase akhir kehidupannya, para astronom percaya bahwa usianya pasti lebih tua dari Matahari kita yang berumur 4,5 miliar tahun.
Kemudian dari hasil pengukuran bintang dan berbagai elemen seperti besi dan helium dapat diperkirakan usia Arcturus berkisar 6 sampai 8,5 miliar tahun, atau lebih tepatnya sekitar 7,1 miliar tahun.Arcturus kini berada pada tahap akhir kehidupannya.
Disebut sebagai raksasa merah karena pasokan hidrogen di Arcturus sudah habis jadi ia berhenti mensintesis unsur tersebut. Kini bintang itu telah beralih ke tahap mensintesis unsur-unsur yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen.
Suatu saat jika Arcturus kehabisan helium, ia akan kehilangan massa, melepaskan lapisan luarnya, dan perlahan menyusut. Bintang ini akan segera menjadi katai putih atau inti kecil bintang yang padat.
(Tifani)
Advertisement