Sukses

Bukan untuk Melindungi Diri, Bunglon Berubah Warna sebagai Ekspresi Emosional

Menariknya, perubahan warna kulit juga berfungsi dalam konteks reproduksi. Bunglon jantan, khususnya, akan menampilkan warna-warna cerah dan mencolok saat musim kawin tiba untuk menarik perhatian betina.

Liputan6.com, Jakarta - Bunglon adalah salah satu jenis kadal yang terkenal dengan kemampuan uniknya untuk mengubah warna tubuh. Reptil ini, yang termasuk dalam keluarga Chamaeleonidae, dapat mengubah warna kulitnya dengan cara yang menarik, yakni dengan menyebarkan atau memusatkan butiran pigmen di dalam sel-sel khusus yang disebut chromatophores.

Proses ini memungkinkan bunglon untuk beradaptasi dengan lingkungan, berkomunikasi dengan spesies lain, dan bahkan mengekspresikan emosi. Ketika pigmen di dalam sel-sel tersebut terkonsentrasi, bunglon akan tampak berwarna lebih cerah.

Sebaliknya, ketika pigmen tersebut menyebar di seluruh sel, warna kulit bunglon akan menjadi lebih gelap. Namun, proses perubahan warna ini lebih kompleks daripada sekadar respons terhadap lingkungan.

Emosi juga memainkan peran yang sangat penting dalam fenomena ini. Melansir laman IFL Science pada Jumat (01/11/2024), ada dua alasan utama mengapa bunglon mengubah warna kulitnya.

Pertama, perubahan warna ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh. Serupa seperti manusia yang cenderung menghindari pakaian berwarna gelap di hari yang panas, bunglon juga melakukan hal yang sama melalui warna kulitnya.

Saat kedinginan, bunglon cenderung mengubah warna kulitnya menjadi lebih gelap, misalnya menjadi hijau pinus, yang memungkinkan mereka menyerap lebih banyak panas. Sebaliknya, ketika mereka ingin mendinginkan diri, warna kulitnya akan berubah menjadi lebih terang, seperti hijau mint, untuk memantulkan cahaya dan mengurangi suhu tubuh.

Kedua, bunglon juga mengubah warna kulitnya sesuai dengan suasana hati mereka. Emosi merupakan pemicu utama dalam proses perubahan warna ini.

 

2 dari 2 halaman

Stres

Ketika bunglon merasa terancam atau stres, mereka akan mengubah warna kulitnya menjadi lebih gelap sebagai sinyal bahaya. Sebaliknya, saat dalam suasana hati yang lebih santai atau ketika mereka merasa nyaman, warna kulit mereka akan menjadi lebih cerah dan mencolok.

Menariknya, perubahan warna kulit juga berfungsi dalam konteks reproduksi. Bunglon jantan, khususnya, akan menampilkan warna-warna cerah dan mencolok saat musim kawin tiba untuk menarik perhatian betina.

Pada saat ini, mereka dapat menghasilkan pola warna yang kompleks dan indah, yang juga dipengaruhi oleh hormon, suhu, dan sistem saraf otonom bunglon. Meskipun bunglon memiliki kemampuan untuk menyesuaikan warna kulitnya dengan lingkungan sekitarnya, perubahan warna yang drastis biasanya terjadi ketika mereka ingin berkomunikasi dengan bunglon lainnya.

Dalam pengamatan ilmiah, perubahan warna ini dapat menunjukkan rasa tunduk pada bunglon lain setelah kalah dalam pertarungan. Dalam konteks ini, bunglon jantan yang lebih berani umumnya memiliki warna lebih cerah, yang sering kali membantu mereka memenangkan pertarungan.

Sebaliknya, bunglon yang berwarna lebih gelap cenderung menunjukkan kepasrahan dan biasanya memilih untuk menghindari konflik. Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan warna ini menjadi alat komunikasi yang sangat efektif.

Dengan menggunakan warna dan pola, bunglon dapat mengungkapkan berbagai nuansa emosi dan niat, baik kepada sesama bunglon maupun kepada predator. Kemampuan ini menunjukkan betapa kompleks dan menariknya kehidupan bunglon, yang tidak hanya sekadar hewan yang bisa berkamuflase, tetapi juga makhluk yang memiliki dunia sosial dan emosional yang kaya.

(Tifani)