Sukses

Perubahan Iklim Buat Otak Mengalami Penyusutan, Ini Hasil Penelitiannya

Pemanasan global yang berlangsung saat ini diketahui berdampak pada ukuran otak manusia serta perilaku yang dihasilkan

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi terkini mengungkapkan bahwa perubahan iklim mungkin berkontribusi pada penyusutan ukuran otak manusia. Penelitian ini dipimpin oleh Jeff Morgan Stibel, seorang ilmuwan di Natural History Museum di California, dan hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Brain, Behavior, and Evolution.

Stibel berusaha memahami bagaimana manusia berevolusi dan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan yang disebabkan oleh iklim yang berubah. Pemanasan global yang berlangsung saat ini diketahui berdampak pada ukuran otak manusia serta perilaku yang dihasilkan.

Dikutip dari laman Science Alert Kumat (01/11/2024), penelitian ini menganalisis perubahan ukuran otak pada 298 spesimen Homo selama 50.000 tahun terakhir. Analisis tersebut mengaitkan perubahan ini dengan catatan alami suhu global, kelembapan, dan curah hujan.

Temuan menunjukkan bahwa ketika iklim menjadi lebih hangat, ukuran otak rata-rata dari spesimen Homo cenderung lebih kecil. Hal tersebut jika dibandingkan dengan periode ketika iklim lebih dingin.

Penelitian Stibel yang sebelumnya berkaitan dengan penyusutan ukuran otak mendorongnya untuk menyelidiki lebih dalam mengenai penyebab fenomena ini. Untuk mencapai tujuan tersebut, Stibel mengumpulkan data ukuran tengkorak dari sepuluh sumber yang telah diterbitkan sebelumnya, menghasilkan total 373 pengukuran dari 298 tulang manusia sepanjang 50.000 tahun.

Ia juga mempertimbangkan estimasi ukuran tubuh yang disesuaikan dengan faktor geografis dan jenis kelamin untuk memperkirakan ukuran otak secara lebih akurat. Fosil-fosil yang dianalisis dikelompokkan berdasarkan periode waktu mereka hidup.

Stibel menggunakan empat rentang usia fosil yang berbeda—yaitu 100 tahun, 5.000 tahun, 10.000 tahun, dan 15.000 tahun—untuk membantu mengoreksi kesalahan penanggalan yang mungkin terjadi. Dengan cara ini, ia dapat mendapatkan data yang lebih presisi mengenai ukuran otak dan hubungannya dengan perubahan iklim.

Selanjutnya, Stibel membandingkan ukuran otak dengan empat catatan iklim yang berbeda, termasuk data suhu yang diperoleh dari European Project for Ice Coring in Antarctica (EPICA) Dome C. Inti es yang diambil dari EPICA Dome C memberikan pengukuran suhu permukaan yang akurat selama lebih dari 800.000 tahun.

 

2 dari 2 halaman

Suhu Lebih Dingin

Dalam rentang waktu 50.000 tahun terakhir, terjadi Glasial Maksimum Terakhir yang menyebabkan suhu rata-rata menjadi lebih dingin secara konsisten hingga akhir periode Pleistosen. Kemudian, selama Holosen, terjadi peningkatan suhu rata-rata yang membawa kita pada kondisi iklim saat ini.

Analisis yang dilakukan menunjukkan adanya pola umum perubahan ukuran otak pada spesies Homo, yang berkorelasi erat dengan perubahan iklim saat suhu naik dan turun. Secara spesifik, manusia mengalami penurunan signifikan dalam ukuran otak rata-rata, yang tercatat sekitar 10,7 persen, selama periode pemanasan yang terjadi di Holosen.

Proses evolusi ini terjadi dalam waktu relatif singkat, berkisar antara 5.000 hingga 17.000 tahun. Meskipun penelitian ini menunjukkan bahwa pemanasan global yang sedang berlangsung berpotensi berdampak negatif pada kognisi manusia, masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab mengenai apa yang sebenarnya menyebabkan variasi ukuran otak pada spesies Homo.

Hasil penelitian ini menegaskan bahwa sementara perubahan iklim terkait dengan perbedaan ukuran otak, iklim tidak sepenuhnya dapat menjelaskan semua variasi evolusi yang ada. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lain yang berkontribusi pada dinamika ini.

(Tifani)