Sukses

9 Hoaks Ini Berpotensi Muncul Lagi di Pilpres AS 2024, Termasuk Penggunaan Hak Suara Orang Meninggal

Pilpres AS 2020 lalu diwarnai banyak hoaks, terutama terkait penghitungan suara.

Liputan6.com, Jakarta - Pada malam Pilpres AS 2020, Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, mengumumkan kemenangannya secara prematur beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup.

Namun, pada saat itu, dia belum menang. Ketika Trump mulai berbicara pada dini hari tanggal 4 November 2020, pada pukul 2:21 Waktu Timur AS, negara-negara bagian masih mengikuti prosedur normal untuk menghitung surat suara. Baru pada hari Sabtu, 7 November 2020, The Associated Press memiliki hasil tidak resmi yang cukup untuk menyatakan kemenangan Joe Biden.

Sebelumnya, ketika tempat pemungutan suara ditutup, para politisi dan influencer media sosial menyebarkan kebohongan tentang pemungutan suara dan proses penghitungan suara. Kemungkinan besar, saat penghitungan suara dilakukan tahun ini, kita akan melihat kebohongan yang serupa dengan yang terjadi pada tahun 2020.

Orang-orang yang mencari sumber kredibel untuk informasi hasil pemilu dapat mengikuti laporan dari pejabat pemilu negara bagian di seluruh penjuru AS, yang disusun oleh Asosiasi Nasional Direktur Pemilu Negara Bagian. 

AP adalah salah satu outlet berita yang akan menyebut proyeksi pemenang berdasarkan hasil Pilpres AS yang tidak resmi, tetapi di banyak negara bagian, hal itu tidak akan terjadi pada malam pemilihan.

Dilansir dari Al Jazeera pada Kamis (7/11/2024), berikut ini adalah sembilan hoax atau hoaks yang mungkin muncul kembali di pilpres AS 2024:

1. Penggunaan Hak Pilih Ribuan Orang yang Sudah Meninggal

Klaim ini muncul dalam setiap siklus pemilu: "sejumlah besar orang yang sudah meninggal memberikan suara! Dan mereka semua adalah Demokrat!" Keduanya tidak benar.

Ketika penghitungan suara sedang berlangsung pada November 2020, unggahan di X secara keliru mengatakan bahwa lebih dari 14.000 orang yang sudah meninggal memberikan suara di Wayne County, Michigan.

Biasanya ketika seseorang meninggal, jarang sekali kerabat mereka menghubungi kantor pemilihan umum setempat untuk meminta agar nama mereka dihapus dari daftar pemilih. Namun, kantor-kantor pemilihan umum secara rutin menerima catatan kematian dari sumber-sumber negara bagian dan federal, lalu menghapus nama-nama pemilih yang sudah meninggal dari daftar pemilih. Beberapa masih ada yang masuk dalam daftar pemilih.

Terkadang, orang secara ilegal memberikan surat suara melalui pos atas nama kerabatnya yang sudah meninggal, seperti yang dilakukan oleh seorang pemilih Partai Republik pada tahun 2020 di Nevada. Pemilih tersebut didakwa melakukan tindak pidana.

2 dari 5 halaman

2. Kesalahan Surat Suara dan di Tempat Pemilihan Adalah Kecurangan

Meskipun para petugas pemilu menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan pemilihan presiden, kesalahan terkadang terjadi. Namun, kesalahan bukan merupakan tanda kecurangan.

Sejauh ini pada pilpres 2024, terdapat sejumlah kecil surat suara yang memiliki kesalahan, seperti salah ketik pada beberapa surat suara di Palm Beach County, Florida. 

Para pejabat daerah mengatakan bahwa 257 pemilih di luar negeri membuka email dengan surat suara yang bertuliskan “Tom” Walz dan bukannya Tim Walz, calon wakil presiden dari Partai Demokrat yang merupakan pasangan Kamala Harris.

Beberapa lokasi pemilihan mengalami gangguan, seperti kebocoran air pada pukul 6 pagi saat hari pemilihan tahun 2020 di State Farm Arena, Atlanta, di mana para petugas pemilihan sedang menghitung surat suara pemilih yang tidak hadir. Staf arena memperbaiki kebocoran dalam waktu sekitar dua jam dan tidak ada surat suara atau mesin yang rusak. 

Penyelenggara pemilu negara bagian dan county menyanggah klaim bahwa petugas pemilu menggunakan peristiwa tersebut untuk menghindari proses penghitungan suara dan mengeluarkan surat suara yang disimpan dalam “koper” yang “semuanya untuk Biden”.

3. Terdapat Ribuan Suara Palsu di Pennsylvania

Para pejabat Lancaster County, Pennsylvania, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 25 Oktober 2020 bahwa mereka sedang menyelidiki 2.500 “surat suara”, tetapi juru bicara daerah itu kemudian mengatakan bahwa pernyataan itu adalah sebuah kesalahan dan penyelidikan dilakukan terhadap pendaftaran pemilih.

Beberapa hari kemudian, Trump secara keliru mengatakan pada rapat umum di Allentown, Pennsylvania, “Kami menangkap mereka dengan 2.600 suara. ... Dan setiap suara ditulis oleh orang yang sama.” 

Dia membuat komentar serupa di X tentang “surat suara dan formulir palsu” di Pennsylvania.

Jaksa Agung Pennsylvania Michelle Henry, seorang Demokrat, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada tanggal 31 Oktober, “Investigasi terkait formulir pendaftaran pemilih, bukan surat suara” dan sedang berlangsung di empat wilayah.

Para pejabat tidak akan memasukkan seseorang ke dalam daftar pemilih jika pendaftarannya mencurigakan, jadi tidak ada ribuan suara palsu.

3 dari 5 halaman

4. Mesin Bisa Membalikkan Suara

Seperti yang ditulis oleh Sekretaris Negara Bagian Kentucky dari Partai Republik, Michael Adams, pada tanggal 2 November di X, “Pengingat yang lembut bahwa perpindahan suara adalah fiksi.” Dia merujuk pada sebuah video tahun 2008 yang menampilkan Homer Simpson yang mencoba memilih Barack Obama, namun berulang kali memberikan suara untuk mantan Senator dari Partai Republik, John McCain.

Para pejabat pemilu yang menghadapi laporan mengenai suara yang “dibalik” atau “tertukar” mengatakan bahwa terkadang hal tersebut merupakan kesalahan pengguna. Ketika para pemilih memberitahukan hal tersebut, para pejabat akan memastikan mereka dapat memberikan suara sesuai dengan pilihan yang mereka inginkan.

Itulah yang terjadi di Tarrant County, Texas, ketika satu orang dari sekitar 100.000 pemilih melaporkan bahwa suara mereka untuk Trump berubah ke Harris ketika surat suara dicetak. Petugas pemilu setempat mengatakan bahwa mesin pemungutan suara tidak membalikkan kandidat dan menyatakan bahwa pemilih tersebut mungkin melakukan kesalahan saat memilih kandidat yang diinginkan. Surat suara tersebut dihancurkan dan pemilih tersebut diizinkan untuk memilih lagi.

Sebuah unggahan di Instagram pada bulan Oktober mengatakan bahwa mesin pemungutan suara di Shelby County, Tennessee, menukar suara dari Harris ke Trump. Para pejabat pemilu mengatakan tidak ada kerusakan mesin pemungutan suara. Para pemilih secara tidak sengaja menyentuh bagian yang salah pada surat suara ketika menggunakan mesin pemungutan suara berlayar sentuh.

5. Pemungutan Suara Non-Warga Negara Terjadi Secara Besar-Besaran

Trump dan para pendukungnya telah secara keliru mengklaim bahwa Partai Demokrat berada di balik upaya untuk memikat non-warga negara ke AS untuk memberikan suara dalam pemilihan federal. Hal itu tidak benar.

Hukum federal melarang non-warga negara untuk memberikan suara dalam pemilihan federal.

Non-warga negara terkadang masuk ke dalam daftar pemilih, sering kali secara tidak sengaja ketika mendapatkan SIM. Namun, pemungutan suara oleh non-warga negara dalam pemilu federal jarang terjadi. 

Kasus terbesar dengan vonis adalah pada tahun 2020 di North Carolina, ketika jaksa federal mendakwa 19 orang dengan tuduhan kecurangan pemilih setelah mereka memberikan suara, sebagian besar pada pemilu 2016. Sebagai gambaran, lebih dari 4,5 juta orang di North Carolina memberikan suara pada pemilihan presiden tahun 2016.

4 dari 5 halaman

6. Petugas Pemilu Menghancurkan dan Membuang Surat Suara

Jika Anda seorang petugas pemilu yang melakukan kecurangan pemilu, Anda mungkin tidak akan merekam diri Anda sendiri saat membuka amplop surat suara, menyebut suara dalam surat suara tersebut, memaki-maki salah satu kandidat, dan merobek-robek surat suara yang bertanda kandidat tersebut.

Tapi itulah yang tampak dalam sebuah video viral yang konyol, yang membuat para pengguna X mengklaim bahwa surat suara yang berisi suara untuk Trump dihancurkan di Bucks County, Pennsylvania. Para pejabat federal mengatakan bahwa aktor-aktor Rusia membuat dan menyebarkan video tersebut.

Klaim pada tahun 2020 tentang sejumlah besar surat suara yang ditemukan di tempat sampah adalah bohong belaka atau merupakan surat suara rusak yang telah dihancurkan secara legal.

7. Petugas Pemilu Menyelinap ke Tempat Surat Suara pada Larut Malam

Adalah hal yang umum bagi satu kandidat untuk memimpin dalam hasil awal tetapi tidak menjadi pemenang saat lebih banyak surat suara dihitung. 

Sebagai contoh, di Pennsylvania, jika diperlukan waktu lebih lama untuk menghitung suara di Philadelphia yang condong ke kiri daripada di bagian negara bagian yang lebih condong ke kanan, ada kemungkinan Trump dapat memimpin negara bagian tersebut pada malam hari namun kemudian marginnya berubah.

Trump mengunggah klaim tersebut di X (saat itu Twitter) pada 4 November 2020: “Tadi malam saya memimpin, seringkali dengan kuat, di banyak negara bagian penting, yang hampir semuanya dijalankan dan dikendalikan oleh Demokrat. Kemudian, satu per satu, mereka mulai menghilang secara ajaib saat penghitungan tumpukan suara yang mengejutkan.”

Di beberapa negara bagian, Trump pada awalnya memimpin, hanya untuk melihat Biden akhirnya memimpin. Namun di negara bagian lain, Biden memimpin dan Trump kembali memimpin.

Pembaruan hasil dalam beberapa jam dan hari setelah pemungutan suara ditutup bukan tindakan yang jahat. Faktanya, ini berarti mereka menghitung semua surat suara yang sah. 

Hukum negara bagian menentukan proses penghitungan, termasuk kapan petugas dapat mulai membuka surat suara melalui pos. Itu berarti butuh waktu untuk menyelesaikan penghitungan. Beberapa negara bagian, seperti Pennsylvania, tidak mengizinkan petugas pemilu untuk mulai memproses surat suara melalui pos hingga hari pemilihan, sementara negara bagian lain mengizinkannya dimulai beberapa minggu lebih awal.

5 dari 5 halaman

8. Kecurangan Massal pada 2020 Memengaruhi Hasil Pemilu

Setelah pemungutan suara ditutup pada tahun 2020, serangkaian gambar dan foto di media sosial diklaim menunjukkan petugas pemilu melakukan kecurangan. Namun, postingan itu sebagian besar menunjukkan petugas pemilu melakukan pekerjaan mereka.

Sistem pemilu di AS membuat kecurangan seperti itu kemungkinan besar tidak akan terjadi dan sangat rumit untuk dilakukan.

“Kita harus menyebutnya seperti itu: Trump membangun landasan sehingga ia dapat menimbulkan keraguan pada hasil pemilu 2024 jika ia tidak menang,” ujar Joanna Lydgate, CEO States United Democracy Center yang bersifat nonpartisan, kepada PolitiFact pada awal Oktober lalu.

Untuk membangun margin Electoral College yang memadai, para pelaku kecurangan harus berkolaborasi di seluruh negara bagian swing state dengan cara yang terkoordinasi namun rahasia, dengan ratusan orang mempertaruhkan tindak pidana untuk tujuan yang sama.

Untuk melakukan hal ini dibutuhkan ribuan suara ilegal. Database yang dikelola oleh Heritage Foundation yang konservatif menunjukkan sekitar 1.300 hukuman atas kecurangan pemilih selama beberapa dekade. Selama periode tersebut, miliaran suara diberikan.

9. Klaim Kemenangan yang Prematur

Berbicara di Gedung Putih beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup pada tahun 2020, Trump mengatakan, “Kami ingin semua pemungutan suara dihentikan. Kami tidak ingin mereka menemukan surat suara pada pukul empat pagi dan menambahkannya ke dalam daftar, oke? Ini adalah momen yang sangat menyedihkan. ... Dan kita akan memenangkannya.”

Tidak ada undang-undang negara bagian atau federal yang mengatakan bahwa penghitungan suara harus dihentikan beberapa jam setelah pemungutan suara ditutup. Para petugas pemilu akan melanggar hukum jika mereka menghentikan penghitungan surat suara yang sah.

Undang-undang negara bagian menetapkan tenggat waktu sertifikasi pada bulan November atau Desember, sehingga hasil resminya baru akan diketahui berminggu-minggu setelah hari pemilihan. Namun, media cenderung memproyeksikan pemenangnya jauh lebih awal dari itu.

Video Terkini