Liputan6.com, London - Perubahan iklim benar-benar membuat banyak orang khawatir. Mulai dari masalah polusi udara hingga makanan laut yang terkontaminasi bakteri pemakan daging.
Permukaan laut juga bergantung pada planet kita yang memanas. Faktanya, penelitian selama bertahun-tahun menunjukkan bahwa Gletser Thwaites di Antartika, yang juga dikenal sebagai "Gletser Kiamat," kemungkinan akan hilang pada abad ke-23.
Baca Juga
Sehingga permukaan air di seluruh dunia akan meningkat drastis, dikutip dari Mentalfloss, Jumat (8/11//2024).
Advertisement
Para ilmuwan telah mempelajari massa es tersebut sejak 2018 sebagai bagian dari Kolaborasi Gletser Thwaites Internasional (ITGC).
Mereka bertemu di British Antarctic Survey (BAS) di Cambridge, Inggris, pada September 2024 untuk berbagi penemuan mereka.
Dr. Rob Larter, ahli geofisika laut British Antarctic Survey dan peneliti ITGC, mengatakan dalam sebuah pernyataan:
"Thwaites telah menyusut selama lebih dari 80 tahun, meningkat pesat selama 30 tahun terakhir, dan temuan kami menunjukkan bahwa gletser ini akan menyusut lebih jauh dan lebih cepat."
Para ilmuwan dapat menentukan hal ini menggunakan teknologi seperti robot bawah air dan model komputer prediktif.
Membentang sejauh 80 mil dari ujung ke ujung, Thwaites adalah gletser terluas di Bumi, dan wilayahnya lebih luas dari Inggris, Wales, dan Irlandia Utara.
Di beberapa tempat, gletser ini juga memiliki ketebalan lebih dari 6500 kaki.
Jika sungai es raksasa ini runtuh sepenuhnya, permukaan laut global akan naik hingga 25 inci. Ini akan menjadi peristiwa bencana besar, oleh karena itu dijuluki "Gletser Kiamat".
Â
Kontribusi Terhadap Kenaikan Permukaan Laut Global
Menurut ITGC, gletser yang menyusut ini telah berkontribusi sekitar 4 persen terhadap kenaikan permukaan laut global. Meningkatnya permukaan laut berarti meningkatnya banjir, erosi, dan hilangnya rumah di daerah pesisir yang padat penduduk.
"Sangat mengkhawatirkan bahwa model komputer terbaru memprediksi hilangnya es yang terus berlanjut yang akan semakin cepat pada abad ke-22 dan dapat menyebabkan runtuhnya Lapisan Es Antartika Barat secara luas pada abad ke-23," kata Dr. Ted Scambos, koordinator sains AS ITGC dan ahli glasiologi di Universitas Colorado, dalam sebuah pernyataan.
"Intervensi iklim yang segera dan berkelanjutan akan memberikan dampak positif, namun dampaknya akan tertunda, terutama dalam mengurangi pasokan air laut dalam yang hangat yang menjadi pendorong utama kemunduran iklim."
Advertisement