Liputan6.com, Kathmandu - Langkah Nepal Oil Corporation dan Indian Oil Corporation menandatangani perjanjian pembangunan dua jaringan pipa baru antara India dan Nepal menandai tonggak baru dalam kemitraan energi antara kedua negara.
Pada saat yang sama, hal ini membuat upaya China untuk menjalin kerja sama energi dengan Nepal menjadi sia-sia.
Baca Juga
Seperti yang dikomentari Times of India, Sabtu (9/11/2024) "Langkah ini (oleh India) akan meningkatkan hambatan masuk bagi China di pasar minyak negara Himalaya itu."
Advertisement
Perjanjian B2B (Business to Business) yang ditandatangani antara Nepal Oil Corporation (NOC) dan Indian Oil Corporation (IOC) bulan lalu untuk pembangunan dua proyek jaringan pipa baru, satu antara Siliguri di India dan Jhapa di Nepal dan yang lainnya antara Amlekgunj dan Lothar di Chitwan di Nepal akan menandai "tonggak penting" dalam kemitraan energi antara India dan Nepal, kata IOC.
Berdasarkan perjanjian tersebut, dua terminal minyak akan didirikan untuk melayani pusat permintaan utama di Nepal di Jhapa dan Chitwan.
IOC telah menjanjikan pelaksanaan proyek yang tepat waktu untuk membina hubungan bilateral yang lebih kuat antara kedua negara.
India saat ini memenuhi kebutuhan bahan bakar negara Himalaya yang terkurung daratan, Nepal, yang diperkirakan mencapai 1,5 juta ton per tahun.
IOC kini memasok produk ke Amlekganj di Nepal melalui jaringan pipa dari depot Motihari di Bihar, tempat bahan bakar diangkut ke tempat lain di Nepal dengan truk tangki minyak.
Perpanjangan jaringan pipa ini ke Lothar akan mengurangi biaya pengangkutan bahan bakar di seluruh Nepal dan juga polusi dari truk tangki. Jaringan pipa dari Siliguri akan membuka rute pasokan kedua dan meningkatkan ketersediaan bahan bakar di Nepal timur.
Â
Nepal Kecewa dengan China?
Pada tahun 2019, Kathmandu yang dilaporkan kecewa usai menandatangani pakta pasokan bahan bakar dengan Tiongkok, tetapi yang membuat Beijing kesal adalah logistik yang terlibat dalam pengangkutan bahan bakar dari Tiongkok ke Nepal melalui jalur pegunungan Himalaya yang tinggi tidak berhasil.
Kebuntuan atas agitasi Madheshi di Nepal pada tahun 2015 telah memungkinkan Tiongkok memainkan kartu anti-India dan merambah Nepal di bidang-bidang yang secara tradisional dikuasai oleh industri dan perdagangan India. Pasokan produk minyak bumi adalah salah satu bidang tersebut.
Tiongkok menyatakan akan memasok Nepal dengan 1.000 ton bahan bakar melalui jalur darat. Pengiriman yang telah dilakukan hanyalah pengiriman simbolis.
NOC telah mengirim 12 kapal tanker minyak untuk membawa kembali bahan bakar dari Gyirong (Kerung dalam bahasa Nepal) sebagai isyarat simbolis pasokan bahan bakar dari Tiongkok. Dari 12 kapal tanker, hanya empat yang dapat mencapai Gyirong untuk mengambil bahan bakar karena hujan salju di sana.
Optimisme di antara masyarakat Nepal pada umumnya bahwa Tiongkok akan memasok bahan bakar ternyata tidak terbukti. Sementara itu, IOC turun tangan dan menandatangani kontrak untuk memasok Nepal 1,3 juta ton bahan bakar setiap tahunnya.
Kenyataannya terlalu pahit bagi Beijing. Panjang jalur pipa Siliguri – Jhapa hanya 50 km dan jalur pipa Amlekganj-Lothar sepanjang 62 km, melewati dataran tinggi.
Dari Pelabuhan Kolkata di India tempat produk minyak bumi dibongkar, jarak perbatasan Nepal kurang dari 1.000 km. Untuk memasok Nepal, di sisi lain, Tiongkok harus membongkar produk minyak bumi di pelabuhan Guangzhou yang berjarak lebih dari 3.500 km dari Lhasa dengan kereta api.
Bahan bakar kemudian harus diangkut melalui jalan darat di sepanjang dataran tinggi Tibet ke Shigatse dan ke Gyirong, pelabuhan pintu masuk antara Tiongkok dan Nepal; jaraknya lebih dari 500 km. Kemudian ada masalah pengangkutan bahan bakar dari Gyirong ke Kathmandu.
Advertisement
Kerja Sama di Bidang Listrik
Dalam upaya menjalin kemitraan energi dengan Nepal, India juga telah mendahului Tiongkok di bidang listrik. Awal tahun ini, Nepal menandatangani perjanjian jangka panjang untuk mengekspor listrik sebesar 10.000 MW ke India.
Tiga jalur transmisi lintas batas antara India dan Nepal diresmikan bersama. Nota Kesepahaman ditandatangani untuk kerja sama dalam pengembangan energi terbarukan. India juga membantu Nepal mengembangkan sejumlah proyek hidro-listrik.
Total ekspor listrik Nepal ke India melonjak menjadi 1.346 GWh pada 2022-23, dibandingkan dengan 493 GWh pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, Tiongkok belum mengimpor listrik dari Nepal karena tantangan teknologi dalam membangun jalur transmisi melintasi perbatasan dataran tinggi Himalaya. Selain itu, tahun lalu India memperoleh 10 kontrak untuk mengoperasikan pembangkit listrik hidro-listrik di Nepal; dibandingkan dengan hanya lima kontrak yang diperoleh Tiongkok.
Nepal juga akan mendapatkan bantuan dari India untuk mengekspor kelebihan listrik ke Bangladesh melalui wilayah India, sehingga Kathmandu tidak perlu bergantung pada Beijing untuk mengekspor kelebihan listrik hidro yang dihasilkan di negara Himalaya tersebut.
Â
Penyaluran ke Bangladesh
Berdasarkan perjanjian tripartit yang ditandatangani Oktober lalu antara Kathmandu, New Delhi, dan Dhaka, Nepal akan mengekspor kelebihan listrik ke Bangladesh mulai 15 Juni hingga 15 November setiap tahun. India akan mengatur penyaluran listrik dari Nepal ke Bangladesh. Awalnya, Nepal akan mengekspor listrik sebesar 40 MW dan menghasilkan pendapatan tahunan sebesar USD 9,2 juta.
Beijing telah mencoba menegaskan pengaruhnya di Nepal melalui investasi dalam infrastruktur dan tenaga air, tetapi hanya menemui sedikit keberhasilan.
Di sisi lain, India telah meningkatkan impor tenaga air dari Nepal dan investasi di sana dan dalam proses tersebut telah menangkal kehadiran Tiongkok.
Kondisi yang diberlakukan oleh New Delhi bahwa India tidak akan membeli listrik dari bendungan mana pun di Nepal yang dibiayai dan dibangun oleh Tiongkok telah membahayakan prospek investasi Tiongkok di sektor tenaga air di Nepal.
Advertisement