Liputan6.com, Tel Aviv - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengungkapkan pada hari Minggu (10/11/2024) bahwa dia telah berbicara dengan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump tiga kali dalam beberapa hari terakhir untuk lebih meningkatkan kerja sama antara AS dan Israel.
Menurut pernyataan Netanyahu, pembicaraan itu sangat baik dan penting dan dimaksudkan untuk memperkuat ikatan antara keduanya. Demikian seperti dilansir Al Mayadeen, Senin (11/11).
Baca Juga
Dia mengklaim mereka memahami ancaman Iran dalam semua aspeknya dan juga memperhatikan peluang besar terkait pendudukan dan perluasannya serta bidang-bidang lainnya.
Advertisement
Netanyahu memuji Trump atas kemenangannya dalam Pilpres AS 2024 pada 5 November, menyebutnya sebagai kebangkitan terbesar dalam sejarah.
Patut dicatat bahwa selama masa jabatan pertamanya dari tahun 2017 hingga 2021, Trump memberikan dukungan yang konsisten untuk Israel termasuk pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem, pengakuan Dataran Tinggi Golan yang diduduki sebagai bagian dari Israel, dan sanksi berat terhadap Iran saat negara itu menarik diri dari perjanjian nuklir 2015 yang dikenal sebagai JCPOA.
Sementara Netanyahu mencoba menggambarkan citra kerja sama dengan Trump, di balik pintu tertutup, kesabaran Trump terhadap serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza dan agresi yang meluas di Lebanon bukan tidak mungkin mulai menipis.
Situs web berita Israel Ynet melaporkan pada hari Minggu bahwa Trump mengomunikasikan kepada pemerintahan Biden harapannya untuk kemajuan menuju gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.
Menjelang Pilpres AS pada 5 November, Trump berjanji untuk mengakhiri penderitaan dan kehancuran di Lebanon. Dia menambahkan dia ingin, "Melihat Timur Tengah kembali ke perdamaian sejati, perdamaian abadi, dan kami akan menyelesaikannya dengan benar sehingga tidak terulang setiap 5 atau 10 tahun."
Pada akhir Oktober, The Times of Israel juga mengutip dua sumber yang mengetahui bahwa Trump memberi tahu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa ia mengharapkan "Israel" mengakhiri perangnya di Jalur Gaza pada saat dia memangku jabatan sebagai presiden ke-47 AS.
Menurut mantan pejabat pemerintahan Trump dan sumber Israel, pesan tersebut awalnya disampaikan selama kunjungan Netanyahu ke perkebunan Trump di Mar-a-Lago di Florida Juli lalu.
Sikap Hamas
Di pihaknya, Hamas mendesak Trump mengakhiri bias yang ditunjukkan oleh pemerintahan AS sebelumnya terhadap pendudukan Israel.
Dalam pernyataan yang dirilis pada hari Rabu (6/11), kelompok tersebut menyerukan upaya sungguh-sungguh untuk menghentikan genosida yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon, dengan menekankan perlunya perubahan dalam kebijakan luar negeri AS untuk mengatasi penderitaan di wilayah itu dan memenuhi harapan warga negara AS yang menyerukan gencatan senjata.
"Sikap kami terhadap pemerintahan AS yang baru bergantung pada sikap dan (tindakan)nya terhadap rakyat Palestina dan tujuan mereka yang benar," ungkap Hamas.
Hamas menekankan mereka tidak akan menerima jalan apa pun yang merusak kebebasan rakyat Palestina, hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, dan pembentukan negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Mereka menekankan, "Pemerintahan Trump harus menyadari bahwa rakyat kami bertekad untuk menghadapi pendudukan dan tidak akan menerima jalan apa pun yang melanggar hak-hak sah mereka."
Hamas menunjukkan bahwa semua pemerintahan AS berturut-turut sejak pendudukan Palestina telah mengambil posisi negatif terhadap tujuan Palestina dan bahwa pemerintahan AS sebelumnya berpihak pada perang genosida pendudukan Israel, yang memberikan pemerintah Netanyahu perlindungan politik dan militer.
Advertisement