Sukses

Remaja 12 Tahun di Massachusetts Alami Kebutaan Gara-gara Terlalu Banyak Makan Junk Food

Remaja di Massachusetts selalu menolak saat orang tua hendak memberi makanan sehat dan lebih memilih konsumsi junk food.

Liputan6.com, Washington D.C - Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dari Massachusetts, Amerika Serikat, secara tragis kehilangan penglihatannya akibat pola makannya.

Ia dilaporkan sering mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) yang rendah nutrisi dan menyebabkan saraf optiknya mengecil dan tidak ada harapan untuk disembuhkan, dikutip dari Oddity Central, Rabu (13/11/2024).

New England Journal of Medicine baru-baru ini mendokumentasikan kasus seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang menderita autisme yang akhirnya menjadi buta karena pola makan junk food yang sebagian besar terdiri dari burger, kentang goreng, saus ranch, donat, dan sekotak jus manis.

Anak laki-laki tersebut telah didiagnosis menderita autisme dan menderita fobia ekstrem terhadap tekstur makanan tertentu, sehingga orang tuanya merasa mustahil untuk memasukkan nutrisi penting ke dalam pola makannya.

Awal tahun ini, anak laki-laki yang tidak disebutkan namanya tersebut mulai mengalami masalah penglihatan pada pagi dan sore hari, tetapi penglihatannya cukup normal pada siang hari.

Namun, penglihatannya mulai menurun dengan cepat, dan dalam waktu enam minggu ia hanya bisa bergerak jika orang tuanya membantunya melewati rintangan.

Kemudian, suatu malam, ia terbangun sambil berteriak bahwa ia tidak dapat melihat.

Orang tua anak laki-laki itu membawanya ke rumah sakit, dan hasil tes menunjukkan bahwa ia kekurangan nutrisi yang penting untuk kesehatan saraf optiknya.

Sarafnya mulai mengecil selama beberapa waktu dan telah menghilang sepenuhnya saat ia tiba di rumah sakit.

Meskipun telah diberi suplemen, dokter khawatir kondisinya sudah sangat parah sehingga tidak ada yang bisa dilakukan untuk memulihkan penglihatannya.

Sayangnya, lemahnya optik pasien parah sekali, kata para peneliti.

 

2 dari 2 halaman

Sulit Disembuhkan

Tingkat kehilangan penglihatan yang parah ini tidak dapat dipulihkan jika ditemukan pada stadium lanjut. Jika ditemukan pada tahap awal penyakit, pemulihan defisit nutrisi dapat menghasilkan beberapa perbaikan pada penglihatan.

Saat di rumah sakit, anak laki-laki itu menerima suplemen vitamin A, C, D, dan K, serta kalsium, tiamin, tembaga, dan zinc, dan ia juga mulai makan selada dan keju di hamburgernya.

Orang tuanya menambahkan suplemen ke kotak jusnya, tetapi ia mulai menolaknya setelah beberapa saat. Sayangnya, tidak satu pun dari terobosan ini dapat membantu memulihkan penglihatan anak laki-laki itu.

Dokter di Rumah Sakit Anak Boston mengatakan bahwa anak laki-laki tersebut memiliki gangguan makan yang bersifat menghindar/membatasi (ARFID), yaitu gangguan makan yang memengaruhi sekitar setengah dari anak autis dalam berbagai tingkatan.

Ini adalah kasus yang ekstrem, tetapi jelas bukan kasus tunggal. Kasus serupa telah dilaporkan sebelumnya, di Inggris dan di Amerika Serikat.