Liputan6.com, Jakarta - Geoffrey Hinton kerap dijuluki sebagai Godfather of AI memenangkan hadiah Nobel Fisika 2024 atas karyanya dalam pelatihan jaringan saraf buatan menggunakan fisika. Meski meraih penghargaan bergengsi ini, Bapak AI ini kini vokal dalam memperingatkan tentang potensi bahaya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bagi umat manusia.
Bahkan, ia menilai AI dapat menimbulkan ancaman yang lebih serius daripada perubahan iklim. Lalu siapa Geoffrey Hinton sebenarnya?
Melansir laman Britannica pada Selasa (12/11/2024), Geoffrey Hinton, ilmuwan komputer dan psikolog kognitif asal Inggris-Kanada, dianggap sebagai salah satu tokoh terpenting dalam sejarah AI. Pria kelahiran London 1947 ini adalah seorang pemimpin visioner yang telah membantu pembentukan AI di masa depan.
Advertisement
Baca Juga
Pria kelahiran London 1947 ini adalah seorang pemimpin visioner yang telah membantu pembentukan AI di masa depan. Hinton menerima gelar sarjana dalam bidang psikologi eksperimental dari Universitas Cambridge pada 1970 dan gelar doktor dalam bidang AI dari Universitas Edinburgh pada 1978.
Ia kemudian mengambil program pascadoktoral di Universitas Sussex dan Universitas California San Diego. Ia menghabiskan lima tahun sebagai staf pengajar di Departemen Ilmu Komputer, Universitas Carnegie Mellon.
Karier Hinton berlanjut sebagai anggota Canadian Institute for Advanced Research dan pindah ke Departemen Ilmu Komputer di Universitas Toronto. Ia menghabiskan tiga tahun (1998–2001) untuk mendirikan Gatsby Computational Neuroscience Unit di Universitas College London.
Lalu, ia kembali ke Universitas Toronto di mana sekarang menjadi profesor emeritus terkemuka. Pada 2004–2013, Hinton menjadi direktur program “Neural Computation and Adaptive Perception” yang didanai oleh Canadian Institute for Advanced Research.
Sejak 2013, ia mulai bekerja paruh waktu untuk Google di Mountain View dan Toronto. Hinton juga merupakan anggota Royal Society, Royal Society of Canada, dan Association for the Advancement of Artificial Intelligence.
Geoffrey Hinton adalah anggota asing kehormatan dari American Academy of Arts and Sciences dan National Academy of Engineering, serta mantan ketua Cognitive Science Society. Ia adalah sosok yang telah merancang model machine learning untuk menemukan prosedur pembelajaran yang efisien dalam menemukan struktur kompleks dalam kumpulan data besar dan berdimensi tinggi.
Peneliti
Geoffrey Hinton juga merupakan salah satu peneliti yang memperkenalkan algoritma backpropagation dan orang pertama yang menggunakan algoritma tersebut untuk mempelajari penyisipan kata (word embedding). Kontribusi Hinton yang lain dalam bidang penelitian jaringan saraf termasuk Boltzmann machines, distributed representations, time-delay neural networks, mixtures of experts, variational learning, products of experts, dan deep belief networks.
Kelompok riset Hinton di Universitas Toronto juga turut membuat terobosan besar dalam model deep learning yang telah merevolusi pengenalan ucapan (speech recognition) dan klasifikasi objek (object classification). Model deep learning itu disebut AlexNet—jaringan saraf dalam (deep neural network) pertama dalam sejarah yang mengikuti kompetisi ImageNet Large Scale Visual Recognition Challenge (ILSVRC) pada 2012 dan menang dengan tingkat akurasi yang mencengangkan di angka 85 persen.
AlexNet memiliki pengaruh yang signifikan dalam memperkenalkan deep learning kepada publik dan dipuji karena telah memulai Deep Learning Revolution. Temuan itu membuat rekor baru tidak hanya untuk hal akurasi, tetapi juga durasi pelatihan karena mampu melatih 60 juta parameter dalam waktu kurang dari setengah hari pada dua GPU.
Model deep learning ini didasarkan pada supervised learning yang berarti AlexNet sudah dikondisikan untuk mengenali objek dan pola tertentu di dalam gambar yang dimasukkan ke dalam lapisan input selama waktu pelatihan. AlexNet kemudian banyak digunakan untuk mendeteksi objek tertentu dalam kumpulan data seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan masih banyak lagi.
Karya Hinton merupakan pengembangan dari terobosan John J.Hopfield ilmuwan asal Amerika Serikat yang menciptakan sistem jaringan untuk menyimpan dan merekonstruksi pola.
Gabungan karya keduanya telah mendorong kemajuan dalam Mesin Pembelajaran (machine learning) dan konsep jaringan saraf buatan, yang menjadi inti dari teknologi AI modern. Hinton juga berkontibusi dalam pengembangan Google DeepMind, yang membantu mengembangkan chatbot saat ini seperti ChatGPT dari OpenAI dan Google Gemini.
Namun, setelah meninggalkan Google pada 2023 lalu, Hinton memperingatkan bahwa perusahaan tersebut tidak lagi menjadi "a proper steward” atau “penjaga yang tepat" untuk perkembangan AI. Dia mengkhawatirkan perusahaan-perusahaan bergerak terlalu cepat dan bertindak sembrono, serta dampak negatif AI yang dapat menyebabkan banjir konten palsu dan mengancam lapangan kerja.
(Tifani)
Advertisement