Sukses

Trump Pilih Presenter TV Pete Hegseth untuk Jadi Menhan AS

Hegseth adalah salah satu dari serangkaian penunjukan pejabat tinggi keamanan yang juga mencakup pilihan Trump atas John Ratcliffe untuk mengepalai CIA.

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump (78) memilih Pete Hegseth (44), seorang pembawa acara Fox News, penulis, dan veteran militer, untuk mengisi jabatan menteri pertahanan di pemerintahannya kelak. Dia akan bertanggung jawab atas militer terkuat di dunia dalam peran politik pertamanya.

Saat mengumumkan pilihannya pada hari Selasa (12/11/2024), Trump menggambarkan Hegseth sebagai sosok yang "tangguh, cerdas, dan penganut sejati America First".

"America First" adalah sebuah slogan politik yang menekankan prioritas terhadap kepentingan Amerika Serikat di atas kepentingan internasional dalam kebijakan luar negeri, perdagangan, imigrasi, dan ekonomi.

Penunjukan demi penunjukan membuat pemerintahan Trump mulai terbentuk pasca kemenangannya dalam Pilpres AS 2024 pekan lalu. 

Melansir BBC, Kamis (14/11), jika penunjukannya dikonfirmasi Senat AS, keputusan mendesak yang harus diambil Hegseth diperkirakan seperti bantuan militer untuk Israel di tengah perang multifront negara itu dan mengenai dukungan untuk Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.

Trump diyakini ingin AS melepaskan diri dari konflik luar negeri secara umum. Selama kampanye Pilpres AS 2024, dia mengkritik pengeluaran pemerintahan Joe Biden untuk mendukung Ukraina.

Siapakah Pete Hegseth?

Hegseth lahir di Minneapolis, Minnesota, dan merupakan lulusan Ivy League, yang dalam beberapa tahun terakhir bekerja sebagai komentator konservatif. Dia tinggal bersama istrinya dan tujuh anaknya di Tennessee.

Sosoknya merupakan pembawa acara program "Fox & Friends Weekend" di stasiun televisi Fox, menggunakan platform itu untuk menarik perhatian pada isu-isu militer dan veteran. Fox News terkenal dengan pendekatannya yang lebih berpihak pada pandangan konservatif dan sering dianggap sebagai media yang mendukung agenda politik kanan atau sayap kanan di AS.

Dia menjalani hari terakhirnya di Fox pada Selasa.

Media AS melaporkan bahwa Hegseth telah berhasil melobi Trump selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden untuk mengampuni prajurit yang dituduh melakukan kejahatan perang.

Dalam pernyataannya yang mengumumkan Hegseth sebagai pilihannya untuk menteri pertahanan pada hari Selasa, Trump menyoroti pendidikan mantan prajurit itu di Universitas Princeton dan Harvard, serta pengalaman militernya di Afghanistan dan Irak.

"Dengan Pete di pucuk pimpinan, musuh-musuh AS menjadi waspada - militer kita akan hebat lagi, dan AS tidak akan pernah mundur," sebut Trump.

Trump juga menyoroti karya Hegseth sebagai penulis. Dia mengatakan buku "The War on Warrior" mengungkapkan pengkhianatan sayap kiri terhadap para prajurit AS dan bagaimana AS harus mengembalikan militernya ke "meritokrasi, daya bunuh, akuntabilitas, dan keunggulan".

2 dari 2 halaman

Kontroversial

Hegseth telah menjadi penentang keras terhadap apa yang dia sebut sebagai "woke policies" dalam militer AS dan kepemimpinannya.

"Woke policies" dalam konteks AS merujuk pada kebijakan atau sikap yang berfokus pada kesadaran sosial dan keadilan, terutama dalam hal ras, gender, dan identitas sosial.

"Frasa paling bodoh di planet Bumi dalam militer adalah keberagaman kita adalah kekuatan kita," kata Hegseth dalam sebuah podcast bulan ini.

Salah satu tugasnya sebagai menteri pertahanan adalah menindaklanjuti janji kampanye Trump untuk menyingkirkan para jenderal AS yang dituduh menjalankan kebijakan progresif dalam angkatan bersenjata.

Sebelum diumumkan ke publik sebagai calon menteri Trump, Hegseth pernah ditanyai tentang perubahan apa yang akan dia buat dalam militer. Pertama-tama, dia mengatakan akan memecat perwira tinggi militer AS, Jenderal Charles Quinton Brown Jr, dengan mengatakan orang-orang yang terlibat dalam kebijakan keberagaman, kesetaraan, atau inklusi "harus pergi".

Jenderal Brown adalah mantan pilot pesawat tempur dengan pengalaman komando di Pasifik dan Timur Tengah, serta diangkat menjadi ketua Kepala Staf Gabungan oleh Presiden Biden tahun lalu.

Senator Carolina Utara Thom Tillis merespons pemilihan Hegseth dengan mengatakan kepada AP bahwa pilihan Trump ini "menarik".

Sementara itu, dalam unggahan di platform media sosial X, Senator Demokrat Elizabeth Warren menyebutkan bahwa penunjukan Hegseth sebagai menteri pertahanan akan membuat AS kurang aman dan harus ditolak.

"Pembawa acara 'Fox & Friends Weekend' tidak memenuhi syarat untuk menjadi menteri Pertahanan," tambahnya. "Saya memimpin panel personel militer Senat. Ketiga saudara laki-laki saya bertugas dengan seragam. Saya menghormati setiap anggota militer kita."

Â