Sukses

Studi Ungkap Polusi Udara Buat Otak Makin Lemot

Sebuah studi terbaru mengungkapkan polusi udara tidak hanya berbahaya untuk paru-paru, namun juga otak manusia. Bukti terbaru menunjukkan bahwa dampak dari polusi udara meluas ke otak manusia

Liputan6.com, Jakarta - Polusi udara menjadi salah satu ancaman kesehatan, terutama untuk paru-paru. Polusi, khususnya partikel halus seperti PM2,5, dapat dengan mudah terhirup dan masuk jauh ke dalam paru-paru kita.

Sebuah studi terbaru mengungkapkan polusi udara tidak hanya berbahaya untuk paru-paru, namun juga otak manusia. Bukti terbaru menunjukkan bahwa dampak dari polusi udara meluas ke otak manusia

Bahkan, polusi udara dapat mempengaruhi kemampuan kognitif dan menyebabkan penurunan fungsi mental. Melansir Science Direct pada Jumat (15/11/2024), penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Alzheimer's and Dementia.

Penelitian tersebut menunjukkan, paparan PM2,5 berkorelasi dengan penurunan cognitive processing time (CPT), atau seberapa cepat otak kita bereaksi. Artinya, semakin sering kita terpapar polusi udara maka otak akan semakin lama memproses sebuah informasi atau lemot.

Menariknya, efek ini juga ditandai dengan meningkatnya jumlah sel darah putih, terutama monosit. Padahal, monosit sendiri adalah kunci dalam respons kekebalan tubuh kita.

Artinya, peradangan sistemik akibat polusi udara berpengaruh pada kinerja otak. Hasil studi ini didapatkan oleh para peneliti setelah mengamati 66.000 partisipan di Belanda dari 2006 hingga 2015.

Para peneliti menemukan bahwa paparan PM2,5 dalam jangka panjang membuat orang mengalami penurunan signifikan dalam kecepatan memproses informasi. Bukan hanya penurunan kecepatan pemrosesan informasi, studi lain juga menunjukkan polusi udara juga menyebabkan performa kognitif.

Hal ini diungkap dalam studi lain yang terbit tahun 2022 dalam jurnal The Lancet. Penelitian ini menggunakan data dari lebih dari 61.000 orang dewasa berusia di atas 45 tahun di Prancis, bagian dari cohort CONSTANCES.

Tim peneliti menemukan bahwa mereka yang terpapar polusi udara tinggi, menunjukkan penurunan performa kognitif hingga 4,6 persen untuk PM2,5 dan 3,8 persen untuk NO2. Penurunan kemampuan kognitif yang dimaksud khususnya pada tes fluensi semantik atau dalam mengukur kemampuan untuk menyebutkan kata-kata yang sesuai dengan kategori tertentu.

Selain fungsi otak untuk berpikir, perubahan akibat polusi udara juga diamati dalam perubahan struktur otak. Hal ini ditemukan dalam studi yang terbit di jurnal Current Environmental Health Reports 2018.

Melalui teknik pencitraan otak, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), para peneliti menemukan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat mengurangi volume materi putih di otak. Materi putih di otak merupakan bagian yang dianggap penting untuk komunikasi antar neuron.

Perubahan pada struktur otak ini juga berpengaruh pada fungsi otak itu sendiri.

 

2 dari 2 halaman

Penurunan IQ

Sebelumnya, para peneliti di University of British Columbia dan University of Victoria telah menunjukkan bahwa hanya dua jam dari paparan knalpot diesel pada orang dewasa, dapat menyebabkan penurunan kemampuan otak untuk berfungsi. Peserta penelitian tersebut dikatakan mengalami penurunan konektivitas fungsional di wilayah otak yang luas setelah terpapar knalpot diesel.

Meskipun perubahan di otak bersifat sementara dan konektivitas peserta kembali normal setelah paparan, namun temuan ini tentu mengkhawatirkan. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Environmental Health ini juga menemukan paparan polusi udara yang lebih tinggi selama pertengahan hingga akhir kehamilan, membuat anak cenderung mendapat skor IQ lebih rendah, koordinasi motorik dan keterampilan bahasa yang buruk.

(Tifani)

Video Terkini