Sukses

Nonton Drama Korea Bisa Bantu Tingkatkan Kesehatan Mental, Begini Penjelasan Ahli

Menonton alur cerita dalam drama dinilai dapat membantu seseorang terhubung dengan emosi seseorang.

Liputan6.com, Seoul - Jika Anda merupakan penggemar drama korea (sering disingkat drakor) dan rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk menghabiskan seluruh episode drama favorit Anda, temuan ini mungkin akan menarik.

Nilai produksi yang tinggi, kualitas akting yang baik hingga bintang film yang menarik merupakan beberapa faktor mengapa drakor sangat diminati di seluruh dunia.

Seorang pakar keturunan Korea mengungkapkan bahwa drama Korea kemungkinan besar mampu membantu meningkatkan kesehatan mental Anda.

Ahli bernama Jeanie Chang menyebut bahwa dengan menyaksikan alur cerita yang menegangkan atau membahagiakan sekalipun, menonton drakor dapat membantu orang terhubung kembali dengan emosi mereka sendiri atau mengatasi trauma.

"Kita semua memiliki tekanan dan harapan keluarga, konflik, trauma, harapan," katanya, seperti dilansir Straits Times, Jumat (22/11/2024).

Ia menambahkan, menonton film dengan tema yang berat dapat mengubah kemampuan orang untuk menghadapi tantangan dunia nyata.

Bagi Chang, yang lahir di Seoul tetapi dibesarkan di AS, K-drama sangat membantunya untuk terhubung kembali dengan akarnya.

"Kesehatan mental adalah bagaimana perasaan Anda, bagaimana Anda berhubungan dengan orang lain, secara psikologis, bagaimana otak Anda terpengaruh oleh berbagai hal. Itulah kesehatan mental. Kita melihatnya dalam drama Korea," jelas dia.

Data industri menunjukkan bahwa jumlah penonton K-drama global telah meledak dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak penonton luar negeri, terutama di pasar utama seperti AS, beralih ke konten Korea selama pandemi.

Antara tahun 2019 dan 2022, jumlah penonton televisi dan film Korea meningkat enam kali lipat di Netflix. Serial Korea juga menjadi konten non-Inggris yang paling banyak ditonton di platform tersebut.

 

2 dari 3 halaman

Mampu Merasakan Emosi

Seorang guru bernama Jeanie Barry mengalami sendiri bagaimana drama Korea berjudul "It's Okay to Not to Be Okay" membantunya melewati masa berduka.

"Ada sesuatu tentang serial itu – cara budaya ini menangani trauma, depresi mental, benar-benar menyentuh hati saya," kata Barry.

"Ada banyak air mata selama menonton drama itu, tetapi itu juga membuat saya seperti melihat bahwa ada cahaya di ujung terowongan," katanya.

Langsung terpikat, Barry mengatakan bahwa dia telah menonton 114 K-drama sejak menemukan genre tersebut, dan secara efektif telah berhenti menonton televisi berbahasa Inggris.

Warga AS lainnya, Erin McCoy mengatakan bahwa dia telah berjuang melawan depresi sejak dia remaja, tetapi K-drama membantunya mengelola emosinya semakin baik.

"Ada begitu banyak suka dan duka di setiap drama, dan saat saya merasakan emosi para tokoh, itu membantu saya lebih berhubungan dengan emosi saya sendiri," katanya.

"Saya merasa mampu mengekspresikan dan mengalami emosi lagi."

3 dari 3 halaman

Bentuk Terapi Seni

Menonton drama Korea juga dinilai sebagai suatu bentuk terapi seni.

"Menonton drama Korea dapat bermanfaat untuk mengatasi kecemasan dan depresi dari sudut pandang terapi seni," kata Dr. Im Su-geun, kepala klinik psikiatri di Seoul.

Pertama kali digunakan pada tahun 1940-an, terapi seni awalnya melibatkan pasien yang menggambar, tetapi berkembang untuk menggabungkan aktivitas artistik lainnya.

"Media visual seperti drama Korea memiliki kekuatan signifikan yang selaras dengan psikoterapi," katanya.

Meski dokter mungkin tidak akan menganjurkan pasiennya untuk menonton suatu drama tertentu sebagai cara pengobatan, namun jika seorang terapis merekomendasikan drama tertentu yang terkait dengan kasus pasien, itu bisa membantu.

"Itu dapat membuka peta jalan bagi pasien yang menghadapi situasi tertentu, seperti putus cinta atau kehilangan," sambung Im.