Liputan6.com, Montevideo - Yamandu Orsi, seorang mantan guru sejarah yang berhaluan kiri, memenangkan Pilpres Uruguay. Pada putaran kedua pilpres hari Minggu (24/11/2024), Orsi berhasil mengalahkan Alvaro Delgado, kandidat dari koalisi konservatif yang sedang berkuasa.
Delgado mengakui kekalahannya dan mengucapkan selamat kepada Orsi serta koalisi Broad Front yang kini akan kembali memimpin setelah lima tahun di luar kekuasaan. Sebelumnya, Broad Front memerintah Uruguay selama 15 tahun, dari 2005 hingga 2020, sebelum dikalahkan oleh Presiden Luis Lacalle Pou, yang tidak bisa mencalonkan diri lagi karena dibatasi oleh konstitusi Uruguay.
Orsi, yang berusia 57 tahun, dikenal sebagai murid dari mantan Presiden Jose Mujica, yang sangat dihormati di Uruguay karena gaya hidupnya yang sederhana hingga dijuluki "presiden termiskin di dunia". Orsi sendiri berasal dari latar belakang yang sederhana, tumbuh di pedesaan Uruguay di rumah tanpa listrik.
Advertisement
Karier politik Orsi dimulai saat dia bekerja sebagai guru sejarah, kemudian terjun ke politik lokal dan akhirnya menjabat sebagai wali kota Canelones, departemen terpadat kedua di Uruguay. Selama masa kepemimpinannya, Canelones berhasil menarik perhatian perusahaan teknologi besar, Google, yang akan membangun pusat data besar di wilayah tersebut.
Dalam kampanyenya, Orsi menekankan dukungannya terhadap dunia usaha, berjanji untuk menghindari kebijakan pajak yang bisa membuat investor takut. Pidatonya pada Minggu malam menyatakan bahwa dia ingin menjadi presiden untuk semua warga Uruguay, yang berjumlah 3,4 juta orang.
Dia bertekad untuk terus mengajak dialog nasional dan mendengarkan suara-suara dari mereka yang memilih saingannya.
"Saya ingin menjadi presiden yang membangun negara yang lebih terintegrasi, tempat perbedaan disingkirkan dan tidak ada yang tertinggal, baik dalam hal ekonomi, sosial, maupun politik," ujarnya seperti dikutip dari BBC, Selasa (26/11).
Presiden Luis Lacalle Pou yang akan segera mengakhiri masa jabatannya mengatakan siap bekerja sama dengan Orsi untuk memastikan transisi yang lancar, menjelang pelantikan presiden baru pada 1 Maret tahun depan.
Koalisi Broad Front yang dipimpin Orsi juga memenangkan mayoritas di Senat Uruguay, meskipun mereka tidak berhasil meraih mayoritas di DPR. Pemilu ini, yang mempertemukan dua kubu moderat, berlawanan dengan tren perpecahan yang terjadi di negara-negara lain di Belahan Barat, seperti Argentina, Brasil, dan Amerika Serikat, di mana polarisasi politik semakin tajam.