Liputan6.com, Beirut - Warga yang mengungsi akibat pengeboman selama berminggu-minggu di benteng utama Hizbullah di Beirut kembali pada hari Rabu (27/11) ke lingkungan mereka yang hancur, dengan beberapa orang menyebut gencatan senjata sebagai victory alias kemenangan bagi gerakan militan tersebut.
Pinggiran selatan ibu kota Lebanon yang dulunya padat penduduk sebagian besar telah dikosongkan karena pengeboman harian menargetkan daerah tersebut selama perang Israel-Hizbullah.
Baca Juga
Saat gencatan senjata berlangsung, ribuan orang berbondong-bondong kembali ke lingkungan tersebut, dengan beberapa orang mengibarkan bendera kuning dan hijau Hizbullah.
Advertisement
Beberapa orang menangis saat melihat rumah dan bisnis mereka yang hancur sementara yang lain menunggu ekskavator membersihkan puing-puing yang menghalangi akses, wartawan AFP melaporkan seperti dikutip, Kamis (28/11/2024).
Perang semakin intensif pada bulan September ketika Israel memperluas fokus operasi militernya dari Gaza ke Lebanon.
Langkah tersebut menyusul hampir satu tahun pertukaran tembakan lintas batas antara Hizbullah dan Israel yang dimulai ketika kelompok yang didukung Iran itu melancarkan serangan untuk mendukung sekutu Palestina-nya, Hamas.
Sementara Israel melakukan serangan terhadap target-target di sekitar Lebanon, serangan paling gencar dalam perang itu terjadi di pinggiran selatan Beirut, yang sebagian besarnya telah hancur.
Di pinggiran selatan Lebanon itulah pemimpin lama Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan besar-besaran pada tanggal 27 September.
Â
Pinggiran Kota yang Heroik
Di Lebanon yang terbagi, sebagian besar penduduk daerah tempat Hizbullah berkuasa mengaku setia kepada gerakan militan itu, satu-satunya kelompok yang menolak menyerahkan senjatanya setelah perang saudara 1975-90.
"Kami kembali ke daerah pinggiran kota yang heroik ini, daerah pinggiran kota Sayyed Hassan Nasrallah (yang terbunuh)," kata insinyur Nizam Hamade kepada AFP saat ia kembali ke rumahnya. "Perlawanan itu menang," katanya, mengacu pada Hizbullah.
Hizbullah menggambarkan dirinya sebagai gerakan perlawanan, dan meskipun menderita kerugian bersejarah selama perang yang berakhir pada hari Rabu (27/11), para pendukungnya melihat kelangsungan hidupnya sebagai kemenangan melawan Israel. "Kami kembali ke rumah pada pukul 4:00 pagi (02:00 GMT) tepat saat gencatan senjata diberlakukan," kata penduduk Fatima kepada AFP, hanya menyebutkan nama depannya.
Â
Advertisement
Apa yang Dilakukan Hizbullah Setelah Gencatan Senjata dengan Israel?
Setelah gencatan senjata berlaku, Hizbullah mulai menyelenggarakan tur pers di Beirut selatan, serta benteng selatan dan timur negara itu. Beberapa penduduk mengatakan mereka segera menuju ke tempat pemimpin mereka terbunuh. "Saya mencari tempat di mana kami kehilangan jiwa kami," kata Diala kepada AFP, merujuk pada lokasi serangan mematikan itu.
"Saya langsung menuju ke sana dan tidak melihat apa pun lagi."
Wakil pemimpin dewan politik Hizbullah, Mahmud Qomati, mengatakan kelompok itu sedang mempersiapkan pemakaman umum resmi untuk Nasrallah.
Para pendukung Hizbullah membagikan foto Nasrallah dan Hashem Safieddine, yang secara luas diperkirakan akan ditunjuk sebagai penggantinya sebelum ia juga tewas dalam serangan pada awal Oktober.
Suara tembakan perayaan terdengar Rabu pagi saat para pendukung Hizbullah di atas skuter mengibarkan bendera kelompok itu.
Seorang pria melambaikan bendera kuning dan hijau di atas reruntuhan sebuah bangunan.
Konflik yang dimulai pada Oktober 2023 menewaskan lebih dari 3.800 orang di Lebanon, menurut kementerian kesehatan. Sebagian besar dari mereka telah meninggal sejak September.
Selama kekerasan tersebut, militer Israel mengirimkan lusinan peringatan evakuasi ke wilayah selatan, menuduh Hizbullah bersembunyi di antara penduduk sipil.
Â
Â