Liputan6.com, Moskow - Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Kamis (28/11/2024) bahwa Rusia mungkin menggunakan rudal hipersonik Oreshnik untuk menyerang "pusat-pusat pengambilan keputusan" di Kyiv sebagai respons terhadap serangan rudal Barat oleh Ukraina ke wilayah Rusia.
Dalam perang yang sudah berlangsung 33 bulan hingga saat ini, Rusia belum pernah menyerang kementerian, parlemen, atau kantor presiden Ukraina.
Baca Juga
Putin mengklaim bahwa Oreshnik, yang pertama kali ditembakkan Rusia ke Ukraina pekan lalu, tidak bisa dicegat.
Advertisement
"Kami akan merespons serangan dengan rudal jarak jauh buatan Barat, termasuk dengan menguji Oreshnik dalam kondisi pertempuran, seperti yang dilakukan pada 21 November," ujar Putin seperti dikutip dari CNA, Jumat (29/11).
"Saat ini, Kementerian Pertahanan dan Staf Umum (Rusia) sedang memilih target yang akan diserang di wilayah Ukraina. Target tersebut bisa berupa fasilitas militer, perusahaan pertahanan dan industri, atau pusat-pusat pengambilan keputusan di Kyiv."
Serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina baru-baru ini juga merupakan respons terhadap penggunaan rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS), ATACMS, oleh Kyiv. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut serangan yang mengakibatkan pemadaman listrik bagi lebih dari 1 juta orang itu sebagai eskalasi yang memprihatinkan.
Rusia mengklaim Ukraina pertama kali menembakkan rudal ATACMS ke Rusia barat pada 19 November, yang membuat Rusia merespons dua hari kemudian dengan menembakkan Oreshnik, rudal jarak menengah baru, ke Kota Dnipro, Ukraina.
Sejak itu, Rusia mengungkapkan bahwa Ukraina kembali menembakkan lebih banyak ATACMS ke wilayah Kursk pada 23 dan 25 November, serta menyerang Rusia dengan rudal jelajah Storm Shadow dari Inggris.
Putin telah menyatakan bahwa keterlibatan Barat dalam konflik ini, melalui senjata yang mereka kirimkan kepada Ukraina, berarti "keterlibatan langsung" dalam perang.
Produksi Rudal
Putin mengaku bahwa produksi sistem rudal canggih Rusia melebihi aliansi militer NATO sebanyak 10 kali lipat dan pihaknya berencana meningkatkan produksinya.
Dia menyebutkan pula Rusia memiliki beberapa rudal Oreshnik yang siap digunakan - pernyataan yang dinilai sejalan dengan apa yang disampaikan pejabat militer AS pekan lalu yang menyebutkan bahwa rudal baru ini masih bersifat eksperimen dan Rusia kemungkinan hanya memiliki beberapa unit.
Untuk kedua kalinya dalam waktu kurang dari seminggu, Putin dengan bangga menyatakan bahwa Oreshnik sebanding dengan senjata nuklir dalam hal daya rusaknya dan dapat mengatomisasi segala sesuatu di titik tumbukannya, meskipun dia menegaskan bahwa rudal ini tidak dilengkapi hulu ledak nuklir atau menyebarkan kontaminasi radioaktif.
Pakar keamanan Barat menilai bahwa rudal ini, seperti banyak rudal lainnya dalam persenjataan Rusia, bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir.
Ukraina menjelaskan bahwa Oreshnik yang ditembakkan pada 21 November mencapai kecepatan maksimum 13.600 km/jam, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa rudal tersebut membawa hulu ledak palsu, bukan bahan peledak aktif.
Zelenskyy menegaskan bahwa penggunaan rudal baru oleh Rusia merupakan "eskalasi yang jelas dan parah" dalam perang dan menyerukan kecaman dunia internasional.
Ketegangan antara kedua pihak meningkat tajam bulan ini dengan adanya pertukaran serangan rudal. Pekan lalu, pasca Barat mengizinkan Ukraina mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh untuk menyerang wilayah Rusia, Putin memperbarui doktrin nuklir Rusia untuk memperluas daftar skenario yang dapat memicu peluncuran senjata nuklir.
Advertisement