Liputan6.com, Madrid - Pemerintah kiri Spanyol telah menyetujui kebijakan "cuti iklim berbayar" hingga empat hari untuk memungkinkan pekerja menghindari perjalanan selama keadaan darurat cuaca. Kebijakan ini diambil sebulan setelah banjir menewaskan sedikitnya 224 orang.
Beberapa perusahaan mendapat kritik setelah bencana 29 Oktober karena tetap memaksa karyawan bekerja meskipun ada peringatan merah dari badan cuaca nasional. Namun, perusahaan-perusahaan tersebut menyatakan pihak berwenang gagal memberikan informasi yang memadai dan mengirimkan peringatan telepon terlambat selama banjir terburuk di Eropa dalam beberapa dekade terakhir itu.
Baca Juga
"Langkah baru bertujuan untuk mengatur sesuai dengan keadaan darurat iklim, sehingga tidak ada pekerja yang harus menghadapi risiko," kata Menteri Tenaga Kerja Yolanda Diaz kepada RTVE seperti dikutip The Guardian, Jumat (29/11/2024).
Advertisement
"Jika otoritas darurat mengeluarkan peringatan tentang suatu risiko, pekerja harus menahan diri untuk tidak berangkat kerja."
Pemerintah menambahkan, karyawan juga bisa mengajukan permohonan pengurangan jam kerja lebih lanjut setelah periode empat hari, sebuah mekanisme yang sudah tersedia untuk keadaan darurat.
"Di tengah penyangkalan iklim dari pihak kanan, pemerintah Spanyol berkomitmen menerapkan kebijakan ramah lingkungan," kata Diaz, seperti dilaporkan oleh El Pais.
Menteri Ekonomi Carlos Cuerpo mengingatkan bahwa biaya yang ditimbulkan oleh peristiwa cuaca ekstrem dapat meningkat dua kali lipat pada tahun 2050, sementara pemerintah telah mengonfirmasi pemberian bantuan baru sebesar 2,3 miliar euro untuk para korban banjir.
Sebagian besar korban banjir terdapat di Valencia, di mana Presiden Regional Carlos Mazon yang berhaluan konservatif mengakui adanya kekeliruan, namun menolak untuk mundur, dengan alasan bahwa skala bencana yang luar biasa dan "apokaliptik" tersebut telah melumpuhkan sistem penanganan bencana.
Dua pekan setelah banjir, hujan lebat kembali melanda sebagian wilayah Spanyol, memaksa 3.000 orang mengungsi dari rumah mereka di Malaga.
Curah hujan ekstrem kini semakin sering dan intens sebagai dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, khususnya di Eropa, sebagian besar Asia, Amerika Utara bagian tengah dan timur, serta beberapa kawasan di Amerika Selatan, Afrika, dan Australia.
Hal itu terjadi karena udara yang lebih hangat dapat menahan lebih banyak uap air. Akibatnya, banjir menjadi lebih sering dan parah di wilayah-wilayah tersebut.
Faktor manusia, seperti keberadaan infrastruktur perlindungan banjir dan perubahan penggunaan lahan, juga turut memengaruhi dampak banjir.
Â