Sukses

Mengenal Raja Hujan Meteor Geminid dan Tempat Asalnya

Titik radiasi hujan meteor Geminid, atau titik asal kemunculan meteornya, berada di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) dalam konstelasi Gemini. Inilah yang menjadi alasan hujan meteor ini dinamakan “Geminid.”

Liputan6.com, Jakarta - Hujan meteor Geminid merupakan salah satu hujan meteor terbesar yang akan menghiasi langit pada akhir 2024. Bahkan, hujan meteor ini sering disebut sebagai “raja hujan meteor” karena keindahan dan intensitasnya yang luar biasa.

Melansir laman NASA pada Jumat (29/11/2024), hujan meteor Geminid dapat terlihat di langit mulai 4 hingga 20 Desember 2024. hujan meteor ini akan mengelami puncak aktivitas diperkirakan terjadi pada 13 hingga 15 Desember 2024.

Titik radiasi hujan meteor Geminid, atau titik asal kemunculan meteornya, berada di dekat bintang Alfa Geminorum (Castor) dalam konstelasi Gemini. Inilah yang menjadi alasan hujan meteor ini dinamakan “Geminid.”

Meteor-meteor yang melintas seolah-olah berasal dari arah rasi bintang Gemini. Fenomena ini akan memberikan pemandangan yang memukau bagi para pengamat langit.

Hujan meteor Geminid berasal dari puing-puing yang ditinggalkan oleh asteroid 3200 Phaethon, yang ditemukan pada 1982. Asteroid ini termasuk dalam keluarga Asteroid Apollo, yaitu kelompok asteroid near-earth objects (NEO) dengan orbit yang melintasi Bumi.

Orbit 3200 Phaethon memiliki periode revolusi sekitar 524 hari atau 1,43 tahun. Karakteristik asteroid ini memiliki orbit yang sangat lonjong dan kemiringan sekitar 22 derajat terhadap ekliptika.

Berbeda dengan hujan meteor lainnya yang biasanya berasal dari komet, hujan meteor Geminid berasal dari asteroid. Ketika asteroid Phaethon mendekati matahari, permukaannya yang kering melepaskan partikel kecil akibat panas ekstrem.

Hal ini menciptakan aliran debu yang menghasilkan hujan meteor ini. Hujan meteor Geminid dianggap sebagai salah satu hujan meteor terbaik karena memiliki intensitas besar.

Dalam kondisi ideal, intensitas maksimum hujan meteor ini dapat mencapai lebih dari 100 meteor per jam. Namun, intensitas tersebut sangat dipengaruhi oleh fase Bulan saat puncak hujan meteor terjadi.

Sebagai contoh, intensitas terendah yang pernah tercatat adalah 109 meteor per jam saat fase Bulan baru pada 2012. Sebaliknya, intensitas tertinggi mencapai 253 meteor per jam pada 2014, ketika fase Bulan perbani terjadi.

 

2 dari 2 halaman

Tentang Asteroid 3200 Phaethon

Asteroid 3200 Phaethon yang menjadi induk hujan meteor Geminid ditemukan pada 11 Oktober 1983 oleh misi Infrared Astronomical Satellite (IRAS). Nama asteroid ini diambil dari tokoh mitologi Yunani, Phaethon, putra Helios, yang mengendarai kereta matahari terlalu dekat dengan Bumi, menyebabkan kehancuran.

Nama ini mencerminkan orbit unik asteroid yang membawa benda tersebut sangat dekat dengan matahari. Orbit Phaethon sangat eksentrik, dengan titik terdekat dengan matahari (perihekion) hanya sekitar 0,14 AU atau 21 juta kilometer.

Jarak asteroid ini lebih dekat ke matahari daripada orbit Merkurius, yang menyebabkan suhu permukaannya bisa mencapai sekitar 800 derajat Celsius saat berada di perihelion. Orbitnya juga memiliki periode 1,43 tahun, yang berarti asteroid ini menyelesaikan satu revolusi mengelilingi Matahari dalam waktu tersebut.

Phaethon adalah asteroid pertama yang ditemukan menunjukkan perilaku mirip komet, seperti mengeluarkan debu ketika mendekati matahari. Debu ini diyakini sebagai hasil dari retakan termal pada permukaan asteroid akibat pemanasan ekstrem.

Fenomena ini tidak biasa karena asteroid umumnya tidak memiliki aktivitas seperti ini, yang lebih umum terjadi pada komet. Debu yang dilepaskan oleh Phaethon menjadi sumber hujan meteor Geminid, salah satu hujan meteor tahunan paling spektakuler yang dapat diamati dari Bumi.

Ketika bumi melewati jejak debu yang ditinggalkan Phaethon, partikel-partikel tersebut terbakar di atmosfer, menciptakan jalur cahaya yang indah. Asteroid 3200 Phaethon dianggap berasal dari sabuk asteroid utama antara Mars dan Jupiter.

Namun, orbitnya yang sangat eksentrik dan kemiripannya dengan komet telah menimbulkan spekulasi bahwa 3200 Phaethon mungkin adalah inti komet yang telah kehilangan sebagian besar esnya setelah banyak orbit mendekati matahari. Spektroskopi menunjukkan bahwa permukaan Phaethon terdiri dari material berbatu dengan sedikit kandungan karbon.

Warnanya yang agak biru, dibandingkan dengan banyak asteroid lain yang lebih merah, menunjukkan bahwa permukaannya telah mengalami pelapukan termal yang signifikan. Sebagai asteroid dekat Bumi, 3200 Phaethon dianggap sebagai objek yang berpotensi berbahaya (Potentially Hazardous Asteroid atau PHA) karena orbitnya yang dapat mendekati Bumi.

(Tifani)