Liputan6.com, Stockholm - Swedia secara resmi meminta China untuk bekerja sama dalam penyelidikan kerusakan dua kabel di Laut Baltik setelah sebuah kapal China dikaitkan dengan insiden itu.
Kabel-kabel bawah laut - satu menghubungkan Swedia dengan Lithuania dan yang lainnya antara Finlandia dan Jerman - mengalami kerusakan di perairan teritorial Swedia di Laut Baltik pada tanggal 17 dan 18 November 2024.
Baca Juga
Sebuah kapal China, Yi Peng Three, diyakini berada di area tersebut pada waktu kejadian dan sejak itu telah berlabuh di perairan internasional di lepas pantai Denmark.
Advertisement
China telah membantah keterlibatannya dalam sabotase tersebut dan pada hari Jumat (29/11) mengatakan siap untuk bekerja sama dengan Swedia dan negara-negara lain untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Yi Peng Three meninggalkan pelabuhan Rusia di Ust-Luga, barat St. Petersburg, pada 15 November. Demikian seperti dikutip dari BBC.
Pada awal 17 November, kabel Arelion yang menghubungkan pulau Gotland di Swedia dengan Lithuania mengalami kerusakan. Keesokan harinya, kabel C-Lion 1 yang menghubungkan ibu kota Finlandia, Helsinki, dengan pelabuhan Rostock di Jerman juga putus.
Data dari situs pelacakan kapal menunjukkan bahwa Yi Peng Three berlayar di atas kabel-kabel tersebut pada waktu yang hampir bersamaan dengan kerusakan yang terjadi.
Menurut Wall Street Journal, penyelidik mencurigai kapal tersebut sengaja merusak kabel-kabel dengan menjatuhkan dan menyeret jangkar di dasar laut sepanjang lebih dari 160 km.
Kapal itu telah berada di Selat Kattegat - jalur antara Swedia dan Denmark yang menghubungkan Laut Baltik dengan Laut Utara - sejak 19 November dan sedang dipantau oleh Angkatan Laut Denmark.
Pada hari Kamis (28/11), Perdana Menteri Ulf Kristersson menyatakan dalam konferensi pers bahwa pemerintahnya telah "mengirim permintaan resmi kepada China untuk bekerja sama dengan pihak berwenang Swedia guna menciptakan kejelasan tentang apa yang telah terjadi".
"Kami pikir sangat penting untuk mengetahui dengan tepat apa yang terjadi dan tentu saja, kami juga mengharapkan China untuk memenuhi permintaan yang telah kami kirimkan," ujarnya.
Dia mengulang pula permintaan sebelumnya agar kapal tersebut kembali ke perairan Swedia supaya dapat diperiksa sebagai bagian dari penyelidikan, meskipun dia menambahkan bahwa dia tidak sedang membuat "tuduhan" apa pun.
Sebagai tanggapan pada Jumat, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa mereka bersedia bekerja sama dengan negara-negara terkait untuk mencari tahu kebenarannya.
"Saat ini, China dan Swedia menjaga komunikasi yang erat mengenai hal ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, ketegangan di Laut Baltik meningkat dan sejumlah insiden yang melibatkan kerusakan infrastruktur bawah laut terjadi.
Pada September 2022, serangkaian ledakan menghancurkan dua pipa gas Nord Stream antara Eropa Barat dan Rusia dan pada Oktober 2023, terjadi kerusakan pada kabel telekomunikasi bawah laut antara Estonia dan Swedia.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan tentang insiden terbaru ini bahwa "tidak ada yang percaya kabel-kabel ini putus secara tidak sengaja", meskipun dia tidak merinci siapa yang dia yakini bertanggung jawab.