Liputan6.com, Wellington - Fosil adalah jendela masa lalu. Fosil juga memberikan informasi penting tentang dunia pada masa jutaan tahun lalu.
Kini, Selandia Baru memungkinkan lebih banyak orang untuk mempelajari artefak alam. Selandia Baru jadi negara pertama yang menyelenggarakan basis data fosilnya sendiri yang hampir komprehensif dan bisa diakses terbuka untuk umum.
Baca Juga
Basis data ini disebut Basis Data Elektronik Catatan Fosil, atau FRED, dikutip dari laman Mentalfloss, Senin (2/12/2024).
Advertisement
Menurut Live Science, versi cetak koleksi ini dipelopori pada tahun 1946 oleh ahli geologi Harold Wellman (yang dikenal karena menemukan Sesar Alpen di Selandia Baru) dan yang lainnya.
Tim tersebut menyimpan referensi peta, nomor seri situs, dan deskripsi fosil pada formulir di lemari arsip.
Para ilmuwan juga mencatat geologi situs fosil, termasuk ukuran butiran batu dan warnanya. Dengan kekayaan informasi yang terorganisasi di satu tempat selama beberapa dekade, menghadirkan catatan fosil Selandia Baru secara daring menjadi relatif mudah.
FRED adalah basis data akses terbuka, yang berarti siapa pun. Mulai dari ahli paleontologi berpengalaman hingga penggemar fosil amatir juga dapat mengakses dan berkontribusi pada sumber daya tersebut.
Interesting Engineering melaporkan bahwa empat kurator dari berbagai universitas memeriksa semua entri dan memastikan tidak ada kesalahan yang terlewatkan.
Catatan Berisi 100.000 Lokasi Fosil
Situs web resmi FRED menyatakan bahwa basis data tersebut berisi catatan lebih dari 100.000 lokasi fosil. FRED bukanlah satu-satunya basis data fosil yang ada.
Namun, tidak ada basis data akses terbuka lain yang mencakup satu area tertentu secara luas. Sebagian besar entri lokasi dalam FRED berada di Selandia Baru, tetapi beberapa berada di bagian tenggara Kepulauan Pasifik dan wilayah Laut Ross di Antartika.
Masyarakat Geosains Selandia Baru dan lembaga penelitian GNS, yang mengelola proyek tersebut bersama-sama, juga memperbarui basis data tersebut secara berkala.
Saat ini, ilmuwan Selandia Baru sering diminta untuk mencatat penemuan fosil mereka di FRED untuk publikasi ilmiah dan tesis akademis.
Kumpulan data tersebut membuka jalan bagi penelitian yang inovatif. Misalnya, pada tahun 2018, para ilmuwan di AS meninjau data FRED dan menemukan informasi baru tentang tingkat kepunahan spesies moluska. Mereka menemukan bahwa invertebrata tersebut punah dalam jumlah yang mengkhawatirkan di Karibia dan Selandia Baru.
Basis data daring tersebut juga dapat bermanfaat bagi generasi mendatang jika bertahan lama. Karena pemotongan dana dan PHK, masa depan FRED dan paleontologi di Selandia Baru belum dapat dipastikan.
Advertisement