Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyetujui anggaran pertahanan yang memecahkan rekor. Anggaran tersebut mengalokasikan sekitar sepertiga dari total pengeluaran pemerintah saat perang di Ukraina yang sudah berlangsung hampir tiga tahun menguras sumber daya dari kedua belah pihak.
Anggaran untuk tahun 2025 yang dipublikasikan pada hari Minggu (1/12/2024) itu mengalokasikan sekitar USD 126 miliar untuk pertahanan nasional, yang mencapai 32,5 persen dari total pengeluaran pemerintah.
Baca Juga
Anggaran pertahanan ini sekitar USD 28 miliar lebih tinggi dibandingkan rekor sebelumnya yang tercatat tahun ini. Demikian seperti dikutip dari CNN, Selasa (3/12).
Advertisement
Perang Rusia di Ukraina adalah konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. Rusia saat ini mengalami kemajuan di beberapa titik penting di garis depan dan sedang berperang melawan serangan balik di wilayah Kursk – yang merupakan satu-satunya keberhasilan militer besar Ukraina tahun ini.
Ukraina dinilai berada dalam posisi terjepit terkait materi dan tenaga manusia, meskipun telah menerima bantuan miliaran dolar dari sekutu-sekutu Barat. Namun, bagaimana kelanjutan bantuan dari Amerika Serikat setelah Donald Trump menjabat masih belum jelas.
Sementara itu, Rusia memiliki lebih banyak senjata, lebih banyak amunisi, dan lebih banyak pasukan – tetapi tekanan terhadap ekonomi dan populasinya semakin besar.
Rusia telah meningkatkan pengeluaran militernya secara signifikan dalam dua tahun terakhir dan ekonominya kini menunjukkan tanda-tanda overheating: inflasi tinggi dan perusahaan-perusahaan menghadapi kekurangan tenaga kerja. Untuk mengendalikan situasi, Bank Sentral Rusia telah menaikkan suku bunga menjadi 21 persen pada bulan Oktober, yang merupakan yang tertinggi dalam beberapa dekade.
Meskipun Rusia memiliki lebih banyak penduduk daripada Ukraina, mereka disebut mengalami kerugian signifikan di medan perang dan perekrutan pasukan baru menjadi masalah – terakhir kali militer Rusia melakukan mobilisasi parsial, ratusan ribu pria melarikan diri dari negara itu.
Baru-baru ini, Korea Utara mengirimkan pasukan untuk membantu Rusia dalam pertempuran di garis depan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyatakan pada bulan November bahwa sekitar 11.000 tentara Korea Utara berada di Kursk.
Menurut pejabat pertahanan Ukraina dan catatan CNN, beberapa senjata Rusia juga berasal dari Korea Utara, yang mencakup hampir sepertiga dari rudal balistik yang ditembakkan ke Ukraina tahun ini.
Tentara Korea Utara mungkin dapat mendukung upaya Rusia untuk sementara waktu, namun kerugian material yang dialami dinilai bisa lebih sulit untuk dipulihkan.