Liputan6.com, Washington D.C - Program ambisius NASA, Artemis, yang bertujuan mengembalikan astronot ke Bulan pada dekade ini, kembali menghadapi penundaan. Badan antariksa Amerika Serikat tersebut mengumumkan bahwa misi Artemis III, yang direncanakan mendaratkan manusia di Bulan pada 2026, akan mundur hingga pertengahan 2027.
Selain itu, misi Artemis II yang akan membawa astronot mengorbit Bulan tanpa mendarat, juga ditunda dari September 2025 menjadi paling cepat April 2026.
Baca Juga
Penundaan ini sebagian besar disebabkan oleh masalah teknis pada kapsul kru Orion, terutama pada pelindung panasnya.
Advertisement
Selama misi tanpa awak Artemis I pada 2022, pelindung panas Orion mengalami kerusakan tak terduga akibat penumpukan panas saat kapsul kembali ke atmosfer Bumi menggunakan manuver skip reentry—sebuah teknik yang menyerupai batu memantul di permukaan air untuk memperlambat kecepatan.
"Kami telah melakukan pengujian mendalam untuk memahami risiko yang mungkin dihadapi astronot saat menjalankan misi kembali ke Bulan," ujar Administrator NASA Bill Nelson, seperti dilansir CNN, Jumat (6/12/2024).
Nelson juga menyebut bahwa akar permasalahan pada pelindung panas telah diidentifikasi.
Masalah Teknis
Menurut Wakil Administrator NASA, Pam Melroy, masalah utama terjadi saat pelindung panas Orion mengalami akumulasi panas yang menyebabkan lapisan luarnya terkikis lebih dari yang diperkirakan.
NASA berencana memodifikasi jalur penerbangan Artemis II, termasuk mengurangi waktu kapsul Orion melakukan manuver skip reentry untuk mengurangi tekanan termal pada pelindung panas.
Meski demikian, penundaan ini menambah daftar panjang perubahan jadwal dalam program Artemis. Artemis I, yang merupakan uji coba tanpa awak dari roket Space Launch System (SLS), baru berhasil diluncurkan pada 2022, setelah beberapa kali tertunda.
Advertisement
Misi Persaingan dengan China
Artemis III, yang direncanakan mendarat di Kutub Selatan Bulan, membawa misi strategis: mengeksplorasi cadangan es air yang diyakini ada di wilayah tersebut. Air es ini berpotensi diubah menjadi bahan bakar roket atau air minum bagi para astronot.
Namun, keterlambatan ini memperpanjang jarak dari target ambisius yang ditetapkan pemerintahan Trump pada 2019, yaitu pendaratan manusia di Bulan pada 2024. Target tersebut kala itu ditetapkan sebagai bagian dari upaya mempertahankan dominasi Amerika Serikat di antariksa, terutama menghadapi perkembangan cepat dari program luar angkasa China.
China, dalam konferensi pers April lalu, mengumumkan rencana mereka untuk mengirimkan astronot ke Bulan pada 2030, mempertegas posisi mereka sebagai pesaing utama AS dalam perlombaan antariksa modern.
"Kami harus mendarat di Kutub Selatan Bulan, sehingga tidak kehilangan wilayah strategis ini kepada Tiongkok," tegas Nelson.
Masa Depan Artemis di Tengah Transisi Kepemimpinan
Penundaan ini datang di tengah periode transisi kepemimpinan NASA. Presiden terpilih Donald Trump telah mengungkapkan rencananya untuk menunjuk Jared Isaacman, pengusaha teknologi dan mitra dekat Elon Musk, sebagai Administrator NASA.
Isaacman, yang dikenal skeptis terhadap beberapa elemen program Artemis, berpotensi membawa perubahan besar, termasuk revisi jadwal dan pengelolaan kontrak pengembangan lunar lander—modul pendaratan di Bulan.
Advertisement