Sukses

Asteroid Baru Tabrak Bumi, Langit Siberia Menyala Terang

C0WEPC5 merupakan asteroid penabrak bumi terdekat keempat yang terdeteksi selama 2024. Asteroid pertama yang menghantam bumi pada 2024 bernama BX1.

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah asteroid dikabarkan menabrak bumi, tepatnya di wilayah Siberia Utara pada 4 Desember 2024 lalu. Kabar ini pertama kali disampaikan akun resmi European Space Agency (ESA) melalui postingan di X.

ESA menjelaskan awalnya sistem peringatan sudah memprediksi kehadiran asteroid tersebut. Karena terbakar di atmosfer bumi, asteroid ini berbentuk bola api yang membuat langit Siberia menyala terang.

"Sebuah asteroid kecil baru saja terlihat di jalur tabrakan dengan bumi. Kemungkinan akan menghasilkan bola api yang indah di langit atas Siberia Utara," tulis ESA.

Melansir laman Live Science pada Jumat (06/12/2024), asteroid berukuran 70 cm ini diberi nama dengan C0WEPC5. C0WEPC5 pertama kali memasuki atmosfer bumi melintasi Republik Sakha, Rusia pada pukul 01.15 dini hari waktu setempat.

C0WEPC5 merupakan asteroid penabrak bumi terdekat keempat yang terdeteksi selama 2024. Asteroid pertama yang menghantam bumi pada 2024 bernama BX1.

BX1 memiliki ukuran 1 meter, yang terbakar tanpa menimbulkan bahaya di langit Berlin pada Januari. Asteroid kedua bernama RW1 yang meledak di atas langit Filipina pada 4 September lalu.

Sedangkan asteroid ketiga yang datang menabrak bumi bernama 2024 UQ. Batu luar angkasa ini ditemukan pada 22 Oktober oleh lembaga survei Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) di Hawaii.

Meskipun asteroid C0WEPC5 tidak menimbulkan ancaman bagi bumi, adanya sistem deteksi dini seperti yang dimiliki badan antariksa akan membantu para astronom untuk mengidentifikasi objek serupa. Para astronom juga memiliki waktu untuk menangkis objek luar angkasa agar tidak bertabrakan dengan bumi.

Lalu, bagaimana cara ESA deteksi asteroid yang mengancam bumi dengan cepat?

Melansir lama ESA pada Jumat (06/11/2024), ESA, dan NASA dan sejumlah badan antariksa telah membangun jaringan teleskop dan komputasi canggih untuk mengidentifikasi NEO. Centre for Near-Earth Object Studies (CNEOS) dibangun untuk memantau semua NEO.

CNEOS bertujuan untuk memantau dan menganalisis objek dekat Bumi (Near-Earth Objects, NEOs) seperti asteroid dan komet. Lembaga ini bertanggung jawab untuk mendeteksi, mengamati, dan melacak objek yang berpotensi berbahaya yang mendekati bumi.

Hal ini mencakup objek dengan ukuran yang cukup besar untuk menimbulkan dampak signifikan jika mereka jatuh ke bumi. CNEOS juga mengumpulkan dan menganalisis data mengenai orbit, ukuran, komposisi, dan karakteristik lain dari NEOs untuk memahami potensi bahaya dan kemungkinan dampak.

Lembaga seperti ESA melalui CNEOS menggunakan teleskop dan sistem pemantauan otomatis untuk mendeteksi objek baru dan memprediksi lintasan mereka. Beberapa sistem pemantauan yang penting termasuk sentry, sistem yang menghitung kemungkinan dampak dari NEO yang terdeteksi.

Sistem ini memberikan peringatan dini jika ada risiko. Sementara itu scout adalah sistem yang membantu dalam mengidentifikasi objek baru dan menilai apakah mereka berpotensi mengancam bumi.

Near-Earth Object (NEO) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut benda langit Tata Surya kecil yang orbitnya dekat dengan bumi. Menurut kesepakatan, sebuah benda Tata Surya adalah sebuah NEO jika jarak terdekatnya ke matahari (perihelion) kurang dari 1.3 satuan astronomi (SA).

NEO dibagi menjadi dua kategori utama, asteroid dan komet. Ateroid yang masuk dalam kategori NEO memiliki orbit dekat dengan orbit bumi.

Beberapa subkategori dari asteroid ini termasuk atens yakni asteroid dengan orbit yang mayoritas berada di dalam orbit bumi. Apollos yakni asteroid yang memiliki orbit melintasi orbit Bumi.

Sedangkan, amors adalah asteroid yang tidak melintasi orbit bumi tetapi memiliki orbit yang mendekati. Sementara itu, komet yang masuk dalam kategori NEO adalah yang memiliki orbit yang membawa mereka mendekati bumi.

(Tifani)

Video Terkini