Liputan6.com, Laukkai - Sebuah kelompok bersenjata etnis minoritas Myanmar telah mengeksekusi enam pria setelah diadili di depan publik di daerah kantong yang dikuasainya di dekat perbatasan China, media yang berafiliasi dengan kelompok tersebut mengatakan pada hari Jumat (6/12/2024) seperti dikutip dari AFP.
14Â orang diadili pada hari Kamis (5/12) oleh Myanmar National Democratic Alliance Army (MNDAA) atau Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar atas pelanggaran termasuk penculikan, pemerasan, dan pembunuhan, lapor media "The Kokang".
Baca Juga
Foto-foto menunjukkan para terdakwa dengan pakaian olahraga biru yang identik ditahan di depan kerumunan sekitar 1.000 orang di Kota Laukkai, sekitar lima kilometer (tiga mil) dari Provinsi Yunnan, China.
Advertisement
Semua mengenakan plakat di leher mereka yang bertuliskan kata "kriminal" dalam aksara China.
Enam pria yang dihukum karena perampokan, penculikan, dan pembunuhan saat berpura-pura menjadi tentara MNDAA dieksekusi mati di tempat, kata The Kokang.
Sementara itu, tidak ada rincian tentang hukuman yang dijatuhkan kepada delapan terdakwa lainnya.
Banyak kelompok etnis bersenjata Myanmar menjalankan sistem hukum paralel di wilayah yang mereka kuasai di sepanjang perbatasan negara.
Pada bulan April, MNDAA mengeksekusi tiga anteknya atas tuduhan pembunuhan dan menjual senjata serta amunisi yang dicuri dari kelompok tersebut.
United Wa State Army, kelompok lain yang wilayahnya berada di sepanjang perbatasan China, menjatuhkan hukuman mati kepada seorang pria di pengadilan umum pada bulan Oktober karena membunuh seorang gadis berusia delapan tahun.
Pada tahun 2022, junta Myanmar juga tercatat mengeksekusi empat orang -- eksekusi yudisial pertama di negara tersebut dalam beberapa dekade.
Â
Kekacauan di Myanmar Sejak Kudeta Militer 2021
Myanmar telah dilanda kekacauan sejak militer merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021, dengan kelompok pemberontak etnis dan People's Defence Forces (Pasukan Pertahanan Rakyat) yang lebih baru memerangi militer di seluruh negeri.
MNDAA, yang beranggotakan sekitar 8.000 antek, menguasai Laukkai pada bulan Januari setelah sekitar 2.000 tentara pemerintah menyerah setelah pertempuran selama berminggu-minggu, yang merupakan pukulan telak bagi junta.
Awal pekan ini, MNDAA mengatakan siap untuk melakukan perundingan yang dimediasi Tiongkok dengan junta militer untuk mengakhiri pertikaian yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.
Tiongkok adalah sekutu utama dan pemasok senjata junta militer, tetapi juga menjalin hubungan dengan kelompok pemberontak etnis yang menguasai wilayah di dekat perbatasannya.
Tiongkok telah berulang kali menyerukan agar pertikaian dihentikan di negara bagian Shan, mata rantai utama dalam inisiatif infrastruktur Sabuk dan Jalan senilai triliunan dolar.
Advertisement