Liputan6.com, Malta - Menteri luar negeri Ukraina dan Rusia adu mulut dalam sebuah pertemuan publik di Malta.
Menurut laporan AFP yang dikutip Sabtu (7/12/2024), menlu Ukraina disebut menyebut diplomat utama Rusia Sergei Lavrov sebagai "penjahat perang" pada hari Kamis (5/12) saat mereka berdua menghadiri pertemuan puncak internasional di Malta, kunjungan pertama Lavrov ke negara anggota Uni Eropa (UE) sejak invasi 2022.
Sementara Andriy Sybiga dari Ukraina juga menuduh Moskow sebagai "ancaman terbesar bagi keamanan bersama kita" saat kedua menteri luar negeri itu duduk di meja besar yang sama dalam pertemuan Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE) atau Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa.
Advertisement
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken juga berada di Ta'Qali, dekat Valetta, untuk menghadiri pembicaraan tersebut, meskipun para pejabat mengatakan bahwa dia tidak berencana untuk bertemu Lavrov.
"Rusia bukanlah mitra; Rusia adalah ancaman terbesar bagi keamanan bersama kita. Partisipasi Rusia dalam OSCE merupakan ancaman bagi kerja sama di Eropa," kata Sybiga kepada para menteri dari badan yang beranggotakan 57 negara tersebut.
"Ketika Rusia mengatakan mereka menginginkan perdamaian, mereka berbohong," kata Sybiga seraya menambahkan: "Ukraina terus memperjuangkan haknya untuk hidup.
"Dan penjahat perang Rusia di meja ini harus tahu: Ukraina akan memenangkan hak ini dan keadilan akan menang."
Menlu Rusia, Sergei Lavrov, yang telah dikenai sanksi oleh Uni Eropa, belum mengunjungi negara Uni Eropa sejak perjalanan Desember 2021 ke Stockholm, lagi-lagi untuk pertemuan OSCE, media Rusia melaporkan.
Duduk di antara perwakilan San Marino dan Rumania, Lavrov mengecam Uni Eropa, NATO, dan khususnya Amerika Serikat. Ia mengatakan Barat berada di balik "reinkarnasi Perang Dingin, hanya saja sekarang dengan risiko transisi yang jauh lebih besar ke perang yang panas", menurut transkrip sambutannya dari RIA Navosti.
Sergei Lavrov juga menuduh Washington melakukan latihan militer di kawasan Asia-Pasifik yang berusaha "mendestabilisasi seluruh benua Eurasia".
Â
Kisruh Rusia Vs Ukraina di OSCE
OSCE didirikan pada tahun 1975 untuk meredakan ketegangan antara Timur dan Barat selama Perang Dingin, dan sekarang beranggotakan 57 orang dari Turki hingga Mongolia, termasuk Inggris dan Kanada serta Amerika Serikat.
OSCE membantu para anggotanya mengoordinasikan isu-isu seperti hak asasi manusia dan pengendalian senjata, tetapi Lavrov pada pertemuan tingkat menteri terakhir tahun lalu di Makedonia Utara menuduh OSCE menjadi "tambahan" NATO dan Uni Eropa.
Ukraina telah menyerukan agar Rusia dikeluarkan dari organisasi tersebut, dan memboikot pertemuan tingkat tinggi Skopje atas kehadiran Lavrov.
Sementara itu, tuan rumah pertemuan tingkat tinggi Ian Borg, menteri luar negeri Malta, membuka acara pada hari Kamis dengan seruan agar Rusia menarik diri dari Ukraina.
Blinken juga menuduh Lavrov -- yang saat itu tidak lagi berada di ruangan itu -- menyebarkan "tsunami misinformasi" dan menyalahkan Moskow atas eskalasi di Ukraina.
Banyak peserta lain mengecam agresi Moskow pada saat yang sulit bagi Kyiv.
Adapun presiden terpilih AS Donald Trump telah berjanji untuk mendesak kesepakatan cepat guna mengakhiri perang, yang membuat Kyiv harus berjuang keras untuk memperoleh jaminan keamanan dari sekutu Barat dan pasokan persenjataan utama sebelum pelantikan pada bulan Januari.
Advertisement