Sukses

Jejak Indonesia di Tengah Gelombang K-Wave yang Mendunia

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penggemar budaya K-pop paling masif di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - K-wave, atau gelombang budaya Korea, telah menjadi fenomena global yang tak terelakkan.

Dari musik hingga drama, budaya pop Korea terus mendominasi panggung dunia. Namun, siapa sangka bahwa di balik popularitas global ini, Indonesia memainkan peran signifikan?

Menurut Gangsim Eom, kandidat PhD di Harvard University sekaligus peneliti tamu di Universitas Indonesia, Indonesia adalah salah satu negara dengan kontribusi terbesar dalam mendukung popularitas K-wave.

Data Spotify 2023 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ketiga untuk jumlah streaming artis K-pop di dunia, hanya di bawah Jepang dan Amerika Serikat. Bahkan, empat kota di Indonesia termasuk dalam 17 besar kota dengan pendengar Spotify bulanan terbanyak.

"Indonesia adalah salah satu kekuatan utama di balik kesuksesan global K-wave," ujar Eom dalam sesi workshop bersama jurnalis peserta Indonesia Korea Journalist Network (IKJN) yang diselenggarakan oleh FPCI dan Korea Foundation di Hotel Le Meridien, Jakarta, Senin (9/12/2024). 

Jejak K-wave di Indonesia dimulai pada 2009 melalui konser tur Asia Rain di Jakarta. Popularitas ini semakin meningkat setelah konser SM Town World Tour pada 2012. Eom, yang pernah bekerja sebagai penerjemah dalam konser tersebut, menyaksikan langsung dedikasi para artis Korea yang terus menginspirasi penggemar Indonesia.

"Seorang sopir Grab bahkan pernah bercerita bagaimana konser Blackpink menyebabkan kemacetan total di Jakarta," kata Eom. Hal ini menunjukkan bahwa K-wave telah menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, tidak hanya terbatas pada kalangan penggemar.

2 dari 4 halaman

Alat Diplomasi Budaya dan Politik

K-wave juga digunakan sebagai alat dalam diplomasi budaya dan politik di Indonesia.

Eom menjelaskan bahwa fenomena "politik fandom" mulai terlihat sejak kampanye Gubernur Jakarta pada 2012, ketika lagu Gangnam Style dipopulerkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, figur politik Indonesia mulai menggunakan elemen budaya Korea untuk mendekati pemilih muda, seperti Ganjar Pranowo yang mengutip ungkapan bahasa Korea dalam kampanyenya.

Selain itu, figur K-wave seperti Choi Si-won dari Super Junior turut aktif dalam diplomasi publik, memperkuat hubungan antara kedua negara.

3 dari 4 halaman

Hubungan Antar Masyarakat

Lebih dari sekadar budaya pop, hubungan Indonesia dan Korea Selatan juga ditopang oleh diplomasi antarwarga yang sudah berlangsung lama.

Sejak 1980-an, berbagai program pertukaran budaya, mulai dari kerja sama pendidikan hingga perayaan hari kemerdekaan bersama, telah mempererat hubungan kedua negara.

"Keberhasilan hubungan ini tak lepas dari kerja keras para sukarelawan, baik anak muda maupun ibu rumah tangga, yang menyatukan kedua budaya," ungkap Eom. Salah satu contohnya adalah berdirinya Program Studi Korea di Universitas Indonesia yang didukung oleh komunitas Korea di Indonesia.

Tidak hanya budaya Korea yang memengaruhi Indonesia, fenomena sebaliknya juga mulai berkembang. Sejak 2019, Korea Selatan secara khusus merayakan budaya Indonesia melalui festival budaya, kelas memasak, dan pertunjukan seni. Acara-acara seperti ini menunjukkan bahwa budaya Indonesia kini memiliki pengaruh yang signifikan di Korea Selatan.

Bahkan, media Korea mulai menampilkan elemen budaya Indonesia, seperti tayangan Myunsikdang yang mengeksplorasi kuliner Indonesia. Menurut Eom, ini adalah peluang besar untuk mempererat hubungan bilateral melalui diplomasi budaya.

4 dari 4 halaman

Pengaruh Media Sosial

Media sosial juga menjadi jembatan penting dalam hubungan Indonesia-Korea.

Dengan waktu penggunaan media sosial harian yang tinggi, Indonesia menjadi pasar strategis untuk kampanye K-wave. Namun, potensi ini juga menghadirkan tantangan, seperti bagaimana memastikan konten budaya yang positif dan membangun mendominasi lanskap digital.

K-wave telah membawa perubahan besar dalam interaksi budaya antara Indonesia dan Korea Selatan. Hubungan ini, yang didukung oleh diplomasi antarwarga, media sosial, dan pengaruh budaya, memiliki potensi untuk berkembang lebih jauh.

"Kepercayaan itu tidak diberikan, melainkan diperoleh," ujar Eom, menekankan pentingnya kerja keras dalam membangun hubungan yang lebih erat di masa depan.

Video Terkini