Sukses

Penyebab Paus Sering Terdampar di Pantai, Polusi Suara hingga Pemanasan Global

Bukan hanya Selandia Baru, sekitar 140 paus pilot terdampar di perairan dangkal muara di selatan negara bagian Australia Barat pada April 2024. Namun, mengapa paus sering terdampar di pantai?

Liputan6.com, Jakarta - Lebih dari 30 paus pilot yang terdampar di sebuah pantai di Selandia Baru berhasil dikembalikan ke laut dengan selamat pada 25 November 2024 lalu. Para pekerja konservasi dan warga saling membantu mengangkat paus-paus ini dengan menggunakan kain.

Setelah berhasil diselamatkan, sebuah tim kemudian memantau Pantai Ruakākā di dekat kota Whangārei, Selandia Baru, untuk memastikan tidak ada tanda-tanda paus tersebut akan kembali terdampar. Setidaknya, ada 85 kejadian paus terdampar di pantai-pantai Selandia baru setiap tahunnya.

Bukan hanya Selandia Baru, sekitar 140 paus pilot terdampar di perairan dangkal muara di selatan negara bagian Australia Barat pada April 2024. Namun, mengapa paus terdampar di pantai?

Melansir laman National Geographic pada Rabu (11/12/2024), paus memanfaatkan medan magnet bumi sebagai navigasi untuk menentukan habitat yang sesuai dengannya. Mamalia terbesar di laut ini menggunakan ekolokasi untuk menghasilkan suara dan mendengarkan pantulannya untuk mengidentifikasi objek di sekitarnya.

Kemampuan ini sangat penting bagi paus karena mereka hidup di kedalaman laut yang gelap dan membutuhkan kemampuan untuk bernavigasi dan mencari makanan. Sayangnya, sinyal suara dari penggunaan sonar dan survei seismik, mengganggu kemampuan paus untuk berkomunikasi dan bernavigasi.

Hal ini dapat mendorong mereka ke darat, memekakkan telinga, membingungkan, atau menakuti mereka. Spesies laut, seperti paus, juga sangat peka terhadap sonar bahkan dari jarak berkilo-kilometer.

 

2 dari 2 halaman

Penggunaan Sonar

Penggunaan sonar juga dapat menyebabkan paus terdampar. Sebuah studi menyebut paus mungkin hewan yang paling canggih di Bumi secara akustik.

Karena suara merambat lebih cepat melalui air daripada udara dan mempertahankan intensitasnya lebih lama, suara dapat menyebabkan cedera pada telinga mereka. Selain polusi suara di dalam laut, topografi permukaan bumi juga dapat menyebabkan paus terdampar.

Topografi pesisir dan daerah pasang surut membuat beberapa daerah menjadi perangkap mamalia laut ini. kejadian paus terdampar massal sering terjadi di tempat-tempat seperti Farewell Spit di Selandia Baru, garis pantai Laut Utara, dan Cape Cod di Amerika Serikat bagian timur.

Wilayah ini terlalu dangkal bagi paus untuk bernavigasi, mengingat kemampuan ekolokasi dirancang untuk wilayah air dalam. Selain itu, selama siklus pasang surut, air dapat surut beberapa kilometer hanya dalam beberapa menit, yang berarti beberapa hewan laut dapat tertangkap tanpa sempat pindah ke laut dalam.

Paus yang terdampar juga dapat disebabkan karena sakit, terluka, pikun, tersesat, tidak dapat makan, atau mengalami gangguan kesehatan. Hewan yang lemah ini mungkin hanyut mengikuti arus sampai mereka dibawa ke darat, sedangkan hewan yang mengalami disorientasi arah dapat secara tidak sengaja mengembara ke perairan yang lebih dangkal.

Aktivitas berburu makanan juga dapat mendorong hewan dengan sendirinya mendekati pantai. Perubahan iklim turut menjadi penyebab paus sering terdampar.

Pemanasan global dapat menyebabkan perubahan arus dan massa air laut. Hal ini mengganggu rute dan waktu migrasi paus untuk mencari makanan dan berkembang biak.

Selain itu, peningkatan suhu laut dapat memengaruhi kebutuhan metabolisme paus dan jumlah oksigen yang tersedia bagi para paus.

(Tifani)