Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China tengah mengambil langkah tegas untuk melarang penjualan dan penggunaan "kartu rokok" oleh anak-anak di tengah meningkatnya popularitas permainan tersebut di kalangan pelajar. Kartu ini dibuat dari kemasan rokok bekas dan digunakan sebagai alat permainan yang kini dianggap memicu berbagai masalah sosial, termasuk ketertarikan dini terhadap produk tembakau.
Dilansir CNA, Kamis (12/12/2024), kelompok perlindungan konsumen di Beijing dan Provinsi Jiangsu telah mendesak aparat penegak hukum dan biro pengawas tembakau untuk secara ketat melarang penjualan kartu tersebut.
Baca Juga
Konsumen dan pakar menyoroti bagaimana anak-anak dapat dengan mudah memperoleh kartu rokok melalui penjualan daring yang tidak terkontrol atau bahkan dari anggota keluarga.
Advertisement
Dalam pernyataan di aplikasi WeChat, Dewan Konsumen Jiangsu menyebut kartu rokok sebagai alat yang tidak hanya mengekspos anak-anak pada tembakau, tetapi juga menjadi sarana pedagang tidak bertanggung jawab untuk menarik minat anak-anak terhadap rokok.
Mereka juga menyerukan inspeksi rutin di sekolah serta tindakan tegas terhadap penjualan kartu di platform daring dan saluran lainnya.
Li Enze, Wakil Direktur Asosiasi Anti-Tembakau China, menyatakan bahwa kartu rokok memperkenalkan merek rokok kepada anak-anak, menciptakan asosiasi positif yang berpotensi memicu eksperimen hingga ketergantungan.
"Ini adalah pintu masuk bagi anak-anak untuk mengenal rokok dan, dalam jangka panjang, berisiko membuat mereka menjadi perokok aktif," jelas Li.
Tren Mengkhawatirkan
Permainan kartu rokok, yang dikenal sebagai "yan ka" atau "kartu asap," dibuat dengan melipat kemasan rokok bekas menjadi kartu permainan. Permainan ini memiliki aturan sederhana: pemain berlomba membalikkan kartu lawan dengan cara menepuk kartu mereka ke lantai. Pemain yang menang mengambil kartu lawan sebagai hadiah.
Semakin bergengsi merek rokok yang digunakan, semakin tinggi nilai kartu tersebut di mata pemain. Fenomena ini menghidupkan kembali tren serupa yang pernah populer di Tiongkok pada 1970-an.
Namun, di balik permainan ini, muncul banyak permasalahan. Anak-anak diketahui membeli kemasan rokok bekas dari toko-toko dekat sekolah seharga 1 yuan (sekitar Rp2.100) per bungkus atau bahkan mengais kemasan dari tempat sampah.
Laporan media setempat juga mengungkap kasus-kasus kriminal yang dipicu oleh tren ini.
Pada Juli lalu, enam remaja di Sichuan ditangkap karena mencuri rokok premium senilai lebih dari 60.000 yuan (sekitar Rp130 juta) dari sebuah toko. Rokok tersebut dibuang setelah kemasannya diambil, meninggalkan tumpukan limbah di lingkungan sekitar.
Advertisement