Sukses

Pengakuan Bashar al-Assad: Ingin Terus Berjuang di Suriah, tapi Dievakuasi oleh Rusia

Assad mengonfirmasi keberadaannya di Rusia.

Liputan6.com, Moskow - Pemimpin Suriah yang digulingkan, Bashar al-Assad, mengatakan pada Senin (16/12/2024) bahwa dia ingin tetap berada di negara itu setelah pemberontak merebut ibu kota. Namun, militer Rusia mengevakuasinya dari pangkalan mereka di barat Suriah setelah pangkalan tersebut diserang.

Ini adalah pernyataan publik pertama Assad sejak digulingkan oleh pemberontak lebih dari seminggu lalu, setelah serangan cepat yang mengguncang aliansi pendukungnya dan memicu perayaan di Suriah yang lama dilanda perang saudara.

Assad mengatakan via Facebook bahwa dia meninggalkan Damaskus pada Minggu (8/12) pagi, beberapa jam setelah pemberontak menyerbu ibu kota. Dia menyebutkan kepergiannya dilakukan melalui koordinasi dengan sekutu Rusia menuju pangkalan udara Hmeimim di Provinsi Latakia, yang terletak di pesisir, di mana dia berencana untuk terus berjuang.

Namun, setelah pangkalan Rusia diserang oleh drone, Assad mengklaim pihak Rusia memutuskan memindahkannya ke Rusia pada malam yang sama.

"Sepanjang peristiwa ini, saya tidak pernah mempertimbangkan untuk mundur atau mencari perlindungan dan tidak ada usulan seperti itu dari individu atau pihak manapun," kata Assad dalam pernyataannya yang berbahasa Inggris seperti yang dilaporkan AP, Selasa (17/12). "Satu-satunya langkah yang harus diambil adalah terus melawan serangan teroris."

Sementara itu, juru bicara departemen politik pemerintah transisi Suriah menuturkan dalam wawancara pada Senin bahwa "rezim Assad telah selesai dan tidak akan kembali" dan Rusia "harus mempertimbangkan kembali kehadirannya di wilayah Suriah serta kepentingannya".

Juru bicara tersebut, Obeida Arnaout, menambahkan kepada AP bahwa Suriah telah memasuki fase baru yang akan terbuka untuk dunia dan pemerintah baru berencana membangun hubungan baik dengan negara tetangga dan negara lain.

Dia juga meminta Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lain untuk mempertimbangkan kembali penetapan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) — kelompok pemberontak utama yang sebelumnya merupakan afiliasi al-Qaeda — sebagai organisasi teroris, dengan menyebut penetapan tersebut "tidak benar dan tidak akurat".

AS telah menyatakan bahwa pejabatnya telah melakukan kontak langsung dengan kelompok tersebut.

2 dari 3 halaman

Komitmen Pemerintah Baru soal ISIS dan Kurdi

Suriah adalah rumah bagi berbagai komunitas etnis dan agama yang sering kali saling bertentangan akibat kebijakan Assad dan bertahun-tahun perang. Banyak dari mereka yang khawatir kelompok ekstremis suni akan mengambil alih.

Pemerintah baru, menurut Arnaout, juga telah berhubungan dengan AS untuk memulangkan Travis Timmerman, warga negara AS yang termasuk di antara para tahanan yang dibebaskan dari pusat penahanan pemerintah setelah jatuhnya Assad.

"Ada kontak politik di tingkat tertinggi yang bertujuan menguntungkan rakyat Suriah dan memperkuat pemerintahan yang sedang berjalan," tutur Arnaout.

Ketika ditanya apakah pasukan keamanan pemerintah baru akan bekerja sama dengan AS untuk memerangi sisa-sisa militan ISIS, Arnaout menjawab bahwa faksi-faksi Suriah telah mengusir dan menolak ISIS, dan kelompok tersebut tidak lagi memiliki keberadaan yang signifikan di negara itu.

Pasukan yang dipimpin Kurdi dan didukung AS di Suriah timur laut telah menjadi sekutu utama AS dalam memerangi ISIS dan mengelola pusat penahanan yang menampung militan ISIS. Namun, masa depan kelompok Kurdi dan wilayah semi-otonom yang mereka kendalikan masih tidak jelas dalam tatanan pasca-Assad. Terjadi bentrokan di beberapa daerah antara pasukan Kurdi dan kelompok bersenjata yang menggulingkan Assad.

Arnaout mengungkapkan bahwa Kurdi adalah bagian dari rakyat Suriah dan hak-hak mereka akan dilindungi. Namun, dia menegaskan bahwa pemerintah baru tidak akan menerima jika ada bagian dari Suriah yang terpisah dari kendali Damaskus.

"Kurdi adalah bagian dari rakyat Suriah dan kami sangat peduli agar kelompok ini mendapatkan perlindungan haknya," kata dia. "Jaringan sosial di Suriah adalah sumber kekuatan, bukan kelemahan. Namun, kami menegaskan bahwa kami tidak ingin ada bagian Suriah yang terpisah."

3 dari 3 halaman

Israel Ambil Untung

Utusan PBB untuk Suriah Geir Pedersen mengatakan pada Senin bahwa dia bertemu dengan pemimpin HTS Ahmed al-Sharaa dan diberi informasi tentang tantangan dan prioritas rakyat Suriah ke depan. Pedersen telah menyerukan pencabutan sanksi internasional terhadap Suriah untuk mempercepat proses pembangunan kembali.

Sementara itu, sebuah kelompok pemantau perang yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa serangan udara Israel pada Senin pagi menghantam gudang misil di pesisir Suriah dan menyebutnya sebagai serangan paling keras di wilayah Suriah tersebut sejak 2012.

Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap apa yang mereka klaim sebagai situs militer di Suriah setelah keruntuhan dramatis rezim Assad, menghancurkan pertahanan udara dan sebagian besar persenjataan tentara Suriah.

Pasukan Israel juga telah merebut zona penyangga perbatasan, yang memicu kecaman, dengan para kritikus menuduh Israel melanggar gencatan senjata 1974 dan mungkin memanfaatkan kekacauan di Suriah untuk merebut wilayah.

Video Terkini